Kamis, 08 Oktober 2009

MEMBERIKAN SANGGAHAN PENDAPAT 0910 KELAS XII IPA 6

Memberikan tanggapan, sanggahan, saran, kritik, dan usul merupakan segmentasi pragmatik keterampilan berbicara dalam berbahasa, meski dimensi pokok tertentu memiliki aspek yang berbeda. Namun, di sisi spesifikasi, aspek keterampiulan tersebut amat berguna dan memberikan pelatihan bagi pembelajar dan mengasah dan melatih kerangka berpikir demi kemajuannya yang akan berm,anfaat di kemudian hari. Menyikapi secara kritis suatu pendapat atau opini, bahkan mungkin informasi yang didengar, dilihat, dan dibaca dalam era informasi seperti sekarang, adalah langkah cerdas dan bijak dalam menyikapi suatu informasi.

Adalah keteledoran bila kita langsung menerima suatu informasi dari siapa pun tanpa memiliki pemikiran berjarak kritis lantas menentukan langkah berikutnya, diterima atau tidak, berapa persen diterima atau ditolak, segmen mana yang biusa diterima dan bagian mana yang ditolak, dan seterusnya. Kejelian dan klecerdikan seperti amat diperlukan, terutama bagi kalian yang fase berikutnya harus memasukli komunitas ilmiah akademis. Oleh sebab itu, gunakan media ini sebagai sarana berlatih sebagaimana ditentukan oleh guru. Silakan berlatih!

Tentukan tanggapan sesuai dengan kewajiban yang telah diberikan di kelas!

1. Survival of the Fittest

Anda kurang tampan? Kurang tinggi? Kerempeng? Kegemukan? Bodo matematika? Kabar bagus buat Anda. Semua itu tidak terlalu penting di masa sekarang. Pilihan bentuk pekerjaan semakin banyak.

Tukul Arowana beruntung memiliki wajah tidak tampan (itu menurut dia sendiri loh). Karena justru wajahnya itulah daya tarik kelucuannya. Dalam sejarah kelucuan, jarang komedian yang berwajah setampan Tom Cruise. Ketampanan tidak memancing tawa. Ketidaktampanan bisa menarik tawa. Tidak tampan jadi peluang. Kata Tukul, “Wajah desa, rejeki kota.”

Mamalia beruntung karena fisiknya yang kecil, karena itu makannya juga sedikit, membuatnya bertahan dari kepunahan masa dinosaurus. Orang Indonesia beruntung karena kulitnya yang coklat membuat resiko kanker kulit menurun walau terpapar banyak sinar matahari katulistiwa.

Sudahkah Anda tahu bahwa keheningan bisa dijual? Sekarang ada headphone yang digunakan untuk meredam suara. Pembelinya adalah mereka yang ingin tidur di perjalanan. Naik mobil bising. Naik pesawat pun bising. Maka keheningan pun menjadi mahal harganya. Lalu ada yang menjual penutup telinga, ya headphone khusus untuk meredam suara itulah. Pasang di telinga, kesunyian pun menemani Anda untuk bisa tidur nyenyak. Yang ‘fit’ adalah yang tidak ada bunyinya.

Kita selalu ingin menjadi yang ter dalam segala bidang. Tertampan, tertinggi, terpandai, terkuat, terkaya, dan lainnya. Padahal Tuhan menciptakan dunia ini dengan unik. Setiap kondisi ada kesempatan yang paling pas dengannya. Apakah Anda ingin jadi Presiden? Saya kok membayangkan tugas Presiden itu penuh protokoler yang menjemukan. Tapi pasti ada (dan banyak kayaknya) yang ingin jadi Presiden. Sebaliknya, banyak pula yang tidak mau jadi Presiden. Untuk bahagia pun ternyata perlu kegiatan yang ‘fit’ dengan jati diri kita.

Survival of the fittest
Adalah yang paling ‘fit’ yang akan bertahan. Arti ‘fit’ di sini adalah yang paling sesuai, bukan yang paling kuat. Anda mungkin bodoh matematika, tapi kalau tugas sebagai diplomat maka hal tersebut tidak relevan. Anda mungkin pendek, tapi kalau pekerjaan Anda adalah manajer produksi mungkin hal itu juga tidak relevan.
Kita beruntung sebagai manusia. Kita bisa memilih tempat kita untuk tinggal dan berjuang. Kalau Anda kurang pintar dalam akademis, tidak perlu ngotot jadi dosen. Mungkin Anda lebih cocok dalam lingkungan seniman, atau pebisnis. Kita bisa memilih tempat dimana kita bisa menjadi paling ‘fit’ dengan kondisi tertentu. Di situlah kita bisa unggul. Saya memegang dengan yakin konsep ‘survival of the fittest’ ini. Ada 3 kiat yang bisa Anda coba. Saya telah menggunakannya.

Kiat pertama adalah dengan menjadi ‘orang picak di kalangan orang buta’. Kita pasti mempunyai kemampuan yang unik dibanding teman lain, dan keunikan kita tersebut cocok dengan suatu kebutuhan kerja tertentu. Misalnya. Dalam kelompok tim insinyur yang jago teknologi, ternyata hanya kita yang hobi baca buku pemasaran. Jadilah kita punya ilmu yang mencampurkan teknologi dengan bisnis. Sebaliknya di kalangan pemasaran, mungkin kita yang paling ngerti teknologi. Inilah si picak di kalangan si buta.
Kiat ke dua adalah ‘bagai ikan dalam air‘, yaitu mencari pekerjaan dimana kekuatan kita menjadi menonjol dan kelemahan kita menjadi tidak relevan. Kalau kita pemalu untuk tampil, maka pekerjaan sebagai pengrajin (misalnya seniman, teknisi, auditor, dan sebagainya yang mengandalkan kerja mandiri) akan cocok, karena tidak memerlukan tampil ke banyak orang. Kalau kita pemalu, tak perlu mimpi menjadi vokalis band, sebaliknya fokus menjadi penulis lagu. Di setiap pekerjaan akan ada kondisi yang membuat kita paling fit dengannya.

Kiat ke tiga adalah ‘menjadi landak‘, yaitu mendalami keahlian hingga kita menjadi yang paling ahli di bidang itu. Jangan membayangkan keahlian yang canggih-canggih. Setiap hal ada ilmunya. Saya pernah melihat di televisi tentang seorang yang ahli membuat bubuk tinta dari arang pohon cemara. Hanya untuk mendalami seni membuat tinta diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menguasainya. Inilah spesialis yang disebut Peter Drucker sebagai ‘knowledge worker’. Di masa sekarang ini sebenarnya setiap orang adalah manajer dirinya sendiri. Anda bisa sewaktu-waktu dipecat. Namun jika Anda punya keahlian tinggi, peluang masih akan terbuka. Lalu mengapa banyak orang yang nganggur? Karena keahliannya cuma rata-rata. Makanya tidak dicari orang. Setiap hari orang masih mencari teknisi bengkel yang ahli, pemasar yang ahli, desainer yang ahli, tukang sate yang ahli, penjual cendol yang ahli. Setiap hari orang masih mencari. Sayangnya pasar tenaga kerja dipenuhi orang yang rata-rata, tidak menonjol, tidak ahli, tidak mastery.

Tiga kiat tersebut : si picak di kalangan orang buta, bagai ikan dalam air, dan menjadi landak, adalah kiat yang senantiasa relevan untuk menjadi ‘the fittest’.

2. SDM Bagus, Mahal Harganya
The top software developers are more productive than average software developers not by a factor of 10x, or 100x, or even 1000x, but by 10000x. Nathan Myhrvold, CTO Microsoft
Seorang programmer yang bagus bisa produktif 10 ribu kali lipat dibandingkan programmer biasa. Demikian ujar Nathan Myhrvold, Chief Technological Officer Microsoft.
Ya, kita bisa paham, karena kita sudah biasa mendengar transfer pemain sepakbola yang mencapai trilyunan rupiah. Seorang pemain striker yang bagus, bisa sangat produktif mencetak gol. kalau dia seorang ‘play maker’ seperti Ruud Gullit atau Zinedine Zidane, dia bisa sering menciptakan peluang gol. Bayaran mereka mencapai milyaran rupiah seminggu, dan nilai transfernya mencapai trilyunan.
Peter Drucker menyatakan bahwa pada akhirnya perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan talenta terbaik. Perusahaan yang bagus bisa mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus. Perusahaan yang buruk ternyata gagal mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus ini.

Orang vs Sistem
Sebagian pihak akan berargumen bahwa sistem yang bagus semestinya tidak bergantung pada orang yang bagus. Ibaratnya sistem Mc Donald’s yang dikerjakan orang biasa, namun menghasilkan burger luar biasa. Itu karena sistemnya luar biasa.
Pendapat tersebut sebagian benar. Sistem yang bagus memang akan menjamin hasil yang bagus. Nah, sadarkah kita bahwa sistem bagus tersebut juga merupakan produk dari kreator yang bagus? Bukankah berarti bahwa kita memerlukan SDM yang bagus untuk dapat menciptakan sistem yang bagus?

Di sisi lain, tidak semua hal dapat disistemkan dengan mudah. Kita dapat membagi pekerjaan menjadi 4 bentuk, yaitu kombinasi rutinitas (rutin - tidak rutin) dan kompleksitas (sederhana -rumit). Ada pekerjaan yang rutin dan sederhana, ada yang rutin tapi kompleks, ada yang tidak rutin dan sederhana, dan ada yang tidak rutin sekaligus rumit.

Pekerjaan yang rutin artinya dilakukan secara berulang terus-menerus. Misalnya adalah memasukkan pencatatan keuangan, atau merakit bagian mobil. Setiap hari pegawai akan melakukan hal yang sama terus-menerus. Yang tidak rutin misalnya adalah belanja mebel kantor, atau memperbaiki alat perakitan yang rusak.

Pekerjaan yang sederhana artinya tidak memerlukan keahlian tinggi, atau tidak perlu memerlukan pelatihan yang khusus. Pekerjaan sederhana misalnya mencatat pengeluaran uang di buku kas, atau membersihkan area kerja perakitan. Sedangkan pekerjaan yang rumit memerlukan keahlian khusus, misalnya menggabungkan akuntansi multi perusahaan, atau mendesain alat penyemprot cat mobil.

Ketika kasusnya adalah rutin dan sederhana, maka kita cukup meniru sistem yang sudah bagus. Kita tidak perlu mempekerjakan orang bagus. Yang biasa-biasa saja sudah cukup. Ketika kasusnya tidak rutin namun sederhana, kita juga tidak memerlukan orang yang bagus. Orang biasa saja juga cukup. Artinya, sesuatu yang sederhana tidak memerlukan orang yang bagus (silahkan definisikan sendiri apa itu sederhana.. hehe).
Nah, ketika persoalan menjadi rumit (kompleksitas tinggi), kita memerlukan SDM yang bagus. Termasuk diantaranya adalah ketika kita akan membangun sistem yang bagus. Ibaratnya, perlu pelatih bola yang bagus agar sistem latihannya menjadi bagus. Dan juga kita perlu pemain bola yang bagus agar bisa produktif mencetak gol. Pelatih yang bagus dan pemain yang bagus bisa dianggap SDM dengan pekerjaan rutin yang rumit.

Ada juga pekerjaan non rutin sekaligus rumit. Ini misalnya pekerjaan mendesain sistem, atau merangcang alat, konsultan, riset penelitian, juga pelukis dan desainer, yang sifatnya tidak dilakukan berulang-ulang karena setiap kali kasusnya akan berbeda. Pekerjaan ini memerlukan SDM yang brilyan.
Brilyan merepotkan?

Dan seperti biasanya hal yang langka, SDM yang bagus perlu diperhatikan dengan baik. Terkadang bukan masalah uang, tapi masalah lain seperti kepuasan pekerjaan, jaminan-jaminan, atau rasa dihargai.

Jim Collins dalam bukunya Good to Great memberikan kiat merekrut SDM bagus. Kiatnya adalah : rekrut lah orang dengan nilai-nilai diri yang sama dengan perusahaan Anda.
Ada orang yang sangat bagus, tapi bukan tipe enterpreneur. Jenis orang ini akan memilih perusahaan mapan dengan gaji besar dan benefit tinggi. Ini tipe pencari aman. Google yang sudah raksasa seperti sekarang ini dapat merekrut orang dengan tipe aman tersebut.

Namun dulu, ketika Google baru mulai, dia hanya bisa merekrut orang brilyan dengan jiwa petualang. Tipe risk taker. Pendiri Google, Page dan Brin, sendiri mestinya adalah jenis orang seperti ini. Demikian pula pendiri Microsoft, Gates dan Allen, mereka adalah tipe risk taker. Mereka merekrut ‘diri mereka’ sendiri untuk memulai perusahaan software yang waktu itu dianggap sebelah mata oleh perusahaan besar.

Jadi kalau perusahaan Anda sangat besar, tentu bisa mendapatkan orang brilyan yang penyuka ‘comfort zone’. Tapi kalau perusahaan Anda masih bayi, Anda hanya bisa merekrut orang brilyan yang risk taker.

Apapun, yang jelas kata Peter Drucker, perusahaan yang beruntung adalah perusahaan yang bisa merekrut dan mempertahankan SDM unggul. Inilah aset sesungguhnya dari sebuah perusahaan.

3. Kecerdasan Supranatural

Saya yakin tanpa keraguan untuk menyatakan adanya Kecerdasan Supranatural. Jika kita sepakat dengan Gardner tentang kecerdasan kinestetik (fisik) maka semestinya mudah untuk membuktikan bahwa kecerdasan supranatural itu ada.

Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tenaga dalam, telepati, telekinesis, hipnotis tenaga batin, menangkap jin, bahkan sihir, membuktikan adanya kemampuan manusia untuk belajar dan mencipta di wilayah tersebut. Kecerdasan supranatural ini dekat dengan kecerdasan kinestesis, artinya kecerdasan ini erat kaitannya dengan pengelolaan tubuh dimana tubuh manusia dipandang lebih dari sekedar tubuh fisik yang tampak. Dalam pandangan para pembelajar ilmu-ilmu supranatural tubuh manusia terdiri dari berlapis-lapis tubuh. Hanya tubuh paling dasarlah yang kelihatan dalam pengamatan mata biasa manusia.

Dalam kitab suci umat Islam diceritakan kemampuan supranatural Nabi Sulaiman yang sanggup mempekerjakan jin, bercakap dengan burung, dan sebagainya. Diceritakan pula kisah tantangan Sulaiman untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis dari tempat yang jauh ke tempat Sulaiman. Berkata Ifrit dari bangsa jin menyatakan kesanggupannya untuk memindahkan dengan lebih cepat daripada Sulaiman berdiri dari duduk. Lalu berkata seorang ahli kitab yang menyatakan sanggup lebih hebat dari Ifrit. Tak sampai sekedipan mata, singgasana Ratu Balqis telah berpindah ke hadapan Sulaiman (QS An Naml (27) : 38-40). Subhanallah.

Kecerdasan supranatural jauh berbeda dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual yang oleh Gardner disebut kecerdasan eksistensial (dimana para filosof disejajarkan dengan ahli agama) lebih pada kecerdasan merasakan ‘keberadaan’ sesuatu yang lebih agung dari manusia. Itulah ‘Tuhan’ dalam berbagai kepercayaan manusia dan filosof. Kecerdasan spiritual masuk dalam domain kecerdasan karakter dalam model SEPIA. Sebaliknya kecerdasan supranatural lebih bersifat kemampuan belajar dan penciptaan, yang masuk dalam domain kecerdasan kompetensi dalam model SEPIA.

Kecerdasan supranatural masuk dalam kelompok Kecerdasan Intellektual (IQ), sama halnya dengan kecerdasan kinestetik yang dipopulerkan Gardner. Tidak ada kaitan sama sekali antara tingkat kecerdasan supranatural dengan tingkat kecerdasan spiritual (lihat saja dukun), sama halnya tidak ada kaitan sama sekali antara kecerdasan logika-matematika dengan kecerdasan spiritual.

Pernah melihat tayangan Pemburu Hantu di sebuah stasiun TV? Para penangkap hantu tersebut memiliki kecerdasan supranatural, karena mampu menangkap jin dan memasukkannya ke dalam botol. Sedangkan pengelola acaranya memiliki kecerdasan power, karena mampu memanfaatkan kecerdasan supranatural itu untuk menghasilkan laba. Dalam hal ini penonton tentu tidak disebut cerdas, karena hanya pasif menikmati tontonan.

4. Mengatasi Rasa Takut

“Nggak pulang?”
“Nunggu hujan.”
“Loh, hujannya kan sudah datang tuh…?” * sambil cengengesan *
”Nunggu hujannya berhenti!” * sedikit sewot *

Benarkah kita takut hujan? Tidak. Yang benar kita… takut basah! Tuh, lihat. Anak kecil justru main hujan-hujanan karena tidak takut basah. Tapi, takut basah pun masih salah. Yang lebih tepat lagi adalah kita takut dengan konsekuensi basah. Jadi nggak bisa ngantor lah. Jadi malu sama orang lah. Jadi sakit lah.

Takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita. Tujuannya adalah, agar kita menjadi berhati-hati, dan karena itu jadi selamat. Sebenarnya yang kita takutkan seringkali bukan sesuatu yang langsung dihadapi, tapi konsekuensi lanjut dari sesuatu itu. Misalnya, takut hujan. Maksud sesungguhnya adalah takut menjadi basah sehingga jadi malu kepada orang lain, atau jadi sakit. Nah, bila konsekuensi ini tidak lagi menakutkan buat kita (misalnya yakin tidak akan jadi sakit, atau niat sudah pulang dari kantor), maka sesuatu itu juga menjadi tidak lagi menakutkan.
Takut hantu?

Apa sih yang membuat kita takut hantu? Pasti karena bayangan si hantu itu akan mencekek kita, lalu kitanya jadi mati. Atau si hantu masuk ke dalam diri kita, lalu kitanya jadi nggak sadar, lalu terjun bebas keluar jendela, lalu mati. Pokoknya apapun yang dilakukan si hantu itu… ujung-ujungnya kita mati. Nah, itulah dia! Yang kita takutkan sebenarnya bukan si hantu, tapi ujung-ujungnya kita mati itu. (Padahal statistik bahwa hantu alias jin membunuh manusia itu sulit untuk dipercaya. Ngapain si jin itu capek-capek ’ngerjain kita’, emangnya dia dapat untung apaan? Dunianya juga tersekat berbeda.)

”Loe mikir si jin itu nyekek, lalu loe mati, gitu kan..?” kata temen mengomentari alasan saya mencari tahu soal jin dalam pandangan Islam. ”Kalau kita tidak takut mati, ya kita tidak takut jin…”, kira-kira begitu saran dia.

Nyatanya memang kebanyakan orang di dalam hidupnya tidak akan pernah bertemu jin (dunianya memang beda). Yang sudah ketemu pun ternyata jinnya tidak mau berurusan dengan orang (emang jin gembira begitu ketemu orang? Dulu di TV ada reality show Dunia Lain. Jinnya sering males keluar, tahu dikerjain orang untuk cari duit.). Jadi sebenarnya ketakutan itu lebih karena bayangan dalam pikiran kita sendiri. Kejadian aslinya, jauh berbeda dari yang dibayangkan orang, yaitu jin ternyata enggan bertemu manusia. (Makanya jangan percaya dengan film-film horor hasil imajinasi sutradara yang memang mau cari duit dengan cara nakut-nakutin orang. Jin itu nggak suka pamer seperti di film.).

Jadi, alasan sesungguhnya kita itu takut… mati! Kebanyakan kita itu nyadar bahwa amalannya masih sedikit, lebih banyak dosanya, makanya takut mati. Takut dengan konsekuensi hidup sesuah mati.

Mengurangi rasa takut
Bagaimana mengurangi rasa takut? Jawabannya ada tiga. Satu, mengantisipasi konsekuensi suatu kejadian. Dua, mengetahui lebih banyak untuk mengetahui bahwa konsekuensi yang terjadi tidaklah seperti yang kita andaikan. Tiga, berlindung dengan ahlinya.

Misalnya kita takut ular. Yang betul adalah, kita takut mati karena digigit ular berbisa, atau takut mati dibelit ular besar. Untuk mengurangi rasa takut terhadap ular bisa dilakukan tiga cara.

Pertama, bila takut dengan racun ular, maka seseorang bisa menyediakan serum anti racun ular. Dengan membawa perbekalan serum anti bisa ular, tentu rasa takut ular akan berkurang.

Kedua, mengenal ular lebih jauh. Perhatikan para pawang ular di TV, bukankah mereka tertawa-tawa sambil memegang ular? Bagi mereka, ular bukan makhluk yang asing. Mereka tentu tahu ular berbahaya, tapi mereka mengenal tabiat ular sehingga bisa memperlakukannya dengan benar. (kalau Anda takut berlebihan terhadap ular, mungkin terapi mengenal ular seperti yang dilakukan Paman Tyo yang belajar menyentuh ular piaraan (pet animal) ini bisa berguna.)

Ketiga, berlindung dengan ahlinya. Kalau kita takut ular, lalu kita minta tolong pawang ular untuk menemani (melindungi) kita, maka rasa takut itupun akan berkurang. Kita tahu, si pawang akan mengurus si ular, jadi kita tidak perlu berurusan dengan si ular tersebut.

5. Melatih Kecerdasan Emosi Anak : Mengenali Emosi

Kini orang tua semakin peduli dengan karakter anak, sejak mulai dipopulerkannya konsep kecerdasan emosi oleh Daniel Goleman di tahun 1995. Para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat.

Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak. Bagaimana caranya?

Tips sederhana dalam mengajarkan kecerdasan emosi adalah dengan sering menyebutkan berbagai jenis emosi kepada anak. Misalnya anak sedang cemberut, maka sebagai orang tua kita dapat menegaskan situasi emosi tersebut kepada anak, misalnya dengan menanyakan, “Adik cemberut, apa sedang kesal? Adik kesal apa karena Ibu melarang nonton TV?” Dengan demikian anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu.

Cara lain adalah dengan menunjukkan berbagai gambar, atau mengomentari situasi baik di majalah, TV, maupun media lainnya. Misalnya ketika melihat TV di mana ada tokoh yang sedang sedih karena dinakali oleh tokoh lainnya (hal ini sering muncul di film kartun), maka kita berkomentar, “Aduh, kasihan sekali si anu, pasti dia sangat sedih karena tindakan nakal temannya itu..” Hal yang sama dapat dilakukan pula saat membaca dongeng. Orang tua perlu berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh dalam cerita tersebut.

Selain memperkenalkan berbagai jenis emosi, pada saat yang sama anak juga belajar hal-hal yang menyebabkan munculnya emosi tersebut, misalnya perasaan sedih salah satu tokoh cerita karena ditipu atau dihina tokoh yang lain. Orang tua juga dapat pula memberikan penilaian moril atas situasi tersebut, misalnya menghina adalah suatu perbuatan buruk dan jahat, sehingga anak menjadi tahu nilai moril dari suatu perilaku. Dalam hal ini secara langsung kita juga telah mengembangkan kecerdasan spiritual anak (kecerdasan dalam mengenali dan mengelola nilai-nilai).

Ketika orang tua marah, sedih, bingung, kesal, gembira, dan situasi emosi lainnya, orang tua juga perlu menyampaikan alasannya. Misalnya, seorang anak bermain dan tidak membereskan mainannya setelah selesai, sang Ibu bisa berkata, “Adik, Ibu sangat kesal melihat mainan yang berantakan, karena Ibu menjadi repot membereskannya.

Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri.” Dengan pernyataan itu sang anak akan belajar mengenali situasi emosi ibunya (kesal), sebab munculnya (mainan berantakan), dan mengapa sebab tersebut menyebabkan munculnya emosi tertentu (kesal karena repot membereskannya). Perlu ditunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi saat melatih anak kecil (kalau kesal ya jangan tersenyum, namun tunjukkan wajah serius dan cemberut). Semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran (kesal, namun tersenyum).

Apabila anak sedari dini usia telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.

87 komentar:

Jutin Chandra mengatakan...

Nama : Jutin Chandra
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 21

Wacana 1
Benar halnya bahwa paras wajah, tinggi badan, ukuran badan hingga kepandaian tidak terlalu penting di masa sekarang ini, namun untuk beberapa bidang dan situasi, hal itu diperhatikan atau bahkan diutamakan.

Namun saya kurang setuju dengan kalimat “Ketampanan tidak memancing tawa. Ketidaktampanan bisa menarik tawa.”. Benar bahwa Tukul Arwana memiliki wajah yang kurang tampan dan wajahnya itu yang menarik daya tawa. Namun ada pula pelawak-pelawak lain yang memiliki wajah yang cukup tampan seperti Tora Sudiro. Tora juga dapat menarik tawa para penonton dengan keahliannya dalam melawak tanpa harus mengubah wajahnya menjadi tidak tampan.

Selain itu, saya juga ingin menekankan bahwa di era globalisasi ini, semua orang bersaing untuk mendapatkan tempat yang lebih baik dari yang mereka dapatkan. Bila Anda katakan bahwa, kita harus menjadi ‘orang picak di kalangan orang buta’, tentunya harus disadari pula bahwa bila seseorang berhasil, tentunya akan ada banyak orang yang mengikuti langkahnya menuju keberhasilan dan dari sana pula pada akhirnya setiap orang yang berusaha mengejar keberhasilan akan berdiri sejajar dengan mereka yang telah terlebih dahulu mencapai keberhasilannya.

Anda menyampaikan kiat ‘bagai ikan dalam air’, yaitu mencari pekerjaan dimana kekuatan kita menjadi menonjol dan kelemahan kita menjadi tidak relevan. Anda menyampaikan kiat yang benar, hanya saja kita perlu kembali mengamati situasi sekarang ini, dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kita bukanlah mudah dan belum tentu akan ditemukan dalam tempo waktu yang singkat. Kebanyakan orang yang berpendidikan saja mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan dan kemampuan mereka. Beberapa bahkan rela mengambil pekerjaan yang sedikit berbeda dengan kemampuannya atau jurusan yang ditempuhnya di perguruan tinggi. Lagipula, apakah baik untuk seseorang itu untuk terus menunggu hingga pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya itu tersedia? Saya rasa, lebih baik mereka mencoba untuk melakukan pekerjaan lain, setidaknya mereka akan mendapatkan pengalaman. Selain itu, kelemahan yang kita miliki tidak seharusnya ditutupi, namun menurut saya akan lebih baik jika kelemahan itu disikapi dengan kritis dan diperbaiki sedikit demi sedikit sehingga dapat menjadi suatu hal yang lebih baik daripada hal yang kita sesali dan ditutupi dari khalayak umum karena tak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini selain Tuhan, sesuai dengan pepatah ‘Tak ada gading yang tak retak’.

Anda juga mengemukan kiat ‘menjadi landak’, yaitu mendalami keahlian hingga kita menjadi yang paling ahli di bidang itu. Anda juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja dipenuhi orang yang rata-rata, tidak menonjol, tidak ahli, tidak mastery. Sebenarnya pendapat Anda tidaklah salah, namun Anda pun harus kembali meninjau apa yang menyebabkan kemampuan orang itu rata-rata, tidak menonjol, tidak ahli, dan tidak mastery. Dunialah yang menyebabkan semua hal tersebut, saat Anda ahli pada suatu hal, belum tentu dunia mencari kemampuan Anda atau bahkan dunia mencari kemampuan yang tidak Anda miliki. Itu lah hal utama yang menyebabkan kebanyakan orang sekarang ini berusah untuk sekedar mengetahui bagian terluar dari segala hal dan berusaha mencari pengalaman sebanyak dalam setiap bidang tersebut.

Maka dari itu, menurut saya, cara yang lebih baik ditempuh untuk tetap bertahan adalah berusaha melakukan, menawarkan dan memberikan hal yang terbaik dalam setiap kesempatan yang kita miliki.

Jutin Chandra mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Jutin Chandra mengatakan...

Nama : Jutin Chandra
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 21

Wacana 5

Menurut saya, dalam melatih kecerdasan emosi anak melalui pengenalan emosi, akan lebih baik bila disertakan mengenail pengenalan situasi bagaimana emosi itu dapat berlanjut sedemikian rupa sesuai emosi si anak, atau bagaimana situasi dapat menyebabkan emosi si anak tidak seharusnya dikeluarkan, sehingga anak dapat mengenali pula berbagai situasi yang benar atau tidak benar dalam pembentukan emosinya.

Misalnya, seorang anak ditegur oleh gurunya karena ia ribut, namun tentunya guru tersebut tak mungkin menyebutkan semua nama murid yang menimbulkan keributan, hal ini dapat menyebabkan si anak merasa jengkel terhadap guru itu karena merasa dipersalahkan sendiri. Namun, bila si anak sudah diberitahu bahwa dalam keadaan seperti itu, sang guru merasa kesal karena tidak diperhatikan oleh murid dan bukan mempersalahkan si anak sendiri tetapi karena kesulitan jikalau menyebutkan semua nama, sehingga menyebutkan nama si anak, dan akhirnya si anak akan mengerti bagaimana ia harus bertindak dan bersikap bila mendapat suatu perlakuan yang tidak mengenakan oleh orang lain padanya dalam kondisi ia yang melakukan kesalahan. Orang tua pun tentunya harus memberikan beberapa pengertian mengenai perbuatan apa saja yang dapat membuat orang lain merasakan perasaan yang tidak mengenakan.

Baiknya orang tua juga memberikan ruang pada anaknya untuk dapat memahami beberapa emosi atau bertanya sendiri kepada orang tuanya, sehingga dapat mendidik si anak untuk dapat mengenali sendiri emosi yang ada, dan tidak bergantung kepada orang lain terhadap situasi emosi yang ada, mengenai alasan ataupun hal yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapi situasi emosi yang ada.

Singkat kata, baiknya orang tua memberikan sedikit pengertian dan si anak diarahkan untuk dapat mencoba berlatih memahami tentang emosi serta diberikan ruang untuk dapat menganalisis dan menyelesaikan segala persoalan emosi dengan pola pikir dan sudut pandangnya sendiri.

Anonim mengatakan...

Sanlidya gusti
XII IPA 6 / 32

Wacana nomor 2

Memang benar adanya bila perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan talenta terbaik, tetapi pernahkah Anda berpikir bagaimana posisi para calon baru di dunia kerja?Berapa biaya yang harus dikeluarkan suatu perusahaan untuk mepertahankan SDM yang bagus?Bagaimana orang baru dalam bisnis bisa mengembangkan talentanya bila seluruh perusahaan hanya mencari orang - orang yang bertalenta terbaik?Banyak perusahaan besar yang hanya mencari orang - orang yang sudah berpengalaman alias orang yang sudah lama bekerja di bidangnya, rela mengeluarkan biaya yang besar untuk hal itu, tetapi bagaimana dengan mereka yang mungkin baru lulus dari perguruan tinggi atau universitas dan mencari pekerjaan yang mungkin memiliki talenta yang baik?Apakah mereka dapat mengembangkan ide - ide brilian mereka tanpa adanya tempat untuk merealisasikannya?Tentu saja tidak, jika seluruh perusahaan hanya merekrut dan mencari orang - orang yang tebaik dan diakui kredibilitas serta talentanya.Padahal setiap orang memilki talentanya masing - masing, talenta itu bergantung pada individu itu sendiri mampu atau tidaknya mengembangkan dan mengasahnya menjadi baik dan benar ,tentunya bisa bila adanya kemauan dan usaha yang besar dari dalam diri.Tidak ada gunanya jika orang bertalenta baik,tetapi kelakuan tidak baik.Ataupun ada orang yang sangat bagus, tapi bukan tipe enterpreneur memilih perusahaan mapan dengan gaji besar dan benefit tinggi.Lebih baik memilih orang yang SDMnya kurang / baru tetapi memilki kemauan belajar yang besar.Saya juga ingin mengatakan bahwa belum tentu orang baru pasti tidak lebih baik dari orang lama.Jadi alangkah baiknya jika suatu perusahaan bisa mempertahankan SDM baik tanpa melupakan SDM baru yang ingin mencoba.

Saya kurang setuju dengan kalimat Anda yang mengatakan "Bukankah berarti bahwa kita memerlukan SDM yang bagus untuk dapat menciptakan sistem yang bagus?".Disini jelas salah jika Anda mengatakan hal tersebut.Seperti Bill Gates dari Microsoft tidak membuat produk hebat,Ia membeli produk orang lain dan membangun sistem global yang canggih di sekitarnya.Hal ini berarti kita orang yang tidak berpendidikan ataupun berpengalaman juga mampu untuk menciptakan sistem yang baik.Hal ini juga disepakati oleh Robert T.Kiyosaki yang merupakan penasihat orang - orang kaya di dunia, ia menyatakan "Saya punya ijazah perguruan tinggi, dan saya bisa dengan sejujurnya mengatakan bahwa untuk menjadi sukses tidak ada hubungannya dengan apa yang saya pelajari di perguruan tinggi tersebut".Banyak orang sukses yang berawal dari talenta yang seadanya / cukup,layaknya Orang-orang seperti Thomas Edison,pendiri microsoft general electric; Henry Ford, pendiri Ford Motor Co.; bill Gates;Steve Jobs, pendiri Apple computer; dan Ralph Lauren, pendiri Polo.Jadi sesungguhnya yang dibutuhkan adalah orang yang memiliki impian besar,tekad,kesediaan untuk cepat belajar, dan kemampuan menggunakan dengan benar aset yang merupakan pemberian Tuhan, serta mengetahui bakat dan talentanya dengan baik.Dengan semua hal itu,niscaya kita mampu membangun sistem bisinis yang baik pula.Jadi seharusnya kita tidak boleh meremehkan orang yang kecil,karena orang besar berawal dari orang yang bukan siapa - siapa.

Mohon maaf sebelumnya,Pak Kasdi,karena kapasitas yang terbatas, saya memisahkan sanggahan pendapat saya menjadi dua bagian.

Anonim mengatakan...

Sanlidya Gusti
XII IPA 6 / 32

Lanjutan wacana nomor 2

Saya juga kurang sependapat dengan kalimat Anda yang menyatakan "ketika persoalan menjadi rumit (kompleksitas tinggi), kita memerlukan SDM yang bagus".Hal ini saya kurang setuju karena saya memiliki kerangka berpikir yang berbeda dengan Anda.Saya berpikir persoalan yang rumit, juga dapat terselesaikan dengan baik tanpa harus adanya SDM yang bagus.Dengan bersama-sama dan bekerja secara solid, saya yakin masalah rumit pun dapat terpecahkan tanpa harus selalu mengandalkan SDM yang bagus.Dari inilah mereka dapat mengembangkan talenta mereka dan menjadi SDM yang baik.Sama halnya dengan masalah yang sederhana bukan berarti tidak membutuhkan SDM yang baik,melainkan lebih baik jika bekerja bersama - sama,tetapi dengan ditambahkannya bantuan SDM yang baik maka persoalan akan lebih cepat selesai.

Untuk membangun suatu sistem bisnis yang baik anda harus memiliki kepemimpinan yang baik pula.Kepemimpinan itu sendiri merupakan kemampuan membangkitkan kemampuan terbaik orang.Dengan kepemimpinan itu, kita mampu melatih ketrampilan teknis seseorang untuk menjadi berhasil.Untuk menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah.Faktanya, Mudah untuk mempelajari ketrampilan berbisnis, tetapi sulit untuk bekerja sama dengan orang lain.Kenyataan lainnya adalah, terdapat gagasan baru yang tak terbatas jumlahnya, miliaran orang yang menawarkan jasa atau produk, dan hanya beberapa orang yang tahu cara membangun sistem bisnis yang hebat.

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Novita S mengatakan...

Nama : Novita Setyamichelle
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 31

Wacana 1
Pendapat anda mengenai penampilan fisik di era modernisasi yang tidak terlalu penting memang benar. Namun, pendapat ini tidak berlaku dalam beberapa jenis pekerjaan. Kita ambil saja contohnya dalam beberapa perusahaan yang menjual jasa, seperti pegawai bank. Pegawai bank banyak yang berpenampilan menarik. Contoh lainnya sebagai pramugari yang memiliki memiki fisik yang menarik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memiliki keinginan untuk menjadi yang “TER-“ dalam setiap bidang. Cukup banyak orang yang melakukan apapun untuk menjadi terlihat perfect didepan masyarakat. Namun, terkadang apakah mereka melakukan hal itu dengan cara yang sehat? Bukankah akan lebih baik apabila kita menerima semua hal yang ada dalam diri kita apa adanya. Menurut pendapat saya apa yang telah diberikan oleh Tuhan sudah merupakan hal yang terbaik bagi kita. Pendapat anda tidak salah, menjadi seorang pemimpin terkadang menjenuhkan. Namun, disini apabila orang tersebut telah enjoy menjalani pekerjaannya, hal itu tidak lagi akan menjenuhkan. Berbeda apabila orang tersebut menjalani pekerjaan itu dengan setengah hatinya. Tentu saja, hal ini akan membuat orang itu cepat jenuh dalam menjalani pekerjaannya itu.

Menurut saya memang setiap orang berhak melakukan hal yang terbaik bagi dirinya. Namun, hal ini jangan terlalu dipaksakan. Hal yang berlebihan juga tidak dapat menghasilkan buah yang memuaskan. Buah yang memuaskan dapat dihasilkan dengan adanya niat yang penuh dari individu tersebut.
Kalau kita pemalu, tak perlu mimpi menjadi vokalis band, sebaliknya fokus menjadi penulis lagu. Anda tidak seharusnya me-judge orang seperti itu. Mungkin saja seiring berjalannya waktu, rasa percaya diri dalam dirinya dapat tumbuh. Kita tidak dapat menafsirkan apakah seseorang dapat merubah sifatnya atau tidak. Semua itu tergantung pada diri individu tersebut.

“Sayangnya pasar tenaga kerja dipenuhi orang yang rata-rata, tidak menonjol, tidak ahli, tidak mastery”. Menurut saya, Tidak semua pekerjaan harus dipenuhi dengan orang yang ahli dan mastery. Banyak contohnya orang yang bukan lulusan dari bidang ekonomi akutansi yang bergelut di pekerjaan Bank. Namun, mereka dapat menyesuaikan pekerjaan mereka itu, dan memberikan yang terbaik.

Intinya dengan memberikan hal yang terbaik dalam diri individu tersebut dapat menghasilkan buah yang positif.

Wacana 5
Menurut pendapat saya, pengenalan emosi yang baik kepada seorang anak akan lebih baik apabila orang tua dapat menjelaskan dengan terperinci mengenai macam-macam emosi, beserta apa yang akan diakibatkan dari emosi yang dihasilkan oleh dirinya itu. Sehingga sang anak tahu, apakah emosi yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang positif atau negatif kedepannya.

Seperti contohnya, anak menangis setelah dimarahi oleh seseorang. Orang tua dapat menjelaskan bahwa dengan menangis tidak dapat menyelesaikan masalah. Akan lebih baik apabila sang anak memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya dan tidak mengulang kesalahan itu lagi, sehingga dengan tidak langsung anak tersebut dapat tumbuh menjadi seseorang yang dewasa.

Dalam perkembangan emosi sang anak, akan lebih baik apabila orang tua dapat meluangkan waktu yang cukup bagi anaknya. Sehingga sang anak memiliki waktu yang cukup untuk menceritakan semua hal yang dialaminya pada hari itu. Pada saat itu juga orang tua dapat menasehati anak apabila perbuatan yang dilakukannya itu salah.

Intinya hal yang terpenting dalam perkembangan anak adalah perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga orang tua dapat menasehati emosi yang salah yang telah dikeluarkan oleh sang anak. Dengan demikian, secara tidak langsung sang anak dapat tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter dewasa.

Anonim mengatakan...

Sanlidya Gusti
XII IPA 6 / 32

Wacana nomor 4

Sesungguhnya rasa takut itu sendiri muncul karena individu itu tidak ingin mengambil resiko yang selanjutnya akan dihadapi.Rasa takut tersebut dapat diatasi,selain yang sudah Anda katakan,masih ada banyak cara lain untuk mengatasi rasa takut tersebut.Pertama-tama kita harus mengenal/mengidentifikasi apa persisnya yang paling
membuat kita merasa takut saat melakukan sesuatu.semua orang memiliki rasa takut tergantung saat melakukan apa?Maka sedikit tidaknya kita harus mengetahui ketakutan tersebut.Sehingga kita dapat mempersiapkan diri untuk mengatasinya.Yang ke-dua adalah berpikir positif,dengan berpikir positif,kita sama saja mengrimkan sinyal positif ke lingkungan kita,dan sebaliknya.Yang ke-tigas etelah semua ketakutan teridentifikasi maka kita mengambil yang mana
yang membuat kita paling merasa takut kemudian kita kembangkan dan pikirkan tentang cara-cara bagaimana mengatasinya.Yang ke-empat, kita harus mampu mengendalikan rasa takut tersebut,jangan pernah menutupi rasa takut tersebut.yang ke-lima,kita harus berani menghadapi rasa takut tersebut, kita harus mengambil resiko tersebut.Seperti yang dikatakan oleh John Henry "Jangan takut hidupmu berakhir,tetapi takutlah bahwa ia takkan bermula".Yang terakhir adalah jangan lupa untuk meminta bantuan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelindung kita.

Saya kurang sependapat dengan pernyataan Anda bahwa untuk mengatasi rasa takut salah satunya dengan berlindung dengan ahlinya.Menurut saya pernyataan ini tidak benar adanya karena dengan hanya berlindung, kita tidak akan pernah terlepas dari rasa takut ular tersebut.Bahkan mungkin bisa menjadi rasa takut yang jangka panjang,karena orang tersebut tidak akan pernah berani untuk menghadapi rasa takut ular sampai kapanpun.Dia merasa membutuhkan perlindungan karena dia takut akan resiko yang akan dihadapinya.Rasa takut tidak akan hilang jika tidak ada kesadaran dari dirinya sendiri dan yakin bahwa ia harus berani menghadapinya.Seperti yang Anda katakan jika takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita, seharusnya kalaupun ingin meminta perlindungan bukan kepada manusia, melainkan kepada sang pencipta itu sendiri,yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Takut dan cemas sering berhubungan erat meskipun memiliki makna berbeda. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut akan merasa cemas, dan sebaliknya.Cemas lebih cenderung perasaan yang dihadirkan untuk sesuatu di masa depan.Memang benar adanya kedua perasaan tersebut sangat menusiawi dan setiap orang pasti akan mengalaminya, tetapi bila hal ini pada tingkat yang cukup parah dapat menjadi hambatan dalam beraktifitas,contohnya phobia.Phobia adalah rasa takut pada alam bawah sadar seseorang yang berlebihan terhadap sesuatu objek.Bila sudah parah,orang tersebut dapat hilang kesadarannya alias pingsan.Untuk menghindari hal tersebut adalah dengan berpikir positif.Hal ini sangat berguna untuk menghilangkan rasa takut yang sesungguhnya belum tentu akan membawa dampak negatif .Berpikir positif akan menghilangkan bayangan atau angan - angan negatif dalam pikiran kita.

Vizarz mengatakan...

wacana 2

Menurut saya,kesuksesan suatu perusahaan tidak bertumpu pada faktor kualitas SDM tetapi sistemlah yang lebih penting.Bila sistemnya bagus maka segala proses yang terjadi di suatu perusahaan akan berjalan lancar sehingga perusahaan tersebut dapat maju.Soal siapa yang membuat sistem tersebut tidaklah penting yang penting hasilnya bagus,itu saja yang penting.

Di dunia ini,tidak semua manusia itu pintar,brilian,atau kreatif.Kebanyakan hanya biasa-biasa saja dan memiliki kemampuan yang tidak terlalu menonjol.Memperoleh SDM yang berkualitas adalah harapan setiap perusahaan dan bukan hal yang dilarang.Tetapi ada baiknya untuk memberikan kesempatan untuk orang-orang yang biasa-biasa saja asalkan mereka mampu dalam mengerjakan tugasnya masing-masing agar mereka dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing untuk mempertahankan posisi mereka.

Untuk hal perkerjaan rutin dan non rutin untuk hasil memang tidak biasa diungkiri bahwa SDM yang berkualitas menghasilkan produk yang berkualitas pula tetapi untuk faktor harga juga akan lebih mahal.

Wacana 4

Semua orang pasti memiliki rasa takut tanpa terkecuali.Bila ada orang yang mengatakan kalau dia tidak takut apa-apa bisa saja itu bohong atau bisa saja dia belum mengetahui apa yang dia takutkan dan suatu saat dia pasti akan menemukannya apapun bentuknya.

Orang bisa tidak takut ada beberapa alasan,bisa saja dia sebenarnya takut tapi dia menahan rasa takutnya atau melakukan persiapan untuk mengatasi rasa takutnya seperti membawa jimat.Hal ini adalah cara yang salah,kita tidak boleh percaya pada benda-benda semacam itu karena jimat itu adalah benda mati,yang kita harus percayakan adalah Tuhan.Bila kita merasa takut,cara yang terbaik adalah berdoa kepada Tuhan yang Maha esa,dan menyerahkan diri kepadanya bukan pada hal-hal seperti jimat.

Untuk mengatasi rasa takut kita perlu juga selalu positive thinking.rasa takut dapat timbul dari pikiran negatif yang terus-menerus.Misal kita ada pergi ke ruangan kosong dan berpikiran negatif kalau ada hantu di ruangan tersebut dan bila ada sesuatu hal yang mengerikan maka kita akan mengiranya sebagai hantu.untuk itu kita harus berpikiran positif dan jauh dari hal-hal negatif.

Jesslyn Margaret mengatakan...

Nama : Jesslyn Margaret
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 19

Wacana 1
Kurang tepat rasanya apabila wajah, tinggi badan, ukuran badan, dan bahkan kepintaran tidak penting di masa sekarang. Memang benar bahwa pilihan bentuk pekerjaan semakin banyak, namun di beberapa bidang pekerjaan, hal-hal tersebut sangat dibutuhkan. Anda juga pasti tidak mau dicap sebagai orang yang hanya menampilkan penampilan luar saja tetapi bodoh.
Saya kurang setuju bila Anda mengatakan kelucuan seseorang di pengaruhi oleh tampan atau tidaknya seseorang. Tukul Arwana memang dapat memancing tawa, tetapi hal itu bukan disebabkan oleh ketidaktampanannya, melainkan karena perilaku dan sifatnya yang humoris. Hal ini dapat kita lihat dari banyak pelawak yang tampan dan cantik. Misalnya Aldi Taher (Tawa Sutra), Luna Maya (Extravaganza), dan lain-lain.
Ada 3 kiat yang Anda sarankan untuk kami, para pembaca. Kiat yang pertama adalah menjadi ‘orang picak di kalangan orang buta’. Saya setuju dengan kiat ini, pasalnya, bila kita telah mendalami suatu pekerjaan yang kita senangi, bukan tidak mungkin bila kita akan unggul dalam pekerjaan tersebut. Dan tentu saja, hal ini akan memberikan dampak positif kepada kita, misalnya saja kenaikan jabatan.
Kiat yang keduan adalah ‘bagai ikan dalam air’. Memang benar sebaiknya kita mencari pekerjaan yang sesuai dengan kekuatan yang kita miliki. Namun hal ini hanya mudah diucapkan saja, karena sulit untuk menjadikannya kenyataan. Seperti yang sering kita lihat, banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang diambilnya ketika kuliah. Selain itu, menurut saya, kelemahan diri kita tidak perlu ditutupi, karena setiap orang mempunyai kelemahan masing-masing. Sebaliknya, kelemahan itu perlu dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih kuat yang mungkin dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan kita.
Saya percaya bahwa setiap orang pasti mempunyai kelebihan masing-masing. Namun, ada beberapa orang yang tidak mengetahui apa kelebihannya sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa tidak percaya diri, takut untuk menunjukkan kemampuan, takut mendengar kritik dari orang lain, lingkungan, dan sebagainya. Bila dalam situasi seperti ini, bagaimana ia dapat menjalankan kiat yang Anda sebut ‘menjadi landak’? Anda mengatakan bahwa banyak orang yang menganggur dikarenakan keahliannya yang hanya rata-rata. Mungkin hal ini benar bagi sebagian orang yang malas dan tidak mau berusaha untuk mengembangkan keahliannya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga orang yang ahli di bidang tertentu yang menjadi pengangguran.
Sebagai kesimpulan, saya ingin mengatakan bahwa tidak semua hal yang kita inginkan dapat terwujud. Hal ini dapat dilihat dari pepatah yang mengatakan ‘Manusia boleh berkehendak, namun Tuhanlah yang memutuskan’. Maka yang harus kita lakukan adalah berusaha memberikan yang terbaik yang dapat kita lakukan.

Jesslyn Margaret mengatakan...

Nama : Jesslyn Margaret
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 19

Wacana 5
Mengetahui karekter anak memang sangat diperlukan, apalagi di era ini. Karena karakter seorang anak secara tidak langsung akan membantu orang-orang di sekelilingnya untuk menjalin hubungan dengannya. Saya setuju dengan pendapat Anda yang mengatakan bahwa keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah saja, kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat juga sangat dibutuhkan.
Tips yang Anda gunakan untuk mengajarkan kecerdasan emosi dengan mengenalkan berbagai macam emosi kepada anak adalah dengan memandu anak mengenali kondisi emosi dirinya beserta penyebab munculnya emosi itu. Saya setuju sekali dengan tips ini, karena tips ini melatih kita untuk mengetahui emosi apa yang ada di dalam diri kita, serta melatih kita untuk mengetahui penyebab dari munculnya emosi itu. Dengan kata lain, kita selalu mengetahui apa penyebab dari emosi yang kita rasakan.
Namun, saya kurang setuju dengan contoh Anda yang menunjukkan aktivitas anak yang sedang menonton dan orang tua berkomentar tentang tokoh-tokohnya. Hal ini mungkin saja dilakukan, tetapi seperti yang kita tahu, ada anak yang tidak suka diganggu ketika mereka sedang nonton televisi. Dan saya juga punya pendapat yang berbeda mengenai pernyataan Anda tentang orang tua yang perlu berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh di dalam cerita. Menurut saya, orang tua tidak perlu menyebutkan situasi emosi para tokoh secara berulang-ulang. Karena hal tersebut dapat membuat anak merasa bosan. Orang tua dapat merubah caranya dalam menyampaikan situasi para tokoh dengan menekankan kata-kata tertentu atau dengan ekspresinya atau dengan gayanya. Dengan begitu, anak-anak akan lebih tertarik.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka anak akan dapat menyesuaikan diri. Maka saya sependapat bahwa anak yang sedari dini telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.
Namun ada hal yang perlu diingat, ada baiknya bila sebagai orang tua tidak terlalu ikut campur dengan urusan anak. Karena bila orang tua selalu ikit campur dengan urusan anaknya, maka anak akan terlalu bergantung pada orang tua dan susah untuk mandiri. Selain itu, setiap orang pasti mempunyai privacy masing-masing. Oleh karena itu, ada baiknya memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Unknown mengatakan...

Nama: Luvily Febriani
Kelas : XII IPA6 / 25

Wacana 1

Menjadi orang yang –TER memang terlihat baik, tapi itu hanya dapat dilihat dari bagian luarnya saja. Banyak orang-orang yang ingin unggul daripada yang lain dengan menjadi orang yang masuk dalam golongan –TER. Namun tidakkah mereka menyadari bahwa hidup mereka terbatasi disini. Misalnya orang yang tercantik, harus membatasi hidupnya untuk tidak mengkonsumsi kacang-kacangan yang sering dianggap akan merangsang pertumbuhan jerawat. Dari contoh ini saja kita dapat melihat bahwa orang-orang –TER ini kurang menikmati hidupnya, karena memiliki pantangan-pantangan untuk menjaga kecantikannya demi terlihat lebih mencolok daripada yang lain.

Sebaiknya dalam menjalani hidup, kita sendiri harus bisa merasa nyaman dengan diri kita dan tidak merasa terbebani dengan gaya hidup yang kita jalani. Karena Tuhan sudah menciptakan kita menurut citra-Nya sendiri, jadi setiap orang memiliki ciri khas / karakteristik sendiri yang membedakannya dengan orang lain, meskipun kita dilahikan kembar. Karena walaupun kita anak kembar, kita pasti punya cirri khas yang membedakan kita dengan saudara kembar kita itu. Sehingga menurut saya, kita tidak perlu melakukan usaha ini,itu, untuk menunjukkan daya tarik kita pada orang lain, karena setiap orang memiliki daya tarik sendiri yang berbeda-beda, yang membuat manusia itu unik. Setiap orang juga memiliki kelebihan sendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Hanya saja kita perlu menggali lebih dalam untuk menemukan bakat yang terpendam dalam diri kita itu.

Caranya adalah dengan menjadi diri sendiri dan meninggalkan pola pikir untuk menjadi orang yang –TER. Setelah kita menjadi diri kita sendiri dan melakukan apa yang kita sukai secara wajar dan dengan cara yang benar, kita pasti akan menemukan cirri khas kita yang sebenarnya dan kita dapat menikmati hidup kita secara lebih baik tanpa adanya pantangan –pantangan yang sebenarnya tidak perlu.

Jadi, menjadi orang yang –TER bukanlah kunci dari keberhasilan seseorang, tetapi bagaimana seseorang mampu mencari dan menemukan potensi yang ada dalam dirinya dan kemudian dikembangkan. Maka orang itu akan menemukan kesuksesan dalam dirinya, dengan menjadi dirinya sendiri, tanpa harus mengikuti ataupun menjadi ornga lain.
Kiat-kiat yang dicantumkan dalam wacana 1 sebetulnya juga mengajak kita untuk menjadi diri sendiri dan menemukan bakat yang ada dalam diri kita untuk mencapai kesuksesan, tetapi kita seharusnya tidak memilih-milih bidang pekerjaan yang kita dapatkan atau sedang kita kerjakan. Karena itu akan membuat kita kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sedang sulit didapatkan di zaman yang penuh persaingan seperti sekarang ini. Tetapi bagaimana kita untuk merasa nyaman dengan pekerjaan kita dan kita cukup focus dan menekuni bidang pekerjaan yang sedang kita geluti, sehingga kita akan mencapai kesuksesan kita dengan sendirinya.

Unknown mengatakan...

Nama: Luvily Febriani
Kelas : XIIP6/25

Wacana 5

Pengenalan bentuk-bentuk emosi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari amat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mental serta emosional seorang anak. Anak yang sejak kecil hanya dapat perlakuan cuek dari orang tuanya, atau yang orang tuanya tidak perduli terhadap tahap perkembangan dan pertumbuhan anaknya, dan hanya menitipkan anaknya pada sekolah atau bimbingan belajar untuk mendapatkan pendidikan, anak itu akan cenderung tumbuh sebagai anak yang kurang peka terhadap lingkungan sekitar tempat ia hidup. Ia pun akan menjadi anak yang tidak perduli dengan orang-orang yang hidup bersamanya sehari-hari. Anak seperti ini akan cenderung berpikir asalkan apa yang ia butuhkan ia dapatkan, ia tidak akan perduli dengan orang lain. Hal ini akan berdampak pada perkembangan emosional anak menjadi kurang baik.
Sebaiknya setiap hari orangtua memberikan sedikit waktu kepada anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dan ketika anak mencoba untuk bercerita kepada orangtua, hendaknya orangtua akan memberikan tanggapan positif pada anaknya. Apabila si anak melakukan kesalahan, hendaknya orangtua memberikan saran-saran positif kepada si anak dan mengajak anaknya untuk tidak mengulangi atau memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan di lain kesempatan.
Ketika orangtua mengenalkan bentuk-bentuk emosi pada anak, hendaknya orangtua tahu, cara terbaik mengenalkan bentuk-bentuk emosi itu pada anaknya. Misalnya, anak yang diberikan tontonan yang ditujukan untuk bimbingan anak mengenai anak yang seringkali merengek saat kehendaknya tidak dituruti, padahal, orangtuanya sedang mengalami krisis keuangan. Apabila hanya diberikan tontonan seperti ini saja, anak tidak mungkin dapat mencerna langsung film tersebut untuk berpikir tingkah laku seperti itu tidak baik, karena itu akan membuat orangtuanya merasa terbebani dengan tuntutan anaknya. Sehingga orangtua juga harus memberikan penjelasan-penjelasan, ajaran dan masukan positif mengenai nilai-nilai positif yang seharusnya diambil oleh anaknya mengenai apa yang kita ajarkan atau yang kita berikan pada anak. Dengan demikian si anak akan menambah pemahamannya tentang emosi dan semakin dewasa, anak akan belajar sendiri untuk memahami emosi yang timbul di dalam dirinya, atau yang timbul dari orang-orang disekitarnya, dan anak akan belajar menganalisa apa yang menyebabkan salah satu jenis emosi itu timbul, dan bagaimana cara mengatasinya.
Hal semacam ini memang sepele, tapi jika kurang mendapatkan perhatian, akan berdampak buruk juga terhadap anak kita. Jadi, peran orangtua sangatlah penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku emosional seorang anak. Dengan memperhatikan hal-hal sepele seperti ini, orangtua dapat membimbing anaknya untuk semakin baik dalam berperilaku dan menghadapi berbagai situasi dalam kehidupannya, sehingga anak mampu berinteraksi dengan lebih baik terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya.

xz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
xz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
xz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
xz mengatakan...

Nama : Clarinda Ivory Sandra
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 5

Wacana 1

Saya setuju terhadap pernyataan bahwa di era yang modern sekarang ini pilihan bentuk pekerjaan semakin banyak. Namun, kurang tepat jika dikatakan kondisi fisik seseorang, seperti ketampanan dan ukuran badan, serta kepintaran seseorang tidak begitu penting dan dibutuhkan dalam mencari pekerjaan. Sebab, untuk beberapa kategori pekerjaan, poin – poin tersebut sangatlah dibutuhkan, contohnya sales promotion girl, model, dan pramugari.

Tukul Arwana memang cukup beruntung, karena ia sanggup bersaing di dunia entertain dengan tidak mengandalkan ketampanannya. Akan tetapi, dibalik itu, ia memiliki kemampuan humor yang tinggi sehingga dapat memancing tawa penonton. Selain itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa ketampanan tidak memancing tawa. Faktanya, pelawak lain seperti halnya Arie Untung dan Tora Sudiro memiliki wajah yang tampan dengan tubuh tinggi semampai dan gaya khas yang tetap dapat memancing tawa dalam pertunjukannya.

Memang betul bila setiap orang selalu ingin menjadi yang ter dalam segala bidang. Hal ini dikarenakan sifat alamiah manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Pada kasus ini, manusia juga cukup sadar dan tahu, mereka memiliki kemampuan yang berbeda yang telah diberikan oleh Tuhan, dan ini merupakan suatu kelebihan yang harus disyukuri. Dilihat dari permasalahan yang ada, manusia kebanyakan hanya berusaha lebih di bidang yang benar – benar ia geluti dan sukai. Jadi, apabila mereka berusaha perfect di segala bidang, bukankah pikiran mereka terlalu picik dan serakah? Sebab, tidak ada manusia yang sempurna, alangkah baiknya bila mereka menggali potensi menjadi yang ter di bidang yang benar – benar sesuai dengan kemampuannya, karena hal ini lebih efektif dibandingkan dengan memaksakan diri menjadi yang ter di bidang yang tidak sejalan dengan kondisi orang tersebut.

Menurut pendapat saya, kiat menjadi ‘orang picak di kalangan orang buta’ benar adanya. Bila seseorang menekuni apa yang menjadi kelebihan dan minatnya, tentu saja akan memberikan dampak positif (kemudahan) bagi dirinya dan otomatis, ia bisa menjadi unggul dan menonjol di bidang tersebut.
Kiat ke dua adalah ‘bagai ikan dalam air‘, yaitu mencari pekerjaan dimana kekuatan kita menjadi menonjol dan kelemahan kita menjadi tidak relevan. Pernyataan ini tidak salah, akan tetapi, perlu diketahui bahwa sekarang ini mencari pekerjaan bukanlah kendala yang mudah dihadapi. Beberapa orang menyebutkan dunia yang mereka geluti sekarang bukanlah dunia yang mana mereka tekuni dulu. Ini dikarenakan lapangan kerja yang semakin sedikit sedangkan tenaga kerja berkelimpahan. Tidak jarang kita temui orang – orang yang akhirnya lebih memilih untuk membuka usaha sendiri dan meninggalkan ilmu yang telah mereka geluti sebelumnya.
Kiat ke tiga adalah ‘menjadi landak‘, yaitu mendalami keahlian hingga kita menjadi yang paling ahli di bidang itu.
Pendapat ini cukup benar dan realistis, sebab untuk mendalami suatu keahlian bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kita dipaksa tidak hanya mejadi ‘knowledge worker’ tetapi juga menjadi ‘hard worker’. Karena semua yang kita lakukan akan memberikan hasil yang baik bila dilakukan dengan sungguh – sungguh menggunakan hati. Semuanya akan sia – sia belaka, bila kita mengerjakan apa yang tidak kita sukai.

Intinya, berpikirlah maju ke depan untuk menggeluti apa yang Anda inginkan, ubahlah kelemahan di dalam diri Anda menjadi potensi, dan kelebihan diri Anda menjadi pegangan pokok sehingga memberikan kemudahan – kemudahan dalam perjalanan karya hidup Anda, serta berpikirlah positif. Pikiran positif akan menarik energi semesta yang ada di sekitar Anda dan mengubahnya menjadi suatu kelancaran. Terakhir, teruslah berusaha dan berdoa, sebab setiap usaha akan mengajarkan dan memberikan pengalaman untuk ke depan yang lebih baik, dan doa akan menyertai kesuksessan hidup seseorang.

xz mengatakan...

Nama : Clarinda Ivory Sandra
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 5

Wacana 5

Pengenalan dan pembelajaran karakter anak memang diperlukan oleh para orang tua saat ini, terutama dalam melatih kecerdasan emosi anak. Sebab, IQ tidak lagi menjadi patokan khusus dalam menilai kemampuan anak tersebut.
Anak – anak juga dinilai dari ketrampilan menggunakan emosi dan tindakan yang harus diambil tepat ketika memecahkan masalah. Benar kiranya keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah.
Di era globalisasi ini, pengendalian diri sangat diperlukan, karena itu, baiknya sedari kecil anak dididik untuk mengetahui karakter diri yang sesungguhnya untuk pengembangan motivasi dan minatnya sendiri juga.
Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak sangat efektif dan terbukti manjur untuk proses pengenalan terhadap anak tersebut.
Sosialisasi orang tua dan lingkungan sekitar anak memang berguna untuk memberikan gambaran – gambaran karakter emosi kepada anak, sehingga ke depannya ia mampu menangkap dan memberikan gambaran wajah dan tindakan yang tepat ketika menghadapi persoalan.
Selain itu, dengan pengenalan emosi ini, anak dilatih untuk mengetahui mana ekspresi dan sikap yang tepat untuk menuju proses kedewasaan, sehingga karakter anak tersebut akan benar – benar terbentuk.
Sebagai penutup, orang tua memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam pembetukan karakter dan emosi seorang anak, karena itu, orang tua harus mengajarkan pengenalan dan pembelajaran emosi ini secara tepat dengan anak. Mereka juga harus menegur bila anak tersebut memberi sikap yang salah atau kurang tepat dalam menghadapi masalah yang ada. Perhatian dan kesabaran merupakan kunci utama orang tua dalam membentuk karakter emosi seorang anak. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa orang tua tidak boleh terlalu mengambil bagian terlalu besar dalam pembentukan karakter emosi tersebut, apabila demikian, anak tersebut akan tidak mandiri dalam menghadapi persoalan yang ada dan terkesan tergantung terhadap penilaian emosi dan pendapat orang lain. Tentu saja, hal ini menumpulkan karakter emosi anak itu dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam suatu masalah.

evi yuliani mengatakan...

Nama : Evi Yuliani
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 11


Wacana 1

Pada zaman sekarang, kebanyakan orang melihat orang lain tidak dari fisiknya seperti ketampanannya, tinggi badannya, dan pengetahuannya yang kurang. Tapi, pada wacana ini saya menemukan kalimat “Ketampanan tidak memancing tawa” dan “Ketidaktampanan bisa menarik tawa”. Saya kurang setuju dengan kalimat ini. Menurut saya, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya :

Pertama, faktor keberuntungan yang dimiliki seseorang. Setiap orang pasti memiliki keberuntungan yang berbeda mungkin kebanyakan orang melihat bahwa orang yang kurang tampan lebih bersifat humoris dan santai dibandingkan dengan orang yang tampan, karena kebanyakan mereka yang memiliki wajah tampan lebih bersikap “cool” atau lebih serius.

Kedua, faktor talenta yang dimiliki oleh seseorang. Talenta sebagai seorang pelawak tidak dimiliki oleh setiap orang di dunia ini. Talenta seseorang tidak harus dimiliki oleh orang yang tidak tampan saja, orang tampan pasti juga memiliki talenta tersebut namun kebanyakan orang tidak mengetahui talenta yang ada pada dirinya.

Ketiga, paras wajah tidak dapat menentukan profesi seseorang. Contohnya saja, Andre Stingky pemain Opera Van Java (OVJ) yang memiliki paras wajah yang tampan. Andre juga dapat menarik tawa para penonton dengan keahliannya dalam melawak tanpa harus mengubah wajahnya menjadi tidak tampan.

Anda menyebutkan kiat ‘orang picak di kalangan orang buta’ yaitu mempunyai kemampuan yang unik dibandingkan orang lain dan keunikan tesebut cocok dengan suatu kebutuhan kerja tertentu. Saya setuju karena bila seseorang memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan orang lain maka orang tersebut pasti akan lebih unggul. Sedangkan pada kiat ‘menjadi landak’, yaitu mendalami keahlian hingga kita menjadi yang paling ahli di bidang itu. Saya juga setuju karena jalan menuju keberhasilan selalu terbuka bagi setiap orang yang memiliki tekad dan usaha yang kuat.

Kiat berikutnya, anda manyatakan ‘bagai ikan dalam air’, yaitu mencari pekerjaan dimana kekuatan kita menjadi menonjol dan kelemahan kita menjadi tidak relevan. Saya kurang setuju dengan pernyataan anda karena kelemahan seseorang itu tidak dapat ditutupkan dengan cara apapun. namun, kelemahan tersebut bisa kita perbaiki secara perlahan-lahan dan jika ada niat untuk memperbaikinya maka kelemahan tersebut akan berubah menjadi kekuatan. Seperti yang kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna.

Maka dari itu, untuk mencapai suatu keberhasilan, jalanilah kehidupanmu dengan tanpa beban dan lakukanlah yang terbaik bagi dirimu dan orang lain.

evi yuliani mengatakan...

Nama : Evi Yuliani
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 11

Wacana 5

Pengendalian emosi amatlah penting bagi setiap orang khususnya mereka yang masih dini dan yang masih belum mengenal dengan pasti apa itu emosi. Orang tua sangatlah berperan penting dalam mengajarkan tentang pengendalian emosi, karena orang tua menjadi sosok atau panutan bagi anaknya. Komunikasi dan interaksi yang sering dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, akan membuat orang tua tersebut lebih mudah dalam menyampaikan apa itu pengendalian emosi.

Pengendalian emosi harus di ekspresikan pada kondisi dan keadaan yang tepat. Misalnya, seorang anak sedang menonton film yang lucu, tetapi ia merasa film itu tidak lucu. Ini menunjukan bahwa pengendalian emosi yang diajarkan oleh orang tuanya belum melekat dan belum dapat dipahami secara penuh oleh sang anak. Ciri seorang anak yang telah memahami mengenai pengendalian emosi ialah ia dapat mengontrol emosinya dalam menghadapi suatu masalah yang terburuk sekali pun.

Dapat saya simpulkan, bahwa setiap orang tua harus tiada hentinya mengarahkan sang anak pada hal yang mendidik dirinya sendiri dan memberikan sedikit waktu pada sang anak agar dia dapat mencerna atau memahimnya.

devi fitria tanugrah mengatakan...

Nama : Devi Fitria Tanugrah
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 06

Wacana nomor 2

Saya kurang sependapat dengan pernyataan Anda yang menyatakan “ Jadi kalau perusahaan Anda sangat besar, tentu bisa mendapatkan orang brilyan yang penyuka ‘comfort zone’”. Menurut saya, comfort zone (zona nyaman) itu menyebabkan orang atau SDM tersebut menjadi malas untuk melakukan pekerjaannya, karena dia sudah merasakan posisi yang nyaman. Bila seseorang telah berada di zona nyaman, orang tersebut cenderung menetap di zona nyaman itu. Contohnya saja, Saudara saya yang sudah lulus kuliah mendapatkan gelar S1 dan bekerja di suatu perusahaan produk selama 3 tahun. Hasil kerjanya di perusahaan tersebut mendapat penghargaan dari perusahaan tersebut sehingga dia mendapatkan posisi jabatan yang baik. Dalam hal ini Saudara saya telah diberikan fasilitas dan kenyaman dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Saudara saya menjadi angkuh dan malas untuk melakukan pekerjaan tersebut. Akibat inilah kinerjanya menurun karena telah berada di zona nyaman terus-menerus. Jadi, menurut saya suatu perusahaan yang besar seharusnya merekrut orang yang brilyan, tetapi memiliki daya juang yang tinggi. Walaupun orang atau SDM telah mendapatkan jabatan yang baik atau telah mendapatkan zona nyaman, dia tetap menjalankan pekerjaannya dengan tekun dan tidak angkuh. Oleh sebab itu juga, perusahaan besar itu akan terus berkembang pesat karena memiliki sdm yang baik dan memiliki daya juang yang tinggi.

Pada pernyataan Anda yang mengatakan, “ Ketika kasusnya adalah rutin dan sederhana, maka kita cukup meniru sistem yang sudah bagus. Kita tidak perlu mempekerjakan orang bagus. Yang biasa-biasa sudah cukup. Ketika kasusnya tidak rutin namun sederhana, kita juga tidak memerlukan orang yang bagus. Orang biasa sudah cukup”, menurut saya, pernyataan ini akan lebih baik lagi apabila orang yang sudah bagus, baik, dan ahli dalam bidangnya turut bekerja sama dengan orang yang biasa-biasa saja. Dengan begitu, orang yang biasa-biasa tersebut menjadi ahli dalam bidangnya sekaligus menambah pengalaman mereka.

Usul saya mengenai pernyataan Anda, setiap perusahaan besar dalam mencari SDM yang baik dan bagus perlu dilakukan test ataupun training bagi para SDM yang baru. Melalui test atau training itu, suatu perusahaan dapat menilai bagaimana kemampuan SDM yang baru dan juga dapat para SDM dapat mendekatkan diri dengan perusahaan atau lebih mengenal mengenai perusahaan itu. Diperlukan juga kerja sama yang baik antara SDM yang lama dengan SDM yang baru. Dengan kekompakan SDM lama dan baru itu, dapat mencapai suatu keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan.

devi fitria tanugrah mengatakan...

Nama : Devi Fitria Tanugrah
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 06

Wacana nomor 4

Pernyataan Anda yang mengatakan, “Nyatanya memang kebanyakan orang di dalam hidupnya tidak akan pernah bertemu jin (dunianya memang beda). Yang sudah ketemu pun ternyata jinnya tidak mau berurusan dengan orang”, saya tidak sependapat dengan Anda. Menurut saya, banyak orang yang dapat melihat jin atau bertemu dengan jin. Bisa saja ketika dia sedang berjalan, duduk, dan lain-lain. Jadi, pernyataan Anda itu salah yang menyebutkan bahwa kebanyakan orang tidak akan pernah bertemu dengan jin. Bisa saja orang tersebut memiliki suatu indera keenam yang dapat melihat jin. Keahlian itu dimilikinya sejak kecil atau mungkin diberi oleh seseorang. Kita juga terkadang dapat merasakan kehadiran makhluk-makhluk lain seperti jin itu. Ada juga beberapa jin yang menampakkan dirinya kepada manusia. Jin itu ingin menunjukkan kepada manusia bahwa mereka ada dan berada disekeliling kita. Sepengetahuan saya, ada beberapa jin yang mau berurusan dengan manusia. Urusan itu ada yang berupa untuk menganggu manusia semata atau untuk membantu manusia itu sendiri. Contohnya, kakak teman saya bernama Jeany, dia memiliki indera keenam yang dapat melihat makhluk-makhluk seperti jin atau hantu. Jeany juga mengatakan bahwa hantu itu memang ada dan berada disekitar kita. Terkadang jin itu menganggu manusia. Dia pernah merasakan bahwa jin itu mencubit dirinya, dan timbul warna biru seperti memar di kakinya, tetapi dia tidak merasakan kesakitan. Dia juga menceritakan bahwa ada seorang temannya yang meminta nomor togel dari jin, dan jin itu memberikan nomor togel yang temannya minta. Jadi menurut saya, banyak juga yang dapat jin atau hantu. Dan tidak selamanya hantu itu tidak mau berurusan dengan manusia.

Saran saya, pada pernyataan Anda mengenai “ Bagaimana cara mengurangi rasa takut?”, ada beberapa hal yang masih kurang. Selain mengantisipasi konsekuensi suatu kejadian, mengetahui lebih banyak untuk mengetahui bahwa konsekuensi yang terjadi tidaklah seperti yang kita andalkan, dan berlindung dengan ahlinya, dapat ditambahkan beberapa cara lagi, yaitu kita perlu menguatkan iman kita dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, rajin berdoa, membaca kitab suci, rajin pergi ke tempat ibadah, dan lain-lain. Kita perlu menguatkan iman agar rasa takut dalam diri kita menjadi berkurang dan dapat merasakan ketenangan batin jika kita menghadapi ketakutan. Seperti yang Anda katakan bahwa takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita, karena itu kita perlu mendekatkan diri kepada Tuhan agar rasa takut itu hilang.

Manusia tidak perlu cemas terhadap konsekuensi dari ketakutan. Semua hal itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Usul saya, lebih baik kita percaya diri dan percaya kepada Tuhan. Melalui kepercayaan itu, kita mendapatkan ketenangan batin dalam melewati ketakutan tersebut. Bekerja samalah dengan diri kita dan Tuhan untuk menghadapi rasa ketakutan dalam diri. Selalu berpikir positif dalam menjalankan sesuatu dan berpikirlah positif mengenai konsekuensi dari ketakutan itu.

Ferik Tantomi mengatakan...

Nama : Ferik Tantomi
Kelas : XII IPA 6
Nomor : 13

Wacana 1

Seperti yang diucapkan, bahwa kriteria seperti wajah, tinggi badan, intelegensi tinggi, kemampuan berorganisasi ini sangat penting untuk era jaman sekarang ini.

Saya setuju bahwa pernyataan tentang tak semua kriteria itu harus dipenuhi seseorang untuk mencapai kesuksesan. saya ingin menambahkan wacana di atas agar menjadi lebih terpadu bagi kalangan pembaca, perlu dijelaskan tentang "Berpikir secara positive", saya membaca dari intisari buku "Secret of Positive Thinking", di dalam buku ini dijelaskan bahwa "Mempertahankan suatu sikap mental yang positif adalah kunci keberhasilan pribadi dalam hidup". Dengan kutipan itu, pada wacana itu dapat ditambahkan penjelasan tentang pemikiran positif.

Ferik Tantomi mengatakan...

Nama : Ferik Tantomi
Kelas : XII IPA 6
Nomor : 13

Wacana 5

Menurut pendapat saya, melatih emosi anak sejak dini akan membentuk pribadi yang kuat dalam diri nya sehingga saat dewasa, dia dapat mengendalikan emosi nya di situasi sesulit apapun.

Melatih kecerdasan emosi tersebut akan lebih baik jika diberi pengarahan tentang dasar dasar tentang emosi, perlu dijelaskan emosi itu apa, mengapa emosi itu dapat terjadi terhadap masing masing invidu, situasi yang bagaimana menyebabkan emosi.

Dengan begitu, anak secara tak langsung mengetahui istilah emosi, mengapa emosi terjadi. Sehingga anak diharapkan tahu bahwa emosi tersebut dapat dikendalikan secara sadar, agar di kemudian dia dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan memiliki mental kuat.

Akan lebih baik lagi, dijelaskan macam macam emosi, baik itu sedih, senang, marah, kenyang, sakit, dan lain lain. Agar anak dapat membedakan yang mana emosi itu.

Pada intinya, emosi sangat mempengaruhi pola dan tingkah laku seorang anak. Sehingga jika pada anak telah memiliki kecerdasan emosi. Pada saat dia dewasa, di benak nya telah terbentuk mental kuat, maka pribadi pun akan menjadi menawan, memiliki jiwa kepimpinan, bijaksana, dan lain lain.

Ich_SatZz mengatakan...

Nama : Sathya Putra W.
kelas : XII IPA 6
No. absen : 33

Wacana 1

Memang kata orang berpenampilan kurang menarik adalah suatu daya pikat orang-orang tertentu dalam bidang tertentu, tetapi faktanya berpenampilan gemuk, pendek, dan tampang kurang menarik justru menyebabkab daya tarik menjadi berkurang dengan kata lain harus ada suatu faktor yang ditonjolkan melalui dirinya dalam hal fisik. Sebagai contoh Tukul, dia boleh berhasil karena kemampuannya melucu, tetapi bagaimana orang yang tidak memiliki keterampilan? Mereka hanya asal bekerja menjadi pemulung karena tak berketerampilan? Tampang mereka kurang dan penghasilan lebih buruk dari penghasilan orang desa. Saya tidak setuju dari pernyataan ini. Pernyataan ini hanya bisa diterima bila orang tersebut memang berkemampuan.Bandingkan beberapa orang yang sukses dengan wajah "pas-pasan", berbadan pendek atau gemuk, dan lain-lain dengan berjuta-juta orang yang memiliki fisik kurang menarik. Ini tidak masuk akal, seseorang harus merubah dahulu penampilannya baru dapat menyatakan dirinya siap untuk memiliki daya tarik.
Untuk memiliki daya tarik, pada zaman moderen ini, sudah banyak alat-alat, suplemen, dan macam-macan terapi lainnya yang bisa membuat fisik menjadi menarik.

Tiga konsep ini bisa diterima, yang pertama " si picak di kalangan si buta ",pada pernyataan ini, hanya menonjolkan dan memberi masukan agar kita menonjolkan sesuatu yang kita mampu, dalam hal ini, saya ingin mengoreksi lebih baikkah kita 'bercermin' pada diri sendiri bagaimana kita mempelajari dirikita sendiri, saya berkemampuan dalam bidang ini, tetapi dalam bidang ini setidaknya menguasai beberapa cabang dari bidang ini. Jadi kita dapat mengetahui lebih luas setidak-tidaknya tidak menjadi 'picak' melainkan "si pintar dari orang dungu", ini lebih baik dan lebih bermanfaat daripada hanya 1 kelemahan, tetapi mencari 10 kelemahan orang lain.

"ikan di dalam air" sama saja menyembunyikan identitas, umpama ikan kecil suatu saat akan dimakan burung, ikan besar akan diserang predator-predator lainnya untuk memangsanya. Demikiannya hal ini, kenapa tidak sebut saja " Katak yang bernyanyi ", bagaimana suara katak? bagaimana tampangnya? orang -orang tahu itu katak, oh, lebih tepatnya lagi raja katak, berpenampilan lebih besar, suara juga besar, serta lebih berwibawa dibandiingkan katak lainnya. Demikian halnya dengan seorang seniman, penulis lagu, dan lain-lain, bila ia tidak mau menonjolkan dirinya, ia hanya menjadi makanan dari predator lainnya, tetapi bagaimana ia menjadi sesuatu yang diketahui orang banyak? Lebih terkenal dan tersohor? Bagaimana seperti Stephen Hawking? tampang fisik tidak memenuhi, menonjolkan ilmu pada bidang fisika, tetapi siapa yang tidak tahu Stephen Hawking? itulah Raja Katak diantara katak lainnya. Jadi menonjolkan diri itu perlu apabila kemampuan itu ada. Kemampuanlah yang dilihat, fisik nomor dua.

Disini, hanya ada beberapa tambahan yang saya masukan, pernyataan anda tentang ini sudah benar tetapi bagaimana bila kemampuan ayng diperdalam itu dipecah menjadi beberapa bagian, yang saya maksud, perdalam ilmu yang lain yang masih berkaitan erat dengan itu, misal saja ahli sate, ahli desainer, dan lain-lain, bagaimana bila mereka mempelajari teknologi yang berhubungan dengan pekerjaan mereka atau "bumbu" khusus untuk membuat bidang ini menjadi lebih hidup atau lebih unik dan menarik agar membuat suatu kreasi yang luar biasa, jadi tidak terpusat di satu bidang tersebut saja, tetapi berani mencoba sesuatu yang baru dan merasa ini berhubungan dengan bidangku, tekunilah.

Jhohanes.Salim mengatakan...

Nama : Jhohanes Salim
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 21

Wacana 2
Benar adanya sistem baik dengan hasil luar

biasa. Pendapat ini memang diterima dengan

akal sehat, namun kembali pada kreator

sistem itu sendiri. Tanpa kreator handal,

sistem tidak akan baik dan berhasil seperti

yang kita harapkan. Kreator handal tentunya

tak mudah ditemukan dan sulit pula

dipertahankan oleh suatu instansi ataupun

perusahaan. Mereka pun tidak akan diam pada

perusahaan yang hanya memberi kepuasan

pekerjaan serta jaminan-jaminan. Banyak

kreator handal yang hengkang karena

kurangnya negosiasi keuangan perusahaan

tempat ia bekerja dan mereka pun pindah

pada perusahaan yang berani merogoh kocek

cukup besar untuk diri mereka. Tentunya

dengan keuangan yang cukup, para kreator

handal akan bekerja dengan optimal.

Pada pekerjaan yang rutin dan sederhana

nampaknya hanya ditemukan sedikit masalah.

Meniru sistem yang sudah bagus tidaklah

mudah. Terpikirkah anda bahwa dewasa ini,

segala penemuan berbondong - bondong untuk

dipatenkan. Termasuk sistem hingga kita

butuh biaya untuk menirunya secara resmi

atau legal. Biaya yang kita butuhkan untuk

memakai sesuatu yang telah dipantenkan

tidaklah kecil. Akhirnya, semua pekerjaan

tidak semudah ucapan kita karena semua

pekerjaan tetap butuh SDM yang baik. Baik

dari yang dididik terlebih dahulu, maupun yang

telah menempuh pendidikan sendiri.

Wacana 4
Ada kalanya rasa takut menghantui diri kita

hingga kita tidak dapat menjalani kegiatan

dengan nyaman. Saya setuju bahwa kita harus

mencari penyebab dan konsekuensi suatu

kejadian. Dengan mencari konsekuensi dari

ketakutan kita, kita dapat mengetahui

mengapa kita dapat takut pada hal itu.

Banyak rasa takut yang rasanya tidak normal,

maksudnya disini hanya beberapa orang saja

yang mengalami. Ada baiknya kalimat

inimenjadi akar pikiran kita untuk menyadari

bahwa semua konsekuensi atas ketakutan

yang kita pikirkan, tidaklah sesuai dengan

kenyataannya. Orang tidak takut, mengapa

saya harus takut? Kalau memang masih takut,

terpaksa kita berlindung pada orang yang ahli

dan lebih baik lagi apabila kita dapat

menghadapi ketakutan kita sendiri dengan

pendampingan para ahli hingga kita dapat

mengurangi rasa takut kita pada sesuatu

secara pelan.

MalvinNathaniel mengatakan...

Malvin Nathaniel
XII IPA 6 / 26

Wacana Ke-2

Di jaman yang serba sulit ini,memang benar adanya bila perusahaan-perusahaan mencari SDM yang terbaik dibidangnya.Ini dilakukan demi kemajuan perusahaan itu sendiri. Saya kurang setuju ketika anda mengatakan bahwa SDM bagus itu mahal harganya.Beberapa perusahaan banyak yang bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi dimana banyak calon-calon bertalenta disana.Biasanya perguruan tinggi memberikan calon-calon terbaik pada perusahaan itu untuk dijadikan pegawai.Itu tidak membutuhkan dana yang mahal karena mereka merupakan calon pekerja yang berkualitas.Walaupun seiring berjalannya waktu,kemampuan mereka meningkat,biaya yang dibutuhkan pasti meningkat karena mereka juga memberikan benefit pada perusahaan.

Saya ingin mengkritik pendapat anda "Ketika kasusnya adalah rutin dan sederhana, maka kita cukup meniru sistem yang sudah bagus". Menurut saya pendapat anda ini salah,seharusnya kita tidak hanya meniru sistem yang sudah bagus,melainkan harus berinovasi.Berinovasi di jaman teknologi amatlah penting, jika kita hanya meniru,tidak akan ada perkembangan,melainkan hanya jalan di tempat.Ini akan membuat perusahaan itu lambat laun akan mati kutu menghadapi perusahaan lain yang berkembang.Semua perusahaan harus mempekerjakan orang yang sesuai dengan bidangnya,istilahnya "The right man in the right place".Selain menguntungkan perusahaan,sang pegawai pun akan puas dengan pekerjaan yang dilakukannya.

Intinya SDM yang berkualitas harus kreatif,inovatif serta menunjukan intelegensi dalam pekerjaan.Dengan demikian kualitas kerja mereka akan terbukti dan menjadi SDM yang berkualitas tinggi.

Ich_SatZz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ich_SatZz mengatakan...

Nama : Sathya Putra W.
Kelas : XII IPA 6
No.absen : 33

Wacana 5
Pertama sekali membaca pernyataan tentang pengenalan emosi ini penting, tetapi dengan berkata "adik cemberut" menyatakan bahwa adik cemberut dan pasting ingin cemberut bila tidak boleh atau dilarang menonton TV. Ada benarnya mengatakan emosi tersebut di tampilkan dalam bentuk-bentuk visual maupun audiovisual, karena mereka merasakan betul-betul apa yang dirasakan atau emosi seseorang pada saat melakukan tindakan atau pun sebagai objek tindakan. Dilihat dari sisi keburukannya, sebagai contoh diceritakan seorang penjahat yang mencuri dengan hati-hati, perasaan berdebar, setelah mencuri orang tersebut senang sekali karena mendapatkan barang yang dia inginkan, dengan hati-hati dan tanpa kesalahan pencuri itu tidak tertangkap. Ini salah satu keburukan dari pencerminan emosi terhadap anak, sang anak merasakan dengan betul sebagai pencuri, perasaan enak setelah mencuri. Sebagai contoh ditayangkan film bersifat penindasa pada anak-anak,tindakan ini bertaraf rendah, kisarannya seperti mengganggu orang lain, anak-anak akan segera dan dengan cepat merekam dan merasakan kesenangan mengganggu orang lain walau pun toh ia tahu itu perbuatan yang salah. Ditayangkan film berupa kebersamaan, saling membantu, ana tersebut dengan cepat mengingat dan menyimpannya dalam memori ingatan, oh ini perbuatan yang baik berarti ini lah yang harus ku perbuat.

Penilaian moral bersifat lisan, sedangkan realisasi merupakan emosi, emosi itu bagaikan pedang yang ingin di tempa, seperti apakah bentuk pedang yang diinginkan. penilaian moral tidak dapat dibandingkan dengan realisasi, itu jauh sekali. Misalkan "nak, jangan nakal, nanti tidak ada teman" itu memberikan suatu perintah dari penilaian moral, tetapi ketika ia berbuat nakal, ia merasakan dengan sendirinya bagaimana rasanya berbuat nakal itu, perasaan senang bila orang dalam keadaan susah itu biasa sekali, setiap orang punya perasaan itu. Apakah dengan berkata terus-menerus dapat mengubahnya? Yang saya tekankan disini tunjukan emosi yang baik, hindarkan emosi-emosi yang dapat membuat anak-anak melakukan hal-hal yang salah. Karena emosi yang terkontrol dengan baik melatih anak-anak untuk berbuat benar. Apabila anak tersebut melakukan hal yang salah, kita dapat berkata " dik, lebih baik belajar, karena belajar itu membuat adik pintar, menjadi pintar itu disenangi orang dan kelak menjadi berguna di masa depan bagi orang banyak.", tunjukan hal tersebut dengan contoh baik pula, jangan hanya berbicara saja, tetapi tunjukan perhatian dan cinta kasih dalam emosi, bukan kemarahan ataupun emosi buruk lainnya.

MalvinNathaniel mengatakan...

Malvin Nathaniel
Kelas XII IPA 6 / 26

Lanjutan
Wacana 4

Rasa takut merupakan kewajaran yang pasti dialami oleh semua umat manusia.Tidak mungkin manusia tidak mempunyai ketakutan.Seperti yang anda katakan manusia takut karena pada akhirnya mereka takut mati.Tetapi saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat anda.Banyak contoh-contoh lain,seperti manusia yang takut dengan hewan.Manusia tersebut takut dengan hewan bukan karena takut mati,tetapi jijik atau geli dengan bentuk hewan tersebut.Manusia selalu mempunyai alasan tersendiri mengapa mereka takut akan sesuatu.Dan merupakan suatu kewajaran bila mereka takut karena manusia diciptakan berbeda-beda.Seperti pepatah "Tak ada gading yang tak retak".

Saya ingin mengutip pendapat anda mengenai subbab mengurangi rasa takut.Disana tertulis pada hal yang ketiga,"berlindung dengan ahlinya".Memang pada contoh yang anda berikan,yaitu contoh mengenai takut pada ular,cocok dengan pilihan yang anda berikan.Tetapi jika anda hanya ingin membahas mengenai ular,saya menyarankan anda memberikan keterangan pada judul,seperti "Mengurangi rasa takut pada ular".Itu akan lebih dimengerti pembaca.Jika anda hanya menuliskan "Mengurangi rasa takut",seharusnya anda memberikan option yang lebih bersifat umum dibandingkan mengacu pada satu jenis.Jika anda hanya menuliskan judul demikian,jika pembaca menghadapi ketakutan pada warna,adakah ahli warna yang bisa melindungi orang tersebut?Itu akan menjadi polemik tersendiri bagi pembaca.

Intinya jika ingin mengatasi ketakutan,kita harus berpikir positif,banyak berdoa,dan juga percaya akan kemampuan diri sendiri.

Sylvia mengatakan...

Nama : Sylvia Sari
Kelas : XII IPA 6/36

Wacana 2

Menurut saya, pernyataan “programmer yang bagus bisa produktif 10 ribu kali lipat dibandingkan programmer biasa” pada wacana 2, secara sekilas memang benar. Namun jika ditinjau lebih cermat, sesungguhnya ada faktor lain yang menyebabkan seseorang memiliki kemampuan dalam hal produktifitas, yaitu kemauan dan keinginan yang kuat untuk mencoba. Jadi, saya tidak begitu setuju mengenai SDM yang bagus lebih produktif daripada SDM yang biasa-biasa saja karena di sini tidak hanya kepintaran atau krativitas yang diperlukan, tetapi juga kemauan dan keinginan.
Tapi jika memang banyak peusahaan yang bersaing untuk merekrut SDM yang berkualitas, tentunya bukan hal yang salah sebab sebuah perusahaan (khussunya perusahaan yang besar) pasti lebih percaya pada kemampuan SDM yang berkulitas dan tak ingin mengambil resiko dengan merekrut SDM yang biasa. Padahal, SDM yang biasa mungkin saja memiliki mutu yang tak kalah dari SDM yang berkualitas jika mereka memiliki kemauan dan keinginan. Tentu dapat terbayang oleh kita bagaimana jika perusahaan hanya merekrut orang-orang yang berkualitas, yang memiliki skill tinggi. Bagaimana dengan orang-orang yang biasa-biasa saja, namun memiliki kemuan belajar untuk menjadi berkualitas? Dan bagaimana jika kita yang termasuk ke dalam golongan orang yang biasa-biasa saja? Bisa Anda bayangkan?
Mengenai pertanyaan,”Bukankah berarti kita memerlukan SDM yang begus untuk menjalankan sistem yang bagus?”, menurut saya jawabnya tidak. Suatu sistem dapat berjalan dengan baik jika individu-individu saling berkerja sama, entah mereka pintar atau tidak. Yang terpenting, apabila mampu bekerja sama dengan baik, semua masalah pasti dapat diselesaikan dengan lebih mudah dibandingkan jika hanya ada 1-2 orang SDM yang berkualitas yang bekerja pada sistem itu.
Untuk “pekerjaan rumit yang memerlukan SDM yang brilyan”, saya setuju dengan pernyataan tersebut. Namun SDM yang unggul bukan berarti merupakan aset yang sesungguhnya bagi perusahaan karena yang penting adalah kemampuan SDM untuk bekerja sama dan kemauan untuk belajar membangun sebuah perusahaan yang berkualitas.
Demikian sanggahan saya mengenai wacana nomor 2. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Wacana 4.

Saya setuju bahawa rasa takut itu muncul lebih-lebih karena bayangan dalam diri kita sendiri. Banyak orang yang memiliki pemikiran negatif sebelum menyelidiki kebenaran mengenai sesuatu yang membuat ia takut.
Menurut http://www.pengembangandiri.com/articles/44/1/3-Langkah-Cepat-Mengatasi-Rasa-Takut/Pagel.html, ini merupakan ketakutan yang bersifat fiksi-bukan kenyataan. Semua hanyalah anggapan yang tidak didukung dengan fakta. Tapi pada kenyataannya, banyak orang yang memiliki rasa takut yang demikian. Ini memang sulit dihilangkan. Ini hanya dapat dihilangkan dengan meminta perlindungan kepada Tuhan. Maka, saya tidak begitu setuju dengan pernyataan “berlindung kepada ahlinya” pada wacana nomor 4 ini. Menurut saya, yang terpenting adalah kita percaya pada perlindungan Tuhan. Selain itu, kita juga harus berusaha, membangun relasi dengan diri sendiri dengan pelan-pelan menghilangkan pemikiran-pemikiran negatif mengenai ketakutan itu. Lalu, fokuskanlah pikiran pada hal-hal positif, pikirkanlah hal-hal yang positif dan hal-hal yang menyenangkan. Warnai hidup dengan penuh cinta agar banyak hal-hal positif dan baik yang bermunculan, serta menjadi orang yang optimis.
Demikian sanggahan dari saya mengenai wacana nomor 4. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Terima kasih.

LL mengatakan...

NAMA : LAYLIA
KELAS : XII IPA 6
NO. ABSEN : 22

Wacana 2

Memang suatu perusahaan yang telah memiliki kualitas yang baik akan lebih memilih untuk mempertahankan dan mendapatkan SDM yang memang mempunyai talenta yang terbaik, untuk menghasilkan suatu hasil kinerja yang dapat memuaskan dan menguntungkan bagi perusahaan tersebut. Namun, memang mendapatkan SDM yang demikian dibutuhkan biaya untuk menggantikan talenta yang telah diberikannya untuk perusahaan yang berani merekrutnya dengan harga yang mahal. Lantas Bagaimana dengan SDM yang baru akan mencoba ke dunia kerja? SDM yang belum mempunyai pengalaman yang matang? Bagaimana SDM yang baru ini dapat mengembangkan ide-ide barunya? jika perusahaan besar atau perusahaan bagus hanya akan merekrut orang yang memiliki pengalaman yang banyak dan baik. padahal setiap orang memiliki talenta yang berbeda-beda, tergantung bagaimana orang tersebut mengolahnya dengan baik. Saya sependapat dengan sistem yang bagus semestinya tidak bergantung pada orang yang bagus dan sesuatu yang sederhana tidak memerlukan orang yang bagus. jika sistem itu memang benar-benar bagus maka sistem tersebut dapat berjalan dengan baik walaupun dipegang dengan orang yang biasa, yang memiliki besar rasa ingin tahunya dan ingin belajar, sama halnya dengan suatu yang sederhana tidak perlu orang yang bagus.

Saya kurang setuju dengan pernyataan ‚“ketika persoalan menjadi rumit ( kompleksitas tinggi ), kita memerlukan SDM yang bagus“. Tidak semua persoalan yang rumit itu hanya dapat diselesaikan oleh SDM yang bagus, SDM yang biasa-biasa saja juga dapat menyelesaikan persoalan rumit. Persoalan rumit dapat diselesaikan apabila memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin selalu belajar, dapat mengatur emosional dan dapat menjalankan logikanya dengan jelas dan terukur. Walaupun SDM yang bagus tapi tidak memiliki lima kriteria tersebut maka percuma saja berkulitas yang bagus tetapi tidak dapat menjalankan kemampuannya dengan baik. Maka apabila SDM yang biasa-biasa saja tersebut memiliki lima kriteria tersebut maka tak mustahil SDM yang biasa-biasa saja juga dapat menyelesaikan persoalan yang rumit, sehingga SDM yang bagus dapat bekerja sama dengan SDM yang biasa-biasa saja untuk saling menguntungkan satu sama lain dan menutupi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jim Collins dalam bukunya Good to Great memberikan kiat merekrut SDM bagus, yaitu “rekrutlah orang dengan nilai-nilai diri yang sama dengan perusahaan Anda“. Menurut saya kita memang boleh-boleh saja memilih SDM sesuai dengan kualitas perusahaannya, tapi kita juga tidak boleh melupakan SDM yang akan mencoba mencari pengalaman dan belajar lebih dalam dunia kerja. Jadi, suatu sistem perusahaan akan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki jiwa pemimpin, rasa ingin tahu, saling memberikan atau saling tukar ilmu, dapat mengatur emosionalnya dan yang terutama adalah dapat bekerja sama dengan orang lain.

LL mengatakan...

NAMA : LAYLIA
KELAS : XII IPA 6
NO. ABSEN : 22

Wacana 4

Pada dasarnya rasa takut merupakan sesuatu yang terjadi dalam setiap kehidupan manusia, karena rasa takut itu muncul ketika seseorang tidak bisa menerima konsekuensi yang ada apabila terjadi sesuatu pada dirinya. Rasa takut ini sendiri dapat diatasi dengan cara yang telah Anda katakan. Selain itu dapat juga diatasi dengan cara, yaitu Pertama, ubah fokus Anda dari takut menjadi cinta, dari khawatir menjadi optimis. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda. Kedua, bangun komunikasi dengan diri Anda sendiri. Tanyakan kepada diri Anda tiap kali Anda merasa khawatir, ”Apakah kekhawatiran ini membawa kebaikan atau menyakiti diri saya?”. Katakan kepada diri Anda bahwa Anda mencintai diri Anda apa adanya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menentukan kebahagiaan Anda kecuali diri Anda sendiri. Bukan orang tua, bukan bos, bukan juga pasangan Anda.
Yang terakhir adalah berlatihlah untuk berhenti berpikir tentang masa depan dan habiskan waktu Anda sebanyak mungkin di masa kini. Artinya your mind and body selalu sinkron, bukannya badan disini tapi pikiran melayang kemana-mana. Kekhawatiran, kecemasan, pesimis hanya terjadi karena kita terlalu memikirkan masa depan. Dengan kita fokus ke masa sekarang kita menjadi lebih punya energi dan power untuk memperoleh kebahagiaan sekarang, bukan nanti, tapi sekarang dan disini.

Saya kurang setuju dengan pernyataan yang mengatakan “ berlindung dengan ahlinya“, karena sesungguhnya jika kita ingin berlindung maka kita haruslah berlindung pada Tuhan yang menciptakan kita. Berlindung dengan ahlinya ini harus dimaksudkan sebagai seorang yang belajar mengatasi rasa takutnya kepada ahli yang bisa membantu mengurangi rasa takutnya. Tetapi jika seseorang terus menerus mengandalakan orang lain di belakangnya untuk menghadapi rasa takunya, maka orang tersebut belum bisa mengatasi rasa ketakutan dalam menghadapi konsekuensi yang ada, dan rasa takut tersebut akan terus menyerangnya bila tidak ada orang di belakang untuk mendampinginya. Misalnya kita takut dengan hantu, tidak mungkin kita harus selalu ditemani oleh pawang hantu atau paranormal untuk selalu mendampingi kita, maka kita harus selalu berlindung kepada Allah untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut yang ada di dalam diri kita. Usul saya sebaiknya kita berlindung kepada Yang Maha Kuasa.

Khawatir merupakan bagian dari rasa takut, karena takut akan menyebabkan seseorang akan khawatir atau cemas terhadap kehidupan yang akan dijalani selanjutnya. Untuk menghindari hal tersebut maka kita memang harus mengetahui cara bagaimana mengatasi ketakutan kita, misalnya orang yang takut dengan hantu, kita harus percaya bahwa hantu tidak ada dalam kehidupan dunia manusia, karena terbatas dalam dua dunia yang berbeda.

Weiliem Abubakar mengatakan...

Nama : Weiliem Abubakar
Kelas : XII IPA 6
No.Absen : 39


Wacana 1
Benar halnya bahwa manusia memiliki bidang-bidang tersendiri yang mereka kuasai. Setiap bidang memiliki kebutuhan akan sesuatu yang berbeda. Wacana ini mengajarkan kita bahwa selemah apapun kita, kita pasti memiliki sesuatu keunggulan yang belum tentu dimiliki orang lain karena setiap manusia yang dicipatkan itu unik.

Dalam dunia kerja pun, kita tidak perlu minder dengan paras wajah, tinggi badan, ukuran badan hingga kepandaian yang dimiliki seseorang. Bila kita mengembangkan potensi yang kita miliki semaksimal mungkin dan memanfaatkan sebaik mungkin, peluang kesuksesan akan terbuka lebar untuk kita. Namun, bila kita hanya memfokuskan satu potensi saja yang kita milki, tanpa mengembangkan potensi lain yang ada pada diri kita, kit aakan sulit bersaing dengan orang lain di dunia globalisasi sekarang ini.Alangkah baiknya bila kita memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada diri kita sehingga kita tidak dianggap remeh dan mampu bersaing dengan yang lain.


Wacana 5
Melatih kecerdasan emosi anak sejak dini memang harus diterapkan pada seluruh anak karena si anak tidak hanya mengenal emosi saja tetapi juga bisa mengendalikan emosi dengan baik. Bila pelatihan emosi anak tidak diterapkan, emosi anak akan menjadi tidak berturan atau buruk. Misalnya, bila ada teman si anak sedang berduka tetapi dia justru tertawa bahagia. Bila hal itu terus dibiarkan, emosi si anak akan berkembang menjadi emosi ornag psikopat.Namun, bila si anak hanya diajarkan emosi sedih, marah, dan lain-lain, anak akan terus bermuram durja dan memyebabkan si anak tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik.

Pada pengajaran emosi anak, sebaiknya tidak hanya mengajarkan emosi sedih atau kesal, tetapi juga mengajarkan emosi senang, bahagia, dan tertatawa pada saat hal-hal positif terjadi padanya.

Ajarkan juga pada si anak mengenai berpikir positif karena dengan mengajarkan berpikir positif sejak dini, si anak akan terbiasa bersikap optimis atau melihat sisi positif dalam menyinggapi seluruh permasalahan yang ada.

Novita Sari mengatakan...

Nama : Novita Sari
Kelas / No.Absen : XII IPA 6 / 30

Wacana 2
Memanga benar adanya bahwa sistem yang bagus semestinya tidak bergantung pada orang yang bagus. Diibaratkan sistem Mc Donald’s yang dikerjakan orang yang biasa, namun menghasilkan burger yang luar biasa. Itu akan menghasilkan sistem yang luar biasa. Sistem yang bagus memang akan menjamin hasil yang bagus. Berarti untuk dapat menciptakan sistem yang bagus kita tidak perlu memerlukan SDM yang bagus juga. Karena suatu kesuksesan tidak hanya bergantung pada SDM yang bagus. Yang di perlukan hanyalah sebuah ketekunan dan kemauan dalam diri sendiri untuk menghasilkan suatu kesuksesan. Orang yang sukses bukan hanya memilki banyak talenta, memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi, memiliki pengalaman yang banyak. Itu merupakan suatu hal yang sangat diperlukan.
Di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Banyak orang yang pintar, kreatif, berilyan. Pasti juga memilki sisi kelemahannya, seperti pemalas, atau juga memiki sikap yang kurang baik, tidak memilki sopan santun terhadap orang lain. Sedangkan orang yang biasa – biasa saja, yang jika di lihat dari sisi luarnya tidak ada apa – apa, tetapi memiliki sisi keunggulannya juga, seperti rajin bekerja, memiliki sikap yang baik, tidak mudah putus asa untuk terus mencoba, dan memiliki impian yang besar. Karena Tuhan menciptakan manusia, yang masing – masing memiliki talenta dan bakat dalam dirinya. Tinggal manusia yang dapat mengasah dan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Jadi saya kurang setuju dengan pendapat bahwa untuk memiliki SDM yang bagus, mahal harganya. Karena kebanyakan SDM yang bagus dan unggul itu hanya untuk mendapatkan gaji yang besar saja, lupa akan posisinya sendiri. SDM yang bagus adalah orang yang yang memiliki pendirian bahwa pekerjaan itu adalah sebagai jiwa mereka dan mencintai pekerjaan tersebut sebagai anugerah yang di berikan oleh Tuahan. Maka apa yang akan dilakukan pasti menghsilkan yang baik juga.

Novita Sari mengatakan...

Nama : Novita Sari
Kelas / No.Absen : XII IPA 6 / 30

Wacana 4
Takut adalah salah satu sifat manusia untuk hidup. Dengan adanya rasa takut, kita jadi berusaha untuk mengukur kemampuan diri dan membuat strategi untuk menghadapi suatu tantangan. Tanpa ada rasa takut, kita bisa ceroboh dalam mengambil keputusan. Rasa takut adalah bukan suatu perasaan yang bisa dihilangkan begitu saja seperti rasa ketika kita malu, cemas, marah, atau sedih. Seperti ketika kita sedih maka tubuh akan bereaksi yang menyebabkan kita banjir air mata.
Setiap orang pasti memiliki rasa takut dalam dirinya. Dan dapat di atasi dengan berbagai cara, tergantung bagaimana orang menyikapi rasa takut itu dengan hal – hal yang positif. Memang, rasa takut tersebut muncul secara spontan dan alamiah dalam diri kita. Misalnya takut hantu, kebanyakan orang setelah melihat hantu langsung merasa ketakutan. Pasti dalam pikiran kita hantu tersebut akan mencekik kita dan ujung – ujungnya kita akan mati. Tapi sebenarnya itu adalah perasaan kita yang terlalu berlebihan, pikiran yang selalu berpikir tentang hal - hal yang negatif. Ketakutan pada hantu hanyalah perasaan yang menghantui diri kita, belum tentu hantu tersebut akan benar-benar menampakkan diri. Yang bisa kita lakukan adalah berpikir jernih ketika mengalami rasa takut tersebut.
Perasaan takut pada hantu juga bisa muncul karena kurang terbiasa dengan hal-hal yang berkesan seram. Contoh, orang yang tidak pernah ke kuburan pada malam hari tentu akan takut jika disuruh melewati kuburan di malam hari. Tetapi bagi orang yang sudah terbiasa seperti penjaga kuburan, pasti tidak akan takut melewati kuburan karena sudah terbiasa melakukannya. Jikapun penjaga kuburan takut, maka rasa takutnya tidak akan sebesar yang dirasakan oleh orang yang belum pernah sama sekali ke kuburan.

Kita harus melawan rasa takut jika ingin menghilangkan rasa takut. Salah satu cara melawan rasa takut, bisa dengan cara membiasakan diri dengan ketakutan. Untuk mengurangi rasa takut pada hantu, bisa dengan cara membiasakan diri dengan sesuatu yang berkesan seram.
Perasaan takut adalah manusiawi, dan justru perasaan takut kita bisa menjadi sahabat yang
paling baik. Ia akan memberikan peringatan akan satu hal dan kemudian mengarahkan kita kepada tindakan-tindakan apa yang harus kita tempuh. Dan semua itu berlangsung sedemikian cepat sehingga kita bahkan tidak menyadari bahwa kita justru sedang "dibimbing" oleh perasaan takut kita.
"kalau mau menghilangkan rasa takut, maka hadapilah asal rasa takut itu!"

winny__hakim mengatakan...

Nama: Winny Hakim
Kelas : XII IPA 6
No : 43

Wacana 1
Saya tidak sependapat dengan pernyataan "kurang tampan? Kurang tinggi? Kerempeng? Kegemukan? Bodo matematika? Kabar bagus buat Anda. Semua itu tidak terlalu penting di masa sekarang." Memang masih ada kesempatan dalam pekerjaan lain yang tidak membutuhkan kepintaran dan penampilan, tetapi sangat banyak pula pekerjaan yang mementingkan kepintaran dan penampilan, lihat saja Indonesia merupakan negara yang sudah cukup berkembang dan di Indonesia terdapat banyak sekali perusahaan-perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang dapat dikatakan perpendidikan dibandingkan lowongan pekerjaan yang hanya memeras tenaga saja.

Memang saya akui Tukul Arwana mempunyai mimik wajah yang tidak menawan, tetapi kesempatan ini sangat jarang ditemukan bagi orang-orang pada biasanya. Lowongan pekerjaan bagi pelawak saja masih mencari sesosok orang yang menarik pandai dalam membuat orang lain tergelitik melihat tingkah laku mereka, tidak laki-laki maupun perempuan.

Ada beberapa orang yang suka dengan keheningan, tetapi tidakah Anda berpikir bila semua orang membeli keheningan, maka manusia sebagai makhluk yang sosial lama-kelamaan akan semakin tidak bersosialisasi dengan sesama dan lingkungannya, mereka hanya akan mementingkan diri sendiri dan tidak mau mengganggu dan diganggu orang lain.

Saya akui bahwa peryataan ” Kita selalu ingin menjadi yang ter dalam segala bidang” memang benar adanya. Tetapi ada sedikit saran untuk jadilah diri dengan apa adanya dan bersyukurlah kepada Tuhan telah memberikan kita kehidupan yang begitu indah. Bila kita tidak mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya, maka semua kehebatan akan sia-sia. Contohnya, bila semua orang mengendarai mobil maka tidak akan ada lagi pekerjaan tukang parkir dan semua orang akan kesuliatan dalam memakirkan mobilnya.

Saya setuju dengan kiat-kiat ” Survival of the fittest “ ini sangat membantu orang-orang yang masih binggung tentang kelebihan di dalam diri mereka. Persaingan pekerjaan di jaman sekarang ini sangatlah ketat, alangkah baiknya bila kita setelah mengikuti kiat-kiat tersebut kita juga harus mempunyai kepribadian yang baik dan berkesan sehingga orang lain tidak akan merasa kecewa dengan kemampuan kita dalam bekerja dan tetaplah terus memegang prinsip Takutlah kepada Tuhan.

winny__hakim mengatakan...

Nama : Winny Hakim
Kelas : XII IPA 6
No : 43

Wacana 5

Menurut pendapat saya, anak balita merupakan masa dimana anak tersebut masih sangat mudah untuk mengenali tindak tanduk orang-orang yang berada diseketiarnya maupun dengan menonton tayangan-tayangan di televisi. Benar adanya bila di jaman sekarang ini keberhasilan tidak hanya diperlukan kepintaran otak tetapi dilihat juga dengan kepintaran emosional seorang anak yang pandai dalam menilai situasi lingkungannya dan pintar mengendalikan emosinya didalam segala sesuatu, baik itu persoalan yang sukar maupun persoalan yang sangat mendasar. Benar adanya bila anak-anak diajarkan untuk mengenali emosinya sedini mungkin, dengan cara memberikan ilustrasi perasaan bila mendapatkan segala respon. Misalnya, memberikan mimik wajah yang gembira dan memberikan wajah yang murung bila sedang sedih. Tetapi alangkah baiknya bila sejak anak-anak pun mereka sudah mengenali hukuman pada perbuatan-perbuatan yang tidak baik, tentu saja dengan usia mereka yang relatif kecil harus diberikan hukuman yang ringan pula, misalnya, bila anak itu tidak mengikuti perintah ibunya, maka anak tersebut tidak boleh makan permen selama beberapa waktu sesuai dengan perjanjian ibu dan anak. Tetapi dalam memberikan ganjaran kepada anak kecil sangat dilarang untuk memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan. Hal ini akan membuat dampak bagi psikologis anak tersebut. Sesuai dengan ilmu sosiologi, dituturkan bahwa manusia cenderung bertindak sesuai dengan apa yang telah diterima dalam otaknya. Nah, bila hukuman yang diberikan kepada anak tersebut sering berupa dalam bentuk kekerasan, maka ia akan lebih cenderung memahami bahwa kekerasan adalah hal yang biasa-biasa saja, dan ia akan berkelakuan dengan mudah dalam melakukan kekerasan terhadap orang yang berada disekitarnya, baik itu teman maupun keluarganya, bahkan orang lain yang tidak dikenalnya. Cara mendidik anak sangatlah sulir dilakukan karna yang perlu diperhatikan adalah perkembangan psikologisnya. Pergunakanlah pendidikan secara formal dan mentalnya sejak anak-anak berusia dini, dan jangan lepaskan kesempatan yang sangat berharga itu dengan pengajaran yang tidak bermutu kepada anak. Anak-anak adalah generasi bangsa yang baru yang masih mempunyai kesempatan yang sangat luas dalam meraih prestasi dan cita-citanya.

Suhendro_Masuki mengatakan...

Nama : Suhendro Masuki
Kelas : XII IPA 6
Absen : 35

Wacana 1
Menurut saya, situasi yang dikembangkan oleh penulis terlalu mengambang dan relatif. Kalimat-kalimat yang digunakan merupakan kalimat yang bermakna umum, tidak menjelaskan suatu hal secara jelas. Dengan kata lain, penulis tidak menyampaikan gagasannya secara detail. Dan juga, contoh dan kiat yang diberikan oleh penulis tidak dapat diterapkan pada semua kondisi. Contohnya : Ketampanan tidak memancing tawa. Ketidaktampanan bisa menarik tawa. Hal ini belum tentu terjadi pada semua kondisi. Penulis tidak boleh menyimpulkan satu contoh ke semua hal. Tidak semua pelawak berwajah jelek dan orang yang bisa membuat orang lain tertawa belum tentu orang yang tidak tampan. Semua itu bergantung dari kemampuan orang dalam membuat kesan lucu kepada orang lain.

Penulis perlu memberikan beberapa alternatif dalam satu kejadian sehingga semua pembaca bisa menerapkannya berdasarkan kepribadiannya. Penulis juga jangan menjebak para pembaca dengan kiat-kiat yang diberikannya. Pengertian tentang 'survival of the fittest' sebaiknya jangan memberikan makna yang menyesatkan. 'Yang paling sesuai, bukan yang paling kuat' dapat membuat pembaca salah paham akan maknanya. Menurut saya, untuk menjadi orang sukses dan bertahan, bukan hanya mencari bidang yang sesuai, tapi orang yang juga ahli di bidangnya. Pada zaman sekarang ini, orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik agar tetap dipekerjakan oleh perusahaan. Bila hanya sesuai, tetapi tidak ahli, orang tersebut tidak akan bertahan dari faktor eksternal.

Sebaiknya, penulis menjelaskan gagasannya secara rinci dan jelas. Contohnya : untuk menjadi orang yang bertahan, orang tersebut harus sesuai dengan keinginannya dan ahli di bidangnya. Kiat-kiat yang diberikan sebaiknya jangan melupakan kelemahan, seperti bila kita pemalu, tidak perlu mimpi menjadi vokalis band, sebaiknya fokus menjadi penulis lagu. Menurut saya, itu bukan solusi yang baik karena belum tentu penulis lagu adalah bidang yang sesuai dengannya. Usul saya, sebaiknya bila orang itu pemalu, ia tetap harus bermimpi menjadi vokalis band, namun ia harus meningkatkan rasa percaya dirinya, bukannya lari dari kenyataan.

Suhendro_Masuki mengatakan...

Nama : Suhendro Masuki
Kelas : XII IPA 6
Absen : 35

Wacana 5

Menurut saya, penulis tidak menjelaskan secara gamblang tentang emosi. Penulis hanya membahas tentang mengenali dan mengelola emosi, tetapi tidak membahas cara mengembangkan emosi dan mengendalikan emosi agar tetap positif. Dengan hal ini, penulis hanya akan membuat pembaca belajat setengah-setengah tentang emosi. TEntang hal ini tidak memberikan manfaat secara utuh kepada pembaca, bahkan bisa menjebak pembaca bila salah tafsir dengan yang dimaksud penulis. Dalam wacana pun tidak dijelaskan tentang bagaimana anak dapat mengerti tentag yang dibicarakan oleh orang tuanya. Tentu akan mejadi tidak berguna bila anak tidak mengerti emosi yang diajarkan orang tuanya. Saya juga kurang setuju tentang 'semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran'. Di usia remaja, seorang anak akan labil dan lebih sensitif dalam menanggapi suatu hal, misalnya emosi. Bila orang tua menyampaikan emosi mereka secara berlebihan atau salah, sang anak bisa menyalahartikan emosi orang tua sehingga emosi yang berlawanan dari orang tua bisa dimaksudkan lain oleh sang anak. Tentu hal ini dapat mengajarkan anak suatu emosi yang salah.

Penulis perlu menyampaikan secara lengkap tentang emosi, dari bagaimana emosi bisa timbul hingga mengendalikan emosi biar tidak menyakiti perasaan orang lain. Contohnya : bagaimana sang anak menahan emosi saat kesal dengan temannya. Tentu ini merupakan hal terpenting dalam emosi. Bila hanya menjelaskan tentang apa itu emosi dan mengenalkan emosi tersebut, tetapi salah menyampaikan emosi itu kepada lingkungan sekitar, hal ini bisa mengancam pembaca yang menerapkan wacana ke kehidupannya. Saran penulis untuk menyampaikan emosi melalui dongeng dan meonton televisi perlu dipertegas dan diperjelas maksud penulis. Bila hanya berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh dalam cerita tersebut, tetapi tidak diikuti dengan penjelasan tentang emosi apakah itu, emosi itu sebaiknya diterapkan dalam situasi apa, tentu akan menyesatkan pembaca dan anak dari pembaca. Dengan kata lain, penulis perlu menjelaskan dari memperkenalkan emosi hingga jenis emosi apakah itu, dan emosi itu dilakukan terhadap situasi tertentu agar lebih bermakna dan berguna kepada para pembaca

Sebaiknya, penulis mencantumkan penjelaskan tentang kesadaran si anak sediri untuk bertanya tentang apa emosi yang pernah dilihatnya, misalnya 'Bila muka orang mengerut, orang tersut sedang apa ya, Bu?' TEntu hal ini juga dapat membantu pembaca untuk menjawab pertanyaan anaknya yang sering membuat orang tua bingung untuk menjawabnya. Penulis juga perlu menyampaikan tentang batasan-batasan orang tua idalam menjelaskan emosi, sehingga sang anak bisa berkembang dengan dirinya sendiri. Penulis bisa menulis, seperti "namun, orang tua perlu tahu sejauh mana perlu menjelaskan tentang emosi. Setelah itu sampai, biarkan sang anak akan merasakannya sendiri". Menurut saya, dengan mencantumkan hal yang di atas, tentu pembaca dan anak dari pembaca bisa sama-sama saling mengembangkan diri dan menyikapinya secara wajar agar tidak kaku dalam kehidupan sehari-hari. Bila anak diajarkan secara berlebihan, anak bisa berontak apalagi saat usia remaja. Sang anak akan menyikapi secara berlebihan dan melakukan emosi secara salah. Itu bisa mengancam kehidupan pembaca. Dengan hal ini, diharapkan pembaca akan bisa menerapkan emosi kepada anaknya secara pas dan sesuai.

Nadia mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Aristea Kwartano Wijaya mengatakan...

Nama : Aristea Kwartano Wijaya
Kelas : XII IPA 6
Nomor Absen : 02

Wacana 2
Sejalannya dengan arus globalisasi, dunia industry dan bisnis maju kian pesat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perusahaan – perusahaan besar berlomba – lomba untuk mendapatkan SDM yang terbaik, khususnya mereka lulusan – lulusan dari sekolah atau universitas top dunia. Karena berdasarkan fakta, SDM yang bagus akan mengeluarkan ‘output’ yang bagus pula, sehingga akan sangat sebanding apabila SDM yang bagus memang harus didapatkan dengan biaya yang mahal. Kita tahu bahwa untuk menjadi yang terbaik adalah impian semua orang, tetapi apakah semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama? Bagi mereka yang memiliki dukungan financial kuat, mereka akan lebih peka terhadap perkembangan zaman sehingga lebih memungkinkan mereka menjadi SDM berkualitas. Di lain pihak, mereka yang tingkat ekonomi kebawah harus berusaha sangat sangat keras agar bias menjadi SDM berkualitas.

Saya sangat setuju apabila dikatakan untuk mendapatkan SDM berkualitas maka dibutuhkan biaya tinggi. Kita lihat saja contohnya mahasiswa yang biasanya menyandang gelar ‘cumlaude’, yaitu gelar bagi mereka dimana hasil akhir mereka sangat – sangat baik, atau dapat dikatakan mereka termasuk dalam lulusan terbaik pada angkatan itu, dan ini tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan besar akan berlomba – lomba mengucurkan dana guna merekrut mereka. Kita tahu bahwa untuk menjadi SDM berkualitas dibutuhkan kerja keras. Kita dapat mengatakan dengan mudah gaji mereka tinggi, mereka kaya, tapi apakah kita mengetahui kerja keras mereka untuk menjadi seperti itu? Contoh lainnya adalah menjadi designer atau arsitek, mereka memang mungkin menyandang gelar yang sama, yaitu sama – sama designer atau sama – sama arsitek, tetapi apakah kualitas mereka sama? Jelas berbeda, karena kekreatifan seorang designer atau arsitek tidaklah selalu sama, dan mereka juga memiliki ciri khas masing – masing yang membuat mereka terkenal. Contoh konkritnya adalah, apakah semua fashion designer terkenal? Tentu tidak, karena kemampuan mereka dan kreatifitas mereka.

Selanjutnya mengenai system, menurut saya akan lebih baik apabila sistem yang baik bermula dari hasil pemikiran SDM yang baik pula, serta sistem tersebut akan terus berjalan dengan baik, apabila dijalankan oleh SDM yang baik. Saya kurang setuju dengan kalimat “Ibaratnya sistem Mc Donald’s yang dikerjakan orang biasa, namun menghasilkan burger luar biasa. Itu karena sistemnya luar biasa.”, ini merupakan pernyataan yang salah, karena perekrutan orang yang bekerja di Mc Donald’s adalah orang – orang hasil seleksi, dan mereka bukan orang biasa meski cara berpikirnya biasa, ketekunan, kerja keras, dan ketelitian mereka lah yang membuat mereka menjadi SDM berkualitas, sehingga burger McD selalu menjadi luar biasa karena saya yakin apabila Mc Donald’s hanya sembarang dalam merekrut pegawai maka lama – kelamaan perusahaan itu akan mengalami kemerosotan, baik dalam hal daya saing di pasar, keuntungan, kualitas, dan nama baik. Lalu seperti Google dan Microsoft, semua dimulai dari SDM yang unggul , brilyan, dan berkualitas.

Singkat kata, sistem yang bagus merupakan hasil pemikiran SDM berkualitas, dan agar sistem it uterus berjalan lancer tanpa kemunduran maka dibutukan juga SDM berkualitas, dan untuk itu perusahaan harus berani untuk membayar SDM berkualitas itu dengan harga yang tinggi, karena selain itu mendatangkan profit bagi perusahaan itu juga akan membantu mengembalikan investasi yang dilakukan oleh seseorang untuk menjadi SDM berkualitas.

Aristea Kwartano Wijaya mengatakan...

Nama : Aristea Kwartano Wijaya
Kelas : XII IPA 6
Nomor Absen : 02

Wacana 4
Saya sependapat dengan kalimat anda yaitu takut merupakan suatu mekanisme tubuh, yang berasal dari Allah guna membuat kita berhati-hati dan selamat. Saya juga setuju dengan pendapat anda mengatakan bahwa sebenarnya kita bukan takut dengan sesuatu, melainkan dengan konsekuensi atau dengan kata lain tindak lanjut bila kita melakukan sesuatu tersebut. Menurut saya anda sudah memberikan contoh yang cukup, yaitu perumpamaan takut hujan dan takut hantu, tapi akan lebih baik apabila anda menambahkan contoh lainnya, contoh takut ketinggian, karena konsekuensinya dapat membuat kita jatuh dan mati.

Tetapi disini ada sesuatu yang salah, yaitu ketika anda membahas suatu contoh anda membahasnya terlalu dalam dan anda mencantumkan nama dari suatu instansi atau acara secara “blak-blakan”, contoh anda langsung menyebutkan reality di TV dengan nama Dunia Lain. Tetapi kesalahan terfatal anda menurut saya adalah ketika anda mengungkapkan gagasan anda secara spontan sebagai tanggapan anda, contoh “Padahal statistik bahwa hantu alias jin membunuh manusia itu sulit untuk dipercaya. Ngapain si jin itu capek-capek ’ngerjain kita’, emangnya dia dapat untung apaan? Dunianya juga tersekat berbeda.” Menurut saya anda harus mencantumkan bukti – bukti atau fakta sebenarnya kedalam suatu gagasan anda, kenapa? Karena ini akan membuat tanggapan anda bukanlah sekedar opini belaka, dan lagi bila anda menyertakan bukti konkret publik akan lebih percaya dan lebih mudah menerima tanggapan anda.

Yang terakhir saya ingin mengungkapkan adalah bahwa pendapat anda masih banyak yang kurang tepat. Contohnya anda mengatakan bahwa kita takut bukan karena sesuatu hal, tapi karena konsekuensinya. Saya setuju dengan pendapat tersebut, tetapi akan lebih baik apabila anda menambahkan takut juga dipengaruhi faktor pribadi, seperti pengalaman, lalu perasaan, dan akan lebih baik bila diberikan contoh juga, seperti pada takut karena perasaan, terkadang kita menjumpai orang – orang yang takut dengan darah, padahal bila darah itu kita sentuh, tidak akan terkena konsekuensi apa – apa, disini yang mempengaruhi rasa takut mereka adalah pekanya perasaan mereka, yaitu mereka jijik, mereka merasakan sesuatu yang mungkin sulit diungkapkan, apabila harus dinyatakan langsung kepada mereka yang tidak takut dengan darah. Jadi mungkin itu saran dan kritik saya, tetapi anda sudah cukup baik dalam memberikan gagasan karena anda memberikan solusi mengatasi rasa takut pada akhir masalah.

Nadia mengatakan...

Nama : Nadia
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 28

Wacana 2
Menurut saya, sistem dan orang yang membuat atau melaksanakan sistem tersebut adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Orang yang memiliki talenta bagus tentu dapat membuat atau melaksanakan suatu sistem yang bagus pula. Sistem yang bagus merupakan hasil dari kreator yang bagus dan mungkin memiliki talenta yang baik. Itulah mengapa banyak perusahaan yang merekrut orang-orang yang yang bagus agar dapat menghasilkan suatu sistem yang bagus dan menguntungkan pula bagi perusahaannya. Hal ini tidak hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan saja, melainkan juga pada banyak bidang pekerjaan lainnya. Salah satu contohnya adalah suatu tim sepakbola yang merekrut pemain-pemain bola handal agar dapat membawa kemenangan bagi timnya.

Saya sependapat dengan kalimat dalam wacana tersebut yang berbunyi, “Sistem yang bagus memang akan menjamin hasil yang bagus. Nah, sadarkah kita bahwa sistem bagus tersebut juga merupakan produk dari kreator yang bagus? Bukankah berarti bahwa kita memerlukan SDM yang bagus untuk dapat menciptakan sistem yang bagus?”. Sistem yang bagus akan dapat menghasilkan sesuatu yang bagus pula. Suatu sistem dapat dikatakan bagus hanya apabila dihasilkan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang bagus. Orang biasa atau orang yang tidak kompeten, dapat membuat suatu sistem menjadi tidak bagus dan menghasilkan sesuatu yang tidak bagus pula atau biasa saja. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah sistem pemerintahan yang ada di negara kita ini. Pada dasarnya, sistem pemerintahan negara ini merupakan suatu sistem yang bagus karena telah dihasilkan oleh orang yang bagus. Namun, seiring dengan pergantian orang yang menjalankan sistem tersebut, kualitas sistem pemerintahan ini pun menjadi berkurang karena adanya orang-orang yang tidak kompeten dalam sistem tersebut. Orang-orang yang menjalankan sistem tersebut banyak yang menyalahgunakan kekuasaan mereka sehingga terjerumus ke dalam kasus korupsi. Hal seperti inilah yang akhirnya membuat sistem pemerintahan Indonesia menjadi tidak bagus.

Mohon maaf, Pak Kasdi, karena kapasitas yang terbatas, saya memisahkan opini saya menjadi dua bagian.

Nadia mengatakan...

Nama : Nadia
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 28

Lanjutan Wacana 2
Saya berpendapat bahwa setiap sistem yang bagus memerlukan orang bagus di dalamnya. Orang yang bagus ini tidak semuanya memiliki talenta yang baik pada awalnya. Tetapi seseorang dapat berkembang menjadi orang yang bagus apabila memiliki niat dan usaha untuk menjadi orang bagus tersebut. Setiap orang, baik yang memiliki talenta bagus sejak awal ataupun tidak, memiliki kesempatan untuk dapat menjadi orang yang bagus, sehingga dapat membuat suatu sistem yang bagus atau dapat menjalankan suatu sistem sehingga dapat menjadi suatu sistem yang bagus. Semua itu bergantung pada seberapa besar niat dan usaha keras yang dilakukan orang untuk dapat menjadi SDM yang bagus. Hal ini juga dapat dicapai dengan adanya pembelajaran dari pengalaman-pengalaman kegagalan yang dapat membangun seseorang menjadi orang yang lebih baik lagi. Walaupun memang terkadang tidak semua orang mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil, kebanyakan orang mencapai kesuksesannya karena telah melewati berbagai kegagalan yang membuatnya semakin mengerti tentang kesuksesan itu.

Saya juga setuju bahwa SDM yang bagus itu mahal harganya. Perusahaan yang bagus tentu saja memiliki SDM yang bagus pula sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bagus yang dapat menguntungkan perusahaannya. Sebenarnya, penilaian bagus atau tidaknya SDM tersebut bergantung pada sudut pandang mana orang tersebut bekerja atau ditempatkan. SDM yang bagus adalah orang yang sesuai untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu karena ia memiliki kemampuan yang tepat dan baik dalam bidang yang bergerak untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu tersebut. Kemampuan yang baik ini juga sebenarnya adalah suatu hal relatif yang tidak dapat hanya dinilai dari tingkat pendidikan seseorang, melainkan juga dari keterampilannya dalam bidang yang ia tekuni atau kerjakan. Kemampuan ini juga akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman dan tingginya jam terbang seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Salah satu contohnya adalah seseorang yang sangat kompeten dalam bidang kedokteran dan memiliki ilmu serta keterampilan yang baik dalam bidang tersebut. Orang ini dapat disebut sebagai SDM yang bagus apabila ia bekerja sebagai dokter, dan bukan sebagai pengusaha atau wiraswastawan. Contoh lainnya adalah seseorang yang memiliki jiwa seni yang tinggi dan berpendidikan seni yang tinggi juga, serta memiliki keterampilan dalam bidang tersebut. Tentu saja orang semacam ini dapat menjadi SDM yang bagus apabila bekerja di bidang seni juga sesuai dengan kemampuannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa SDM yang bagus adalah orang yang memiliki kemampuan yang bagus dan sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Nadia mengatakan...

Nama : Nadia
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 28

Wacana 4
Memang benar adanya bahwa takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita. Saya setuju bahwa Tuhan memberikan rasa takut tersebut agar kita menjadi berhati-hati dan dapat selamat. Tetapi menurut saya, tujuan lain Tuhan memberikan rasa takut tersebut dalam diri kita sebagai manusia adalah agar manusia tidak merasa menjadi makhluk yang besar dan berkuasa atas segalanya sehingga dapat melawan kehendak Tuhan.

Pada umumnya, kita seringkali takut akan suatu hal karena kita takut menghadapi konsekuensi dari hal tersebut. Misalnya, seperti yang telah dituliskan dalam wacana tersebut mengenai ketakutan akan hujan, yang sebenarnya adalah bahwa kita takut akan konsekuensinya untuk menjadi basah sehingga malu kepada orang lain atau menjadi sakit. Namun, ada juga beberapa orang yang memiliki ketakutan terhadap sesuatu, bukan karena takut akan konsekuensi yang akan dihadapinya setelah berhapadan atau bertemu dengan hal tersebut. Contohnya adalah orang yang takut melihat warna-warna terang. Konsekuensi atau akibat apa yang sesungguhnya dapat diterima oleh seseorang setelah melihat warna tersebut?

Ada banyak jenis ketakutan yang dapat dialami oleh manusia. Di antara semua jenis ketakutan yang ada, terdapat beberapa hal mengenai penyebab ketakutan tersebut yang tidak dapat dijelaskan secara pasti. Hal ini berkaitan dengan keadaan psikologis manusia sendiri yang memang kompleks dan sulit dimengerti oleh orang-orang awam. Saya kurang setuju dengan cara mengurangi rasa takut yang dipaparkan dalam wacana tersebut. Menurut saya, setiap orang perlu menyadari penyebab ketakutan mereka terhadap suatu hal. Hal ini dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi atau bahkan mengatasi ketakutan. Apabila seseorang tidak dapat mengungkap atau menemukan penyebab dari ketakutannya, maka pada dasarnya tidak ada yang perlu ditakutkan dari hal tersebut karena tidak akan membahayakan atau terjadi sesuatu yang harus ditakutkan setelah kita berhadapan dengan hal tersebut.

Saya kurang sependapat dengan pernyataan dalam wacana ini yang mengatakan bahwa salah satu cara mengurangi rasa takut adalah dengan cara berlindung dengan ahlinya. Menurut saya, kita sebagai manusia, makhluk ciptaan Tuhan, seharusnya mencari perlindungan kepada penciptanya yang berkuasa penuh atas dirinya. Kita seharusnya mendekatkan diri dengan Tuhan untuk meminta perlindungan dari-Nya dengan cara berdoa dan percaya kepada-Nya. Niscaya kita akan terbebas dari rasa takut yang membelenggu diri kita apabila telah berserah diri pada Tuhan dan mempercayakan segala sesuatu terjadi menurut kehendak-Nya.

Selain hal-hal tersebut, kunci utama untuk mengatasi ketakutan adalah dengan cara selalu berpikir positif. Kita tidak perlu memikirkan ketakutan kita akan suatu hal tersebut, tetapi lebih baik mengalihkan fokus perhatian kita terhadap hal-hal lain yang dapat menyenangkan bagi kita. Menurut buku The Secret karya Rhonda Byrne, kita tidak akan bisa menjauh atau terbebas dari suatu hal yang terus-menerus kita pikirkan, karena hal tersebut akan tetap ada dalam pikiran kita dan tinggal dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena itulah kita sebaiknya tidak memikirkan ketakutan tersebut karena kita hanya akan membawa ketakutan tersebut tetap ada dalam diri kita. Saran saya, sebaiknya kita memirkan hal-hal lain yang membuat kita berani atau berpikir mengenai keberanian untuk menghadapi sesuatu yang selama ini kita yakini sebagai suatu ketakutan.
Intinya adalah kita sendirilah yang mengatur rasa ketakutan tersebut dalam diri kita dengan cara memikirkannya. Apabila kita meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang perlu ditakutkan dari hal tersebut, maka ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya. Maka dari itu, saya sangat menyarankan agar kita selalu berpikir positif terhadap berbagai hal.

Anonim mengatakan...

Nama : William Surya Dinata
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 41
1. Kritik, saran dan usul terhadap bacaan“Survival of the Fittest”.
Bacaan “Survival of the fittest” cukup bermanfaat. Bacaan tersebut dapat menjadi motivasi bagi diri kita dan juga orang lain bahwa sebenarnya kita memiliki kelebihan masing-masing. Namun, menurut saya masih ada beberapa kalimat yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, contohnya”....,karena itu makannya juga sedikit, membuatnya bertahan dari kepunahan.”yang sebaiknya dihapus sehingga dapat membuat bacaan tersebut lebih efektif.
Saran saya, sebaiknya penulis menggunakan kata-kata yang lebih umum dan lebih mudah dimengerti oleh hal layak ramai, karena terkadang orang kurang mengerti jika penulis menggunakan diksi yang kurang tepat seperti “nganggur”, ”picak”, dan lain sebagainya.
Usul saya, pada teks bacaan sebaiknya lebih diperkaya dengan contoh-contoh yang konkret. Contoh-contoh tersebut yang nantinya akan menjadikan suatu nilai tambah sehingga dapat lebih dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, pembaca tidak bisa lagi membantah terhadap teori yang dikemukakan oleh penulis.
2. Kritik,saran, dan usul terhadap bacaan “ Kecerdasan Supranatural”.
Masih cukup banyak kekurangan pada bacaan tersebut. Beberapa kesalahan diantaranya ialah:
a. Kata yang digunakan sebagian besar sulit dimengerti. Contohnya: “Gardner”,”kinestetik”,”telekinesis”, dan lainnya. Jika memang ingin menggunakan diksi-diksi diatas, sebaiknya penulis memberi penjelasan sekilas agar pembaca mengerti maksud yang akan disampaikan penulis.
b. Pada teks bacaan dicantumkan satu ayat dari kitab suci. Seperti yang kita ketahui bahwa kitab suci dominan menggunakan bahasa yang sukar dimengerti dan terkadang bertele-tele. Sebaiknya, penulis memberikan penekanan makna dengan menjelaska arti dari ayat tersebut.
c. Masih belum terdapat penguatan argumen seperti contoh-contoh konkret. Hal ini dapat membuat pembaca kurang yakin karena hanya dipaparkan teori dan konsep.
Saran saya, penulis harus lebih memperhatikan pemilihan kata(diksi) karena kesalahan sedikit saja dapat membuat arah dan tujuan yang ingin disampaikan penulis tidak tersampaikan. Selain itu, penambahan contoh juga sangat mempengaruhi pembaca karena dapat mempermudah pembaca dalam mengimajinasikannya.
Usul saya, bacaan ini sangat baik untuk dipublikasikan dan sebagai tambahan, sebaiknya penulis memberikan tips kepada pembaca sehingga akan lebih menarik perhatian si pembaca.

Leon Ricardo mengatakan...

Nama :Leon Ricardo
Kelas:XII IPA 6
No :23

Wacana 1

Pada paragraf awal wacana tersebut, dikatakan bahwa fisik tidak lagi berpengaruh bagi masa sekarang. Menurut saya, memang hal tersebut kurang diperhatikan, namun kita harus ingat bahwa masih banyak pekerjaan yang memperhatikan proporsi fisik. Misalnya menjadi seorang model, yang tentu saja memperhatikan proporsi tubuh dan tampang, atau tidak perlu berpikir jauh-jauh, kalau kita membaca koran lowongan kerja apapun, hampir sebagian mengatakan bahwa calon yang ingin mendaftar harus memiliki penampilan yang menarik. Ini jelas bertolak dengan apa yang ada dalam wacana tersebut.

Lalu dari kiat pertama ‘orang picak di kalangan orang buta’, dikatakan bahwa kita pasti mempunyai kemampuan unik yang membuat kita lain dari yang lain. Namun perlu diingat bahwa orang lain tentu memiliki kemampuan yang unik pula yang mungkin lebih baik dari kita. Dan belum tentu kemampuan unik kita cocok dengan pekerjaan yang ada. Kalaupun cocok, kita harus menjadi kreatif agar dapat menggunakan keahlian kita. Padahal belum tentu semua orang kreatif.

Dari kiat kedua ‘bagai ikan dalam air’, wacana ini mengatakan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kelebihan kita dan membuat kelemahan kita tidak relevan, walaupun kiat ini ada benarnya, namun tentu sangat sulit mencari pekerjaan yang cocok dengan apa yang telah dipaparkan oleh wacana. Menurut saya, ada baiknya jika kita tidak perlu mencari pekerjaan yang benar-benar cocok. Tidak ada salahnya, mencari pekerjaan yang sedikit menyimpang dari kriteria pekerjaan yang cocok bagi kita.

Kiat ketiga ‘menjadi landak’, dikatakan bahwa kita harus mengasah keahlian kita sehingga menjadi yang terbaik. Menurut saya, belum tentu kemampuan yang kita asah akan menjadi yang terbaik. Sesuai dengan perumpamaan ‘di atas langit masih ada langit’, ingatlah bahwa di atas kita tentu masih ada banyak orang yang lebih baik dari kita. Sedangkan untuk mengasah kemampuan kita tentu akan banyak memakan waktu. Kelemahan lainnya juga dipaparkan pada wacana, yaitu adanya orang-orang dengan kemampuan rata-rata. Walaupun menurut saya, orang-orang dengan kemampuan rata-rata tersebut pasti memiliki kemampuan yang terpendam.

wacana 5

Saya setuju dengan apa yang telah dipaparkan dalam wacana tersebut, bagaimanapun juga anak perlu mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri, ilmu pengetahuan jelas kurang mampu dalam mengurusi masalah emosi dalam diri seseorang. Seorang anak ketika tumbuh dewasa pasti akan mengalami masa di mana mereka harus dapat beradaptasi dalam lingkungan masyarakat. Untuk menjaga hubungan dengan masyarakat, tentu diperlukan pengelolaan emosi yang baik, sehingga respon yang diberikan masyarakat akan baik pula. Sehingga pengenalan dan pengelolaan emosi harus diberikan sedini mungkin. Karena bahkan sebelum anak tersebut bersosialisasi dengan masyarakat, anak-anak tentu harus dapat bersosialisasi dengan teman-teman mereka di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Saya juga setuju dengan kedua tips yang dipaparkan dalam wacana. Melalui hal-hal kecil seperti menjelaskan situasi emosi anak pada saat itu atau melalui berbagai media, walaupun menurut saya, anak-anak cenderung tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya ketika sedang menonton TV. Namun bagaimanapun juga, dari hal-hal kecil itu tentu akan menghasilkan dampak yang besar bagi anak. Apalagi, jika orang tua juga memberikan sedikit kebebasan bagi anaknya untuk mengenali dan menanggapi sendiri emosi yang ada dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengatur emosi mereka sendiri sesuai dengan keadaan yang ada.

Bagaimanapun juga, dalam pengembangan emosi anak, dukungan orang tua sangat penting, persis yang dipaparkan oleh wacana tersebut. Orang tua selain memberikan kebebasan bagi anak untuk mengelola emosi mereka sendiri, juga harus membantu mereka dengan memberikan pendidikan moral. Sehingga anak pun tahu mana yang benar dan mana yang salah. Karena belum tentu anak tersebut dapat mengelola emosi mereka dengan sempurna.

Frisca mengatakan...

Nama : Frisca Stepfani
Kelas : XII P 6
No. Absen : 14


Wacana 2
Menurut saya, sistem yang bagus tidak tergantung pada orang yang bagus. Sistem akan terlihat bagus jika dijalankan oleh orang yang berpengalaman dan mau memiliki kemauan untuk mencari sesuatu yang baru. Sistem yang bagus pula menghasilkan hasil yang luar biasa dan bermutu tinggi. Tetapi banyak orang berpikir bahwa jika memiliki SDM yang bagus maka akan menghasilkan sistem yang bagus. Itu merupakan pernyataan yang salah menurut saya bila SDM baik belum tentu menghasilka kualitas baik mungkin mereka memiliki konsep yang baik tetapi tidak dapat menerapkannya. Akan lebih baik SDM yang digunakan yang berkualitas seperti memiliki konsep dan dapat menerapkan. Kemampuan produktifitas seperti yang dikatakan wacana merupakan sesuatu motivasi atau kemauan seseorang untuk menghasilakan sesuatu yang baru. Mungkin SDM ynang baik adalah orang yang memiliki kemampuan produktifitas. Banyak perusahaan yang menginginkan SDM yang berkualitas, hal itu dikarenakan perusahaan tersebut menginginkan sistem yang berkualitas. Mereka cenderung mengambil jalan yang aman untuk menjalankan perusahaannya. Saya simpulkan bahwa SDM yang memiliki produktifitas yang tinggi dapat menghasilkan sistem yang bagus sehingga dapat berguna pada kehidupan bermasyarakat.

Frisca mengatakan...

Nama : Frisca Stepfani
Kelas : XII P 6
No. Absen : 14

Wacana 4
Menurut saya, setiap manusia pasti memiliki rasa takut. Rasa takut sangatlah alami dan manusiawi. Kita sebagai manusia harus dapat mengatasi rasa takut tersebut. Rasa takut dapat kita atasi dengan cara menghadapi rasa takut tersebut. Orang merasa takut karena orang tersebut melihat akibatnya. Ketakutaan sering kali menghantui manusia. Ketakutan sering kali menbuat manusia berpikir negatif terhadap suatu hal. Banyak pernyataan yang salah dalam dunia ini dan itu sudah tertanaman dalam diri manusia sehingga manusia tersebut takut akan segala hal contoh kita takut akan hantu karena kita akan berpikir hantu akan membunuh kita atau mungkin karena wajahnya yang terlihat seram. Saya simpulkan bahwa rasa takut sangatlah manusiawi. Cara mengatasi ketakutan ialah berpikir positif dan mau mengatasi ketakutan tersebut.

A'k Nezzz... mengatakan...

Nama : Agnes P. Advintari
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 01

Wacana 1

Tidak salah jika setiap orang memiliki kemampuan masing-masing tanpa harus memikirkan kelemahan yang ada dalam dirinya. Tetapi, ada kalanya apa yang menjadi impian atau harapan seseorang membutuhkan sesuatu yang menjadi titik kelemahannya.
Kiat pertama yang dikatakan yaitu menjadi ‘orang picak di kalangan orang buta’. Kiat ini memang benar adanya, tetapi menjadi seseorang yang berbeda belum tentu menyenangkan bagi orang tersebut. Mungkin saat ini dia bisa menjadi satu orang yang paling berbeda dan kreatif. Kenyataan ini tentunya bisa saja berbalik. Dunia semakin berkembang, persaingan pun semakin erat. Nantinya orang tersebut juga akan sejajar dengan mereka-mereka yang ingin mengikuti jejaknya dengan menjadi yang terlangka.
Kiat kedua yang dikatakan yaitu ‘bagai ikan dalam air‘. Mencari sesuatu, misalnya pekerjaan, yang sesuai kemampuan kita tentunya merupakan langkah yang tepat, sehingga kita tidak akan memperlihatkan kelemahan yang ada dalam diri kita. Namun, kelemahan itu tidak sebaiknya ditutup-tutupi. Semua orang pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Dalam diri seseorang yang kelihatannya hebat pun pasti ada suatu hal yang menjadi kelemahannya. Alangkah baiknya jika kita mencoba untuk memperbaiki kelemahan yang kita miliki dengan melatih sisi lemah kita sendiri, walaupun tidak ada manusia yang sempurna. Yang bisa kita lakukan hanyalah mencoba dan berusaha untuk menjadi sempurna.
Kiat ketiga yaitu ‘menjadi landak‘. Benar adanya seperti yang dikatakan pada wacana ini bahwa kita harus mendalami keahlian kita hingga kita menjadi yang paling ahli dalam bidang tersebut. Namun, belum tentu dunia mencari kita sekalipun kita adalah orang yang paling ahli. Mungkin ada yang merasa bahwa kita ahli tetapi keahlian kita belum dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikirannya.
Menurut saya, sebaiknya kita mendalami dan menggali diri kita sendiri, menjadikan kelemahan bukanlah penghalang kita untuk menjadi yang terbaik. Intinya, tidak harus menjadi orang lain untuk bisa menjadi yang terbaik.


Wacana 5

Saya setuju dengan cara-cara melatih kecerdasan emosi anak. Dengan melatih anak sejak usia dini untuk mulai mengenali emosi yang ada, merupakan salah satu cara melatih pengenalan emosi orang-orang yang berada di sekitar anak tersebut. Tentunya tidak hanya mengajarkan si anak untuk mengenali emosi yang mungkin ada dalam lingkungan sekitarnya seperti di keluarga, tetapi juga mengajarkan si anak untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan jika seseorang mengekspresikan emosi tertentu. Misalnya, saat di sekolah ia dan teman-temannya tidak memperhatikan pelajaran. Gurunya hanya diam, memperhatikan mereka, dengan harapan mereka akan menyadari bahwa perbuatan itu salah. Tetapi, sebaliknya. Yang mereka pikirkan adalah gurunya memberikan mereka peluang untuk mengerjakan sesuatu selain pelajaran yang guru itu ajarkan. Hal ini tentunya karena pemahaman yang salah oleh si anak. Maka dari itu, si anak juga harus mengetahui sikap-sikap apa yang harus dilakukannya agar emosi si guru tidak terpancing, misalnya marah. Orang tuanya harus mengajarkan pengenalan emosi seseorang tidak hanya dalam lingkungan keluarga saja. Mungkin saja orang tuanya mengambil contoh dari lingkungan luar yang tentunya jauh berbeda dengan lingkungan keluarganya. Selain itu, sebaiknya orang tua sesekali tidak memberitahukan si anak, karena tidak mungkin anak tersebut terus-menerus diberitahu mengenai emosi seseorang ataupun sikap-sikap yang harus dilakukannya. Si anak harus diajarkan untuk mengenali sendiri bentuk-bentuk emosi apakah yang terdapat di lingkungannya.

Sri Wahyuni mengatakan...

Nama : Sri Wahyuni
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 34


Wacana 2

Dilihat dari judulnya, SDM Bagus, Mahal Harganya. Memang benar untuk membutuhkan SDM yang bagus diperlukan harga atau biaya yang mahal. Hal ini saya nilai sangat wajar, karena banyak hal maupun biaya yang telah dikeluarkan oleh SDM tersebut agar dia menjadi SDM yang bagus dan berkualitas. Contohnya seorang dokter. Jika kita ingin berobat atau konsultasi ke seorang dokter spesialis terkenal, maka biaya yang kita keluarkan akan lebih mahal dibandingkan dengan berkonsultasi ke seorang dokter spesialis yang kurang terkenal. Sebelum menjadi seorang dokter spesialis yang terkenal, dokter tersebut harus menempuh pendidikan yang bagus dan lama. Hal ini membutuhkan biaya yang mahal. Seminar-seminar dan penelitian-penelitian yang dilakukan dokter tersebut juga membutuhkan biaya yang mahal.
Selain itu, saya setuju bahwa perusahaan yang bagus bisa mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus dan perusahaan yang buruk ternyata gagal mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus ini. Pengertian bagus memang relatif atau berbeda-beda menurut pandangan dan pemikiran tiap orang. Akan tetapi, menurut saya, perusahaan bagus biasanya mempunyai manajemen yang bagus, baik dalam manajemen keuangan, administrasi, maupun manajemen pemasaran. Dengan manajemen yang bagus ini, perusahaan dapat mempertahankan SDM-nya dengan memberikan fasilitas yang baik kepada SDM tersebut. Saya sependapat dengan perkataan Anda bahwa fasilitas yang baik bukan hanya tergantung pada uang, tetapi juga kepuasan pekerjaan, jaminan-jaminan, atau rasa dihargai.
Sistem yang bagus pasti akan menghasilkan SDM yang bagus. Saya sangat setuju tentang hal ini. Akan tetapi, saya kurang setuju dengan perkataan Anda bahwa sesuatu yang sederhana tidak memerlukan orang yang bagus dan ketika persoalan rumit kita memerlukan SDM yang bagus. Inilah sistem yang biasa dibangun oleh masyarakat Indonesia. Menurut saya pemikiran demikian sangatlah salah. Pemikiran salah ini sudah terpola di masyarakat kita. Inilah yang menyebabkan kenapa Indonesia begitu ketinggalan dengan negara-negara lain, contohnya Singapura. Selama ini ketika persoalan itu biasa dan sederhana, kita selalu menggunakan SDM yang biasa saja. Memang, hal ini dilakukan untuk penghematan biaya. SDM berkualitas yang dimiliki negara kita, lebih memilih untuk mengembangkan kemampuannya ke luar negeri karena di luar negeri, mereka lebih dihargai sesuai dengan kemampuannya. Ketika persoalan yang biasa kita hadapi menjadi rumit, SDM yang biasa tadi, tidak dapat mengatasi persoalan tersebut. Persoalan lebih besar pun terjadi. Berbagai usaha untuk mendapatkan SDM yang bagus dilakukan. Biaya yang dikeluarkan pun lebih besar. Seandainya sejak awal kita sudah mempunyai SDM yang bagus dan berkualitas, ketika persoalan menjadi rumit, kita tidak perlu mencari SDM yang bagus karena SDM tersebut sudah ada. Memang susah untuk mengubah sistem pemikiran tentang hal ini. Saran saya, mulailah tanamkan sistem yang baik sejak awal dari diri kita masing-masing. Jika hal ini sudah tertanam di diri kita semua, saya yakin negara kita akan cepat maju. Kita tidak perlu lagi mencari SDM yang unggul dari luar negeri. Kita sudah punya SDM sendiri yang unggul dan tidak berkarya ke luar negeri. SDM inilah yang akan mengembangkan kemampuannya di negaranya sendiri.

Sri Wahyuni mengatakan...

Nama : Sri Wahyuni
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 34


Wacana 4

Rasa takut memang terpola dari pemikiran kita sendiri. Rasa takut tiap orang pun tidak sama karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Saya sependapat bahwa takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita agar kita menjadi berhati-hati. Setiap orang pasti punya rasa takut. Seberani apapun orang itu, saya yakin dia pasti punya rasa takut terhadap suatu hal yang mungkin tidak dapat kita ketahui secara langsung.
Saya setuju bahwa yang kita takutkan seringkali bukan sesuatu yang langsung dihadapi, tetapi konsekuensi lanjut dari sesuatu itu. Kita merasa takut karena kita pernah melihat dan membayangkan apa konsekuensi yang akan kita alami. Memang tidak mudah untuk membunuh rasa takut yang ada dalam diri seseorang. Hanya berdasarkan cerita seseorang pun, kita dapat menjadi takut terhadap sesuatu yang diceritakannya, walaupun sesungguhnya kita belum pernah melihatnya atau merasakannya secara langsung. Pemikiran kita inilah yang menyebabkan rasa takut itu muncul.
Saya sependapat dengan pernyataan Anda yang menyatakan bahwa cara untuk mengurangi rasa takut adalah dengan mengantisipasi konsekuensi suatu kejadian dan mengetahui lebih banyak bahwa konsekuensi yang terjadi tidaklah seperti yang kita andaikan. Antisipasi yang terus-menerus kita lakukan dapat menghilangkan rasa takut kita. Akan tetapi, saya kurang sependapat dengan pernyataan anda yang ketiga, berlindung dengan ahlinya. Tidak semua hal dapat kita atasi dengan berlindung dengan ahlinya. Menurut saya, jika kita berlindung dengan ahlinya terus-menerus setiap kita takut akan suatu hal, rasa takut tersebut akan terus ada dan tidak berkurang. Kemungkinan yang ada rasa takut itu akan bertambah. Ahli itu hanya melindungi kita.
Saran saya untuk mengurangi rasa takut yaitu selalu berpikir positif, yakin bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ketakutan melebihi kemampuan kita untuk menghindarinya dan belajarlah dengan ahlinya. Bukan berlindung dengan ahlinya. Dengan belajar, kita dapat tahu bagaimana ahli itu dapat mengusir rasa takutnya.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Halida Hanum mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Halida Hanum mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Halida Hanum mengatakan...

Nama : Halida Hanum
Kelas : XII IPA
No. Absen : 16

Wacana 2

Memang benar adanya, jika SDM bagus, mahal harganya. Tetapi adanya SDM yang bagus, juga percuma jika tidak diiringi system yang bagus, kerja sama, dan juga koordinasi antar bagian yang baik. Itu artinya, SDM yang bagus belum tentu menjamin hasil yang bagus pula. Ada banyak faktor – faktor pendukung yang harus menunjang SDM yang bagus tersebut.

Lalu, saya juga kurang sependapat bila pekerjaan sederhana tidak memerlukan keahlian tinggi atau pelatihan khusus. Pekerjaan sederhana seperti mencatat pengeluaran uang di buku kas tetap saja memerlukan keahlian khusus. Orang yang tidak biasa melakukan hal tersebut, tidak punya keahlian dan pelatihan khusus untuk melakukan hal tersebut sudah pasti mengalami kesulitan menangani pekerjaan yang kedengarannya sederhana tersebut. Dengan begitu, pekerjaan sederhana pun tetap memerlukan keahlian dan pelatihan khusus untuk mengerjakan pekerjaan tersebut semaksimal mungkin.

Saya juga tidak setuju ketika kasusnya rutin dan sederhana, maka kita cukup meniru sistem yang telah bagus. Menurut saya, sistem yang sudah bagus, itu baik dicontoh sebagai pembelajaran, bukan sebagai bahan untuk ditiru. Dengan meniru, kreatifitas kita tidak tergali.. Akibatnya, kita pun tidak bias berkembang.
Ketika ada yang menyatakan sesuatu yang sederhana tidak memerlukan orang bagus, saya juga kurang sependapat. Karena apapun pekerjaannya, baik sederhana maupun rumit, kita harus memerlukan orang yang kompeten dibidangnya.

Lalu, jika ada anggapan bahwa jika perusahaan Anda sangat besar, kita boleh mendapatkan orang yang brilyan yang punya ‘comfort zone’ itu adalah anggapan orang yang tidak mau berkembang dan sudah cukup puas dengan apa yang mereka miliki. Padahal mungkinmereka bias lebih baik daripada itu. Karena itulah, jangan merasa Anda sudah di zona ‘comfort zone’, karena sesungguhnya ‘comfort zone’ adalah zona rawan, karena Anda merasa sudah cukup puas dan tidak akan mengembangkan kemampuan Anda.

Halida Hanum mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Halida Hanum mengatakan...

Nama : Halida Hanum
Kelas : XII IPA
No. Absen : 16

Wacana 4

Memang benar adanya jika rasa takut adalah mekanisme yang diberikan Tuhan kepada kita, agar kita menjadi hati - hati dan selamat. Tapi jika dikatakan alasan kita takuta adalah mati, itu tidak sepenuhnya benar. Misalnya, kita takut untuk mencontek teman kita ketika ulangan berlangsung. Apakah pada situasi ini, alasan kita takut mencontek adalah mati ?? Tentu saja tidak. Kita takut mencontek ketika ulangan berlangsung karena kita takut ketahuan dan kemudian dimarahi guru bukan ??

Lalu jika ada yang berpendapat untuk mengurangi rasa takut, kita harus mengantisipasi suatu kejadian, saya juga kurang sependapat dengan hal ini. Karena, menurut saya, rasa takut datang dari dalam diri kita sendiri, tidak peduli, apakah kita telah mengantisipasi kejadian tersebut atau belum. Karena rasa takut terkadang tidak bisa dikendalikan diri kita sendiri.

Hadi Pranoto mengatakan...

Nama : Hadi Pranoto
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 15

Wacana 3
Saya tidak begitu setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kekuatan supra natural itu mudah untuk dibuktikan kebenarannya, apalagi dibuktikan hanya dengan logika saja. Kekuatan supranatural itu sebenarnya tidak begitu dapat dipercaya keberadaanya, karena seperti bila dengan logika saja, manusia itu tidak ada yang memiliki kekuatan apapun untuk berhubungan dengan dunia yang lain.
Memang dalam kitab-kitab suci tiap agama ada yang berhubungan dengan kekuatan supranatural, seperi nabi dan yang lain. Tapi hanya orang – orang yang memiliki kekuatan dari Tuhan yang bisa, seperti nabi atau murid-murid Yesus yang mendapat kekuatan Roh Kudus, karena kekuatan tersebut tidak dapat dipelajari bila kita menggunakan akal sehat kita saja. Lagi pula tidak semua orang percaya akan keberadaan dunia halus tersebut. Walaupun saya sendiri yakin akan itu. Bila orang yang menyatakan memiliki kekuatan supranatural, berarti mereka mengangap diri mereka itu sebagai orang kudus, krena hanya orang-orang yang kuduslah yang dapat melakukan itu. Tapi semuanya juga hidup saling berdampingan tanpa menggangu satu sama lain. Namun manusia biasa tidak dapat menyentuh dunia tersebut, apalagi mengendalikannya. Sebenarnya yang sering manusia lihat selama ini, itu hanyalah sebuah ilusi belaka yang mencul. Seperti acara Pemburu Hantu tersebut, walaupun kekuatan supranatural itu memang ada, seharusnya tidak ditayangkan atau disorot seperti itu. Makhluk itu juga tidak menggangu. Lebih baik bila kekuatan itu tidak terlalu ditunjukkan, dan mungkin juga dapat membantu orang-orang yang sering kesurupan atau yang lainnya.

Wacana 5
Saya tidak setuju dengan pernyataan yang mengatakan mengajarkan berbagai emosi kepada anak-anak. Mangajarkan berbagai emosi kepada anak-anak sebenarnya tidak begitu berguna, karena mengajarkan anak-anak itu sangat berbeda dengan mengajarkan orang dewasa yang telah memiliki kecepatan dalam berpikir. Dan juga karena anak-anak masih belum dapat mengerti akan apa itu emosi. Jadi walaupun kita mengajarkannya secara langsung, itu hanya akan sia-sia dan tidak berguna. Lagi pula wajar saja bila anak-anak tidak dapat mengendalikan emosi mereka, itu karena emosi mereka masih labil dan sulit dikendalikan.
Saya juga tidak setuju dengan pernyataan dengan memperkenalkan gambar – gambar emosi kepada mereka. Mengajarkannya itu juga berbeda, tidak sama seperti mengajarkan anak-anak misalnya dengan gambar buah-buahan atau hewan, karena sebenarnya emosi itu tidak dapat digambarkan secara jelas. Gambar yang sudah sangat jelaspun terkadang mereka masih salah, apalagi gambar emosi.
Apalagi dengan mengatakan bahwa misalnya sedang marah, itu hanya akan membuat mereka bingung, mengapa orang tuanya marah. Dan itu juga akan tidak berguna lagi.
Lebih baik bila orang tua mengajarkan mereka secara tidak langsungdan pelan-pelan, misalnya dengan mempraktekan sendiri bagaimana mengendalikan emosi. Namun bukan berarti tidak marah, hanya saja masih diperlukan ketegasan. Tapi juga jangan terlalu tegas, karena bila terlalu mereka akan semakin sulit dalam mengontrol emosi mereka tersebut. Memang akan memakan waktu yang sangat lama, tapi dengan cara ini anak-anak akan lebih dapat memahami akan emosi. Dengan mengajarkan mengendalikan emosi secar tidak langsung itulah, anak-anak dapat melihat dan mencontohnya.

arthur mengatakan...

Nama : Arthur Christian Lamhot Hutabarat
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 03

Wacana 1

Mengusai satu bidang tertentu dan tidak menguasai bidang-bidang lainnya bukanlah hal yang baik dan tepat untuk menjadi seorang yang “fit” dalam hidup. Kita akan jauh lebih baik apabila menguasai segala bidang, dan mempunyai satu bidang keahlian yang lebih.
Dalam kehidupan sekarang ini, orang berlomba-lomba untuk menguasai segala bidang agar dapat bertahan. Maka,apabila kita hanya berpegang pada satu bidang saja dan tanpa bidang-bidang yang lainnya, kemungkinan kita untuk bertahan juga akan berkurang. Kita semua pasti mempunyai potensi dalam diri kita dan kita harus mengembangkan potensi itu, tetapi bukan berarti kita tidak memikirkan hal-hal yang lainnya. Apabila kita berlaku demikian, maka kita tidak berkembang dan hanya jalan di tempat.


Menurut saya, akan lebih baik apabila kalimat yang mengatakan bahwa ketampanan tidak memancing tawa itu dihilangkan. Karena, seseorang tertawa itu disebabkan karena adanya suatu hal jenaka. Jadi, bukan berarti seorang yang tampan tidak bisa memancing tawa dengan ketampanannya. Selama orang tersebut memiliki selera humor, tampan atau tidaknya dia, bukanlah hal yang mempengaruhi. Karena, umumnya ketampanan seseorang itu akan membuat orang kagum, bukan tertawa.


Pada wacana itu, seharusnya ditambahkan penjelasan tentang cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang yang berhasil dan “fit” dalam hidupnya. Karena dengan adanya penjelasan seperti itu, maka pembaca akan belajar dari pola hidup mereka dan dapat menilai sendiri usaha-usaha yang dilakukan oleh orang tersebut.

Unknown mengatakan...

Nama : Yeremia Alfa Adimurti
Kelas : XII.IPA.6

Wacana 2
SDM Bagus, Mahal Harganya

Saya kurang sependapat dengan pernyataan yang telah dipaparkan pada wacana kedua, ada beberapa hal yang memang benar adanya, akan tetapi ada beberapa yang ingin saya usulkan, antara lain kunci untuk menggabungkan antara SDM dan sistem agar dapat berjalan sinergis.

Sistem dan SDM yang baik belum tentu menghasilkan suatu kondisi seperti yang diharapkan. Akan tetapi persentase probabilitas keberhasilannya memang cukup tinggi. Sistem yang baik tidak mudah dibentuk, sedangkan sistem-sistem yang bagus memerlukan pekerja yang baik pula. Sistem yang baik belum tentu disetujui, apalagi dipahami oleh para pekerja. SDM yang baik pun belum tentu dapat memahaminya.
Tidak perlu jauh-jauh, contohnya di Indonesia, sistem pendidikan kita yang mungkin dapat dikatakan baik, nyatanya kurang begitu dimengerti oleh para guru dan para siswa, ini menyebabkan komponen-komponen pendidikan ini kurang antusias. untuk itu, sistem yang baik dibutuhkan sosialisasi yang baik pula, ini merupakan kunci utama agar membuat pemahaman diantara komponen-komponen tersebut, sehingga pekerja dapat mengetahui tujuan atau misi yang ingin dicapai dari sistem tersebut. Secara tidak langsung, sistem yang baik dan mendapat sosialisasi yang baik membentuk pribadi SDM menjadi SDM yang berkualitas.

Jadi intinya, sosialisasilah yang membuat keduanya -antara sistem dan SDM- dapat saling memberikan kontribusi yang maksimal, selain itu diperlukan doa tentunya, sebab usaha tanpa doa tidak akan menghasilkan hal baik. -yr-

wacana 4
Mengatasi Rasa Takut

Saya kurang setuju terhadap pernyataan "bagaimana mengulangi rasa takut? jawabannya ada tiga. satu,mengantisipasi konsekuensi suatu kejadian. dua, mengetahui lebih banyak untuk mengetahui bahwa konsekuensi yang terjadi tidaklah seperti yang kita andaikan. tiga, berlindung pada ahlinya."alasan mengapa saya tidak sependapat dikarenakan pada saran tersebut tidak menyertakan kahadiran Tuhan, kita tidak menggantungkan segala kekuatiran kita kepada sang pencipta hidup kita. -yr-

arthur mengatakan...

Nama : Arthur Christian Lamhot Hutabarat
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 03

Wacana 5

Untuk mengekspresikan suatu emosi seseorang, penggunaan kata/kalimat perlu diperhatikan. Apabila anda ingin mengekspresikan kekesalan, kalimat “Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri” belum dapat dikategorikan sebagai wujud kekesalan.
Kalimat itu lebih mengarah kepada suatu nasihat. Kekesalan itu biasanya diakibatkan suatu sebab yang memungkinkan kita marah. Jadi, bila ingin mengekspresikan kekesalan, gunakanlah kalimat yang seakan-akan kita marah. Misalnya,” Kalau Adik sudah selesai main, ya mainannya dibereskan... Sudah berapa kali Adik dibilangin, kok masih saja diulangi??”.
Dengan kalimat itu dapat terlihat bahwa orang yang menyampaikannya kesal.Dengan begitu, anak akan lebih mudah paham dan lebih mudah mengerti tentang situasi emosi dimana seseorang kesal terhadapnya.

Apabila orang tua ingin mengajarkan kepada anaknya tentang situasi emosi, maka akan lebih baik apabila orang tua memberikan penjelasan terlebih dahulu, kemudian baru memberikan contoh kejadiannya. Karena, umumnya anak-anak belum mengerti apa-apa tentang yang namanya emosi. Maka,a apabila sebelumnya telah diberikan penjelasan, maka dengan sendirinya tanpa kita beri contoh pun mereka sudah dapat berpikir dan mengambil tindakan yang harus mereka lakukan dalam menghadapi situasi emosi yang terjadi.

Wacana ini akan lebih mudah dipahami bila ditambahkan tentang macam-macam situasi emosi dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi emosi tersebut. Dengan begitu, penjelasan yang diberikan akan lebih jelas dan terperinci. Selain itu, dalam memberikan contoh ilustrasi, haruslah lebih baik lagi, agar pada pemahamannya tidak setengah-setengah.

Unknown mengatakan...

Nama : Catherina Lupita Sael
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 20

Wacana 2

Saya setuju dengan pendapat saudara bahwa apabila suatu perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang besar maka perusahaan tersebut harus berani membayar mahal atas SDM berpengalaman yang akan mengelola perusahaan tersebut.SDM yang berpengalaman berarti sudah mempunyai keahlian di bidang kerja yang dia tekuni,dan orang –orang tersebut pastinya bukan generasi muda,karena mereka sudah pernah merasakan asam garam dari pekerjaan yang mereka jalani.namun apabila suatu perusahaan hanya menerima SDM yang berpengalaman dengan harapan dapat membantu mendatangkan keuntungan bagi perusahaan tersebut sama saja perusahaan itu tidak memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk bekerja.maka tak heran jika banyak para mahasiswa yang baru lulus malah menjadi penganguran.jadi menurut saya perusahaan tersebut juga harus memberi peluang bagi generasi muda supaya nantinya mereka pun dapat menjadi SDM yang berkualitas,lagipula SDM yang berpengalaman belum tentu lebih baik dari para mahasiswa yang baru lulus.itu semua tergantung pada pribadi masing-masing

Saya juga setuju dengan pendapat anda bahwa sistem yang bagus juga memerlukan SDM yang bagus untuk dapat membuat sistem yang bagus tersebut. Karena tanpa adanya SDM yang bagus maka sistem baik yang telah tercipta tak dapat di jalankan namun sistem itu sendiri sebenarnya di ciptakan dari buah pikir beberapa orang .jadi intinya sistem merupakan hasil kerjasama .setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan ada yang berbakat menciptakan,mengatur,dan menjalankan .jadi menurut saya dalam suatu perusahaan hendaknya perlu adanya kerjasama ,jika ada yang menciptakan suatu sistem,maka adapula yang harus menjalankannya.berjalan baik atau tidaknya sistem itu tergantung bagaimana cara mengelolanya.jika sistem yang baik itu di kelola secara salah maka sistem itu akan hancur dan tidak dapat mencapai tujuan yang kita inginkan .sebaliknya jika sistem di kelola dengan baik maka dapat menciptakan sesuatu yang berguna,serta sistem itu pun dapat berkembang

Jadi berkualitas atau tidaknya SDM tidak menjamin maju atau tidaknya suatu perusahaan
Itu semua tergantung kerjasama ,cara mengola dan kerjasama dari para SDM nya.dalam mengelola suatu perusahaan seorang pemimpin pun harus tegas.itulah yang menjadi faktor maju atau tidaknya sebuah perusahaan .bukan tergantung pada sistem maupun SDM nya.sistem dan SDM hanyalah pembantu berjalannya suatu bisnis.

Unknown mengatakan...

Nama : Catherina Lupita Sael
Kelas : XII IPA 6
No.Absen : 20

Wacana 4

Saya setuju dengan pendapat anda .kita sebagai manusia tidak mungkin lepas dari rasa takut.dimana rasa takut itu datang karena kita tak sanggup menerima segala resiko,kenyataan yang akan menimpa kita.terkadang kita sendiri sering kali menakutkan hal-hal yang belum tentu terjadi pada kita.kadang kala kita berpikir negatif terlebih dahulu sebelum menghadapi suatu masalah.hal-hal demikian dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan akhirnya daapt menyebabkan kita menjadi gila,frustasi,dan stress.bahkan apabila kita terlalu sering takut akan suatu hal ,tak ayal yang kita takutkan itu pun akan terjadi

Jadi menurut saya cara mengatasi rasa takut yang paling utama adalah berfikir positif.karena jika kita besfikir positif hidup kita akan lebih tenang.kita tak akan takut akan sesuatu yang menimpa kita kita akan bisa menerima dan menghadapi rasa takut itu,yang kedua adalah kita harus menanggapi apa yang kita takuti itu sebagai tantangan.jika kita takut akan suatu hal jangan kita hindari tapi dihadapi misalnya takut air dingin,kita bisa mengobati rasa takut kita pada air dingin itu dengan mencoba mandi dengan air dingin,sehingga kita tidak takut lagi pada air dingin karena kita tekah mencobanya yang ketiga mencegah supaya hal yang kita takuti tidak terjadi misalnya kita takut terjadi kecelakaan pada diri kita selama berkendara , kita dapat mengatasi rasa takut kita dengan memakai sabuk pengaman atau helm selama berkendara,jika kita telah berusaha mencegah hal-hal yang kita takuti itu maka akan timbul rasa lega dan rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya karena kita telah merasa aman

Saya kurang sependapat dengan anda karena rasa takut akan kematian di sebabkan karena amalnya terlalu kecil.ada benarnya jika manusia itu takut mati karena perbuatannya tidak baik selama di dunia namun apakah semua orang takut mati karena hal itu.kita harus ingat bahwa Tuhan dapat memanggil kita kapan saja,tanpa kita sempat menyesali dosa –dosa kita.seseorang takut mati bisa saja karena manusia belum siap meninggalkan orang-orang yang di cintainya.jadi perbuatan seseorang bukan menjadi jaminan takut akan kematian

Vanessa Cecilia mengatakan...

Nama : Vanessa
Kelas : XII IPA 6
No : 37

Wacana 1

Benar halnya bahwa pada masa sekarang ini, penampilan fisik tidak begitu berpengaruh. Tetapi bukan berarti bahwa kita harus mengesampingkan penampilan fisik. Hal itu disebabkan karena tidak semua pekerjaan tidak memerlukan penampilan fisik. Sebagian dari pekerjaan yang ada, memerlukan atau lebih menonjolkan penampilan fisik. Misalnya saja profesi sebagai model. Dalam hal ini, postur tubuh dan bentuk wajah tentunya sangat berperan penting. Jadi, meskipun penampilan fisik tidak terlalu berperan penting, ada baiknya apabila kita tetap menjaga penampilan fisik dan tidak mengesampingkannya.


Selain itu, saya tidak setuju pendapat anda mengenai ketampanan tidak memancing tawa. Tidak semua seperti itu. Misalnya saja raffi ahmad. Ketampanannya juga berperan dalam pekerjaanya sekarang. Karena ia tampan dan didukung oleh kemahirannya dalam mengocok perut penonton itulah yang bisa menjadikan dia sukses seperti sekarang ini.

Saya setuju pendapat anda mengenai setiap orang ingin menjadi yang "ter" dalam segala bidang. Menurut saya,itu wajar karena kita sebagai manusia biasa selalu merasa tidak puas atas apa yang telah kita dapatkan. Kita selalu ingin mendapatkan yang lebih dan lebih. Oleh karena itu, kita juga harus menanamkan dalam diri kita untuk mendapatkan semua itu dengan cara yang positif. Bukan dengan cara melakukan hal - hal curang.

Saya meyakini bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya. Dan kita bisa menambah atau menonjolkan kekuatan yang kita punya agar kita dapat unggul di bidang yang kita tekuni. Tetapi jaman sekarang ini, tidak sedikit orang yang belum mengenal dirinya sendiri secara utuh. Masih banyak orang yang bahkan tidak mengetahui apa kelebihan yang ada pada dirinya. Hal itulah yang harus kita pelajari, agar kita dapat unggul di bidang yang kita tekuni. Selain itu, kekurangan yang ada pada diri kita dapat kita tutupi atau kurangi sehingga dapat menjadi suatu keunggulan pada diri kita.

Vanessa Cecilia mengatakan...

Nama : Vanessa
Kelas : XII IPA 6
No : 37

Wacana 5

Saya setuju pendapat anda untuk mengajarkan dan mengenali kepada anak - anak mengenai macam - macam emosi sejak dini. Disadari atau tidak, anak - anak bisa memahami dan mengerti setiap kata yang kita ucapkan. terutama di usia 2-5 tahun. Pada usia itu, anak - anak dapat dengan mudah mengingat apa yang telah kita ajarkan.ingatan mereka sangat tajam pada usia itu. oleh karena itu, lebih baik memperkenalkan mereka tentang macam - macam emosi sejak dini.

Menurut saya, cara memperkenalkan anak dengan media tv memang baik, tetapi perlu mendapat bimbingan penuh. karena seperti yang anda ketahui, acara hiburan di tv tidak sepenuhnya menayangkan acara yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Tidak sedikit acara yang menayangkan adegan kekerasan. Apabila tayangan itu di tonton anak, apakah anda bisa membayangkan apa yang akan terjadi? tentunya anak tersebut dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari - hari. Karena anak kecil belum bisa menentukan mana yang benar dan mana yang sala. Oleh karena itu, perlu bimbingan penuh dari orang tua apabila ingin menggunakan media tv sebagai media pengajaran.

saya juga setuju apabila orang tua sekaligus mengajarkan nilai moral pada anak. agar perlahan - lahan, ia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk. Sehingga saat ia dewasa nanti, tidak mudah terpengaruh terhadap pergaulan – peragulan yang tidak benar.

edward_gantenkz mengatakan...

Nama : Edward Hendra
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 9

Wacana 1

Memang benar beberapa pekerjaan seperti itu, tetapi ada juga beberapa pekerjaan yang membutuhkan tinggi badan dan fisik yang menarik, contohnya saja pramugari. Tetapi saya setuju dengan pendapat anda, apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita, Tuhan tidak pernah memberikan kita yang jelek, manusia lah yang berpikir bahwa itu jelek.
Contohnya: orang pintar disebut pintar karena ada orang bodoh, dapatkah anda bayangkan bila semua orang pintar? maka yang namanya pintar itu pasti akan menjadi biasa-biasa saja, jadi berterimakasihlah pada orang bodoh bila anda pintar, sebab tanpa ada orang bodoh maka kata "pintar" itu sendiri mungkin tidak ada.

Memang setiap orang ingin menjadi yang terbaik, dan memang tidak ada salahnya bila ingin menjadi yang terbaik, malah itulah yang membuat kita terlihat sebagai manusia, tetapi walaupun kita bukanlah yang terbaik, janganlah mengoceh, pikirkanlah baik-baik dahulu, karena pasti ada sisi baiknya. Seperti yang dikatakan anda tadi tentang Tukul Arwana orang jelek pun bisa menjadi yang terbaik bila telah menemukan bidangnya sendiri.
Semua itu akan berbuah baik bila kita menjalankan pekerjaan itu sendiri dengan enjoy dan semangat. Bukan bermaksud untuk menyinggung, tetapi saya ingin memberikan contoh. Pernahkah anda berpikir untuk menjadi seorang guru? Menjadi seorang guru itu menurut saya sangatlah hebat, seorang guru bukanlah orang yang "TER-", tetapi dapatkah anda bayangkan bila tidak ada guru di dunia ini? darimana kita belajar?

“Sayangnya pasar tenaga kerja dipenuhi orang yang rata-rata, tidak menonjol, tidak ahli, tidak mastery”. Menurut saya tidak harus menjadi master, seperti yang telah saya katakan tadi, yang penting enjoy dengan pekerjaan. Teman Ayah saya lulusan S2 Teknik, tetapi sekarang dia menjadi manajer di sebuah Bank terkenal. Jadi menjadi master itu menurut saya hanya membantu, bukan menentukan.

Jadi, kesimpulannya bila kita menjalani pekerjaan itu dengan enjoy dan semangat, saya yakin pekerjaan apapun akan membuahkan hasil yang baik.



Wacana 5
Saya setuju bila pengajaran tentang emosi itu baik bila dilakukan semenjak dini oleh orangtua, yang merupakan orang terdekat dengan anak saat dia kecil. Dan pengajaran tentang emosi pun sangat baik untuk anak, agar dia dapat mengenali mana emosi yang baik dan yang buruk. Maksud saya bila banyank tersenyum akanlah lebih baik daripada banyak cemberut, orang-orang juga tentunya lebih suka orang yang banyak tersenyum. Dan dari penjelasan ini pun orangtua dapat menjelaskan bahwa hanya dengan emosi ada beberapa hal yang tidak dapat diselesaikan, seperti cemberut, bila kita sedang dapat masalah dan hanya cemberut tentunya masalah itu tidak akan selesai, jadi akan lebih baik bila orangtua menjelaskan cemberut itu buruk dan tidak akan menghasilkan apa-apa.

Orangtua juga dapat meluangkan waktunya untuk anak. Hubungan keluarga akan baik bila banyak pembicaraan yag terjadi, orangtua dan anak akan saling mengenal satu sama lain, jadi orangtua akan bisa lebih menjelaskan tentang emosi itu sendiri.

Tetapi pengajaran tentang emosi itu sendiri akanlah berakibat buruk bila salah contoh oleh orangtua. Kita tentunya akan mencontoh banyak hal yang dilakukan oleh orangtua kita, jadi akan lebih baik bila pengajaran itu diberikan contoh real juga oleh orang tua. Dengan diberikannya contoh maka lengkaplah pengajaran yang diterima anak tersebut.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
seng mengatakan...

Nama : Ernes Putra Gunawan
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 10

Wacana 2

“Orang brilian gagal karena kehilangan kontrol diri tetapi orang yang mengendalikan dirinya adalah lebih baik”. Itulah prinsip sejati yang saya pakai selama ini. Banyak sekali pemikir-pemikir yang brilian direkrut oleh perusahaan-perusahaan besar asing maupun dalam skala nasional dengan benefit-benefit yang tak terduga-duga. Gaji selangit, rumah dinas, asuransi jiwa, keamanan, sampai liburan keluarga pun terpenuhi. Ada salah satu dari sekian banyak paman saya yang bekerja di suatu perusahaan swasta skala nasional. Paman saya adalah seorang programmer yang dapat dikatakan handal dalam bidangnya. Ia menguasai bahasa pemograman mulai dari PASCAL, C++, sampai yang membuat mulut saya terbuka lebar pun dikuasai. Tidak heran kalau orang bertalenta tinggi seperti paman saya tersebut mendapat fasilitas-fasilitas yang menjanjikan apalagi ia adalah seorang yang fasih berbahasa inggris dan menguasai teknologi masa kini. Mulai dari mobil mewah, gaji yang besar, gaji tambahan saat dikirim ke daerah-daerah, dan liburan keluarga pun tersedia. Dalam hal ini, benar adanya seorang bertalenta tinggi seperti paman saya dapat dikategorikan sebagai SDM yang unggul. Namun saya menolak opini anda yang mengesankan bahwa “ Huge Company Just Needs The High-Skill People”. SDM yang baik adalah manusia yang tidak hanya mengandalkan talenta-talenta yang dimiliki tetapi juga dapat menguasai dirinya. Menguasai diri diartikan sebagai kemampuan intelejensi diri untuk berinteraksi sosial dan mampu mengatur situasi. Bill Gates, saya yakin anda mengenal dirinya, mempunyai talenta-talenta yang mengesankan serta tingkat EQ yang jauh di atas rata-rata. Bill Gates mampu merekrut “risk taker”pada saat ia masih belum seperti sekarang ini. Itu semua karena EQ-nya, ia mampu berinteraksi dengan orang-orang, bekerja sama, dan merekrutnya. Jadi anda salah jika mengira orang bertalenta tinggi adalah aset sesungguhnya dari sebuah perusahaan. Kalau anda mempunyai perusahaan raksasa dan merekrut seseorang bertalenta tingi namun tidak mampu bekerja sama maka sia-sia saja anda memberi penghidupan duniawi kepadanya. Sama halnya apabila anda merekrut orang-orang bergelar “wah” namun jiwa korupsinya telah tertanam sejak awal atau mereka yang anda rekrut memilih malas-malasan dalam bekerja maka apa yang telah anda bangun menjadi raksasa akan hancur kembali. Anda sangat yakin sekali suatu perusahaan membutuhkan pekerja-pekerja multitalenta. Pendapat anda kurang tepat, seperti yang telah saya terangkan sebelumnya, seorang Zinedine Zidane menjadi besar seperti dewasa ini tidak hanya mengandalkan talentanya dalam menciptakan peluang gol di setiap permainan tetapi mampu berinteraksi bekerja sama dengan para pemain lainnya. Anda membayangkan bagaimana jika Zinedine Zidane tidak mampu bekerja sama dengan para pemain lainnya ? Klub sepak bola itu pun pasti sering mengalami kekalahan di setiap pertandingan karena strateginya yang buruk. Jadi, singkat saja sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang mempunyai talenta-talenta yang tidak diragukan lagi dan terlebih yang paling penting adalah mampu berinteraksi sosial dan menguasai dirinya atau dewasa ini sering disebut dengan kecerdasan emosional / “Emotional Quotient”.

Unknown mengatakan...

Nama : Nobel Setiawan
Kelas : XIIP6
No. Absen : 29

Wacana 1

Pada wacana ini anda mengatakan bahwa “kita selalu ingin menjadi yang ter dalam segala bidang. Tertampan, tertinggi, terpandai, terkuat, terkaya, dan lainnya. Padahal Tuhan menciptakan dunia ini dengan unik“. Benar adanya Tuhan telah menciptakan kita dengan keunikan masing-masing, namun bukan berarti apa yang telah diciptakan Tuhan pada diri kita yang hanya dapat menjadikan kita ter di semua bidang.
Kita dapat saja berusaha agar kita menjadi yang paling di suatu bidang. Misalnya terpandai. Untuk menjadi yang terpandai, kita bisa saja berusaha dengan keras, walaupun tingkat kecerdasan kita kurang. Karena sesungguhnya Tuhan menciptakan setiap manusia dengan kecerdasan yang sama. Yang membedakan adalah usaha masing-masing orang untuk melatih kecerdasannya. Seperti kata pepatah, tidak ada kata bodoh, yang ada hanya malas.
Jadi orang yang terbaik adalah orang yang bekerja semaksimal mungkin untuk mengembangkan segala kecerdasan yang dimilikinya. Bukan terpaku pada apa yang telah Tuhan berikan tanpa ada kemauan untuk mengembangkannya.
Selain itu, saya juga tidak sependapat dengan kiat 2 yang anda kemukakan. Di situ Anda menggunakan perumpamaan “bagai ikan dalam air”. Di sini Anda mengatakan bahwa kita hanya perlu memfokuskan keahlian kita di bidang yang paling kita kuasai. Seperti halnya ikan yang memiliki kemampuan berenang terbaik, sehingga ia tampak paling mahir di dalam air. Namun coba Anda bayangkan bila tidak ada air lagi di dunia ini, bagaimana ikan dapat hidup?
Seperti yang kita ketahui, ikan tidak dapat hidup di tempat lain kecuali air. Jadi disitu lah letak kesalahannya, karena ia hanya fokus di satu bidang itu saja. Sama halnya dengan manusia, bila ia dihadapkan dengan suatu situasi yang tidak sesuai dengan bidangnya, sedangkan ia hanya menguasai satu bidang saja. Bagaimana ia bisa survive?
Seharusnya Anda ganti perumpamaan “ikan” dengan “katak”. Karena katak adalah hewan yang memiliki kemampuan berenang yang baik namun ia tetap dapat bertahan hidup, baik di air maupun di darat. Kkatak dapat menyesuikan diri dengan keadaan yang ada. Ia bersifat fleksibel. Bila manusia mencontoh cara bertahan hidup katak, maka manusia akan dapat tetap bertahan dalam kondisi apapun. Jadi seharusnya manusia tidak hanya fokus di satu bidang saja, melainkan harus juga menguasai bidang lainnya walaupun tidak semahir di bidang yang ia tekuni. Karena di era globalisasi ini, manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang selalu berubah.

Wacana 3

Saya sangat tidak setuju dengan pendapat Anda mengenai darimana munculnya kekuatan supranatural itu. Anda menyebutkan bahwa kekuatan supranatural berasal dari diri masing-masing orang yang mengenali dirinya secara mendalam. Darimana Anda dapat menyimpulkan hal itu? Karena menurut agama yang saya anut, tidak ada kekuatan pada diri manusia. Manusia adalah manusia yang rapuh yang hanya bisa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan supranatural itu ada. Tapi kekuatan itu bukan berasal dari diri sendiri. Kekuatan itu berasal dari iblis yang bekerja berdasarkan permintaan orang yang memanggilnya. Mengenai orang yang bisa memasukkan jin dalam botol, bukan karena orang itu yang hebat, tapi iblis yang ”dipeliharanya” yang hebat.
Selain itu, anda mengatakan bahwa kekuatan supranatural itu dapat dikelompokkan kedalam kecerdasan IQ. Apa hubungannya antara kecerdasan IQ dengan teleportasi dan hal-hal gaib yang ada pada kekuatan supranatural?Pada pernyataan Anda jelas tidak ada bukti yang kuat mengenai hal itu. Jadi menurut saya hendaknya bila tidak ada bukti yang kuat, janganlah dulu Anda publikasikan. Lebih baik kata-kata yang belum terbukti itu dihilangkan agar tidak merusak isi informasi yang Anda paparkan.

seng mengatakan...

Nama : Ernes Putra Gunawan
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 10

Wacana 4

Saya yakin setiap manusia mempunyai rasa takut. Hanya saja yang membedakan rasa takut itu adalah diri mereka sendiri dalam menyikapi ketakutan tersebut, ada yang berlebihan, ada yang tidak berlebihan alias sedang-sedang saja, dan ada yang biasa-biasa saja. Tergantung manusianya sendiri bagaimana harus bersikap mengahadapi ketakutan mereka tersebut. Sama halnya seperti ketakutan pada hantu. Padahal tidak ada yang namanya hantu apalagi dapat mencekik dan membunuh manusia, yang sebenarnya ada adalah setan dan iblis serta jin yang masih sebangsa dengan setan dan iblis. Mereka sangat senang sekali berurusan dengan manusia, dalam hal ini jin, iblis, dan setan berusaha menggoda para manusia. Jika anda berpendapat bahwa jin tidak mau berurusan dengan kita, maka opini tersebut perlu dipertanyakan darimana asalnya. Karena dalam agama Islam, jin, iblis, dan setan menggoda manusia pada setiap sisi tubuh manusia bahkan masuk ke dalam aliran darah. Tidak perlu terkejut apabila seorang jin muncul di hadapan manusia, karena mereka berusaha mempengaruhi manusia supaya takut padanya bukan kepada Tuhan. Jika kita menerima ketakutan tersebut secara berlebihan maka pasti kita akan memanggil “orang pintar” padahal dalam padangan agama Islam hal itu dilarang karena syirik. Anda salah kalau mengira jin itu tidak bahagia jika dapat dilihat manusia karena akan semakin mudah ia menjatuhkan manusia ke dalam lubang neraka. Sehingga bagi saya pendapat anda tidak relevan dengan fakta yang ada sekarang. Dan juga pendapat anda yang menyatakan cara mengurangi rasa takut pada ular adalah kurang tepat bahkan berbahaya bagi pembaca. Pertama, anda mengatakan membawa serum anti racun ular. Apakah dengan serum anti racun ular maka pendapat takut ular yang tertanam dalam otak seseorang dapat berkurang ? Tentu tidak. Karena ada orang yang sangat takut pada sisiknya, gerakannya, dan matanya. Dan bagaimana kalau berhadapan dengan Anaconda, serum tersebut pun tidak ada fungsinya karena ular tersebut membelit tubuh bukan menggigit kita. Kedua, meniru pawang ular di televisi. Saya sangat tidak setuju dengan saran anda yang kedua ini, karena sangat membahayakan. Bagaimana kalau ular tersebut menyerang orang tersebut dan membuatnya terluka fatal ? sebaiknya cara ini tidak dilakukan karena masih banyak cara lain yang lebih aman. Ketiga, menyewa seorang pawang ular. Lalu apakah orang tersebut harus terus-menerus hidup di dekat pawang ular ? Tentu tidak mungkin. Padahal dimanapun kita dapat menemukan ular. Saya rasa pendapat-pendapat anda tidak relevan dengan situasi masa kini. Jadi, kesimpulan saya pendapat-pendapat anda yang telah saya sebutkan di atas tidak relevan dengan fakta yang ada. Karena jin, iblis, dan setan menampakkan dirinya untuk menggoda manusia supaya manusia menjauhi Tuhan mereka dan terlebih mereka bahagia jika dapat dilihat manusia karena jalan untuk menjerumuskan manusia akan lebih lebar. Dan juga cara-cara yang anda sampaikan tidak cocok bagi orang yang menderita phobia ular bahkan membahayakan mereka. Menurut saya, anda seharusnya melakukan kajian lebih lanjut dalam menulis mengenai perasaan takut manusia, karena pendapat-pendapat anda tersebut mudah diterima publik. Fatal akibatnya jika mereka tersebut salah melangkah dikarenakan opini-opini yang anda buat, namun merupakan hak anda untuk menerima usul yang saya sampaikan.

Henny Chairini mengatakan...

Nama : Henny Chairini
Kelas : XII IPA 6
No Absen : 17

Wacana 1
Pada masa sekarang banyak orang yang berusaha tampil baik, dan membuat mereka berusaha untuk tampil seperti yanhg mereka inginkan. Sehingga mereka cenderung mengubah apa yang mereka miliki sebelumnya. Semua itu justru memmbuat mereka menjadi orang lain bukan dirinya sendiri.
Sebagai contoh Tukul Arwana, dia tidak membenci atau megubah apapun yang Tuhan berikan kepadanya oleh sebab itu, dia memiliki cirri khas tersendiri yag membuat ia terkenal. Wacana ini membuat kita dapa menghargai dan menjaga apa yang telah Tuhan berikan untuk kita. Bukan sebaliknya membenci dan mengubaah diri kita menjadi oranng lain.
Ketampanan, kepandaian, kekayaan memang bukan merupakan faktor uutama dalam segala hal. Seperti kata pepatah Kelemahan adalah kekuataan. Kelemahan justru dapat kita gunakan sebagai kekuatan. Namun dalam beberapa bidang penampilan justru mempengaruhi. Contoh pada saat awal pertemuan tentu saja orang lain akan menilai penampilan luar kita terlebih dahulu. Dalam bidang pekerjaan tertentu pun diperlukan orang yang berpenampilan menarik. Saya ingin menekankan bahwa ketidaktampanan bulan merupakan satu-satunya faktor utama, namun keberhasilan itu mencakup banyak faktor seperti keuletan,kedisiplinan,keramahan.
Agar kita dapat menemukan pekerjaan yang cocok dengan diri kita. Maka kita harus dapat menyadari apa yang menjadi bakat,minat dan kemampuan kita. Sehhingga kita dapat mengembangkan apa yang merupakan hal yang cocok dengan diri sendiri.
Yang menjadi kuncinya adalah berusaha,dan meminta pada Tuhan. Berusahha untuk memantaskan diri bagi peran yang besar. Mencintai pekerjaan itu sendiri.

………………………………………………………………………………………………

Wacana 3

Menurut yang saya kutip dari sebuah artikel setiap orang memiliki kecerdasan supranatural akann tetapi yang terpenting adalah dapatkah manusia tersebut mengunakan kecerdasan supranaatural tersebut. Jadi saya kurang setuju dengan opini bahwa kecerdasan supranatural hanya dimiliki oleh orang – orang tertentu yang mendapatkan rahmat Tuhan atau dukun.
Seperti indera keenam, semua orang memiliki indera keenam namun tidak setiap orang indera keenamnya terbuka. Agar dapat mengunakan indera keenam itu kita harus melatih indera tersebut agar dapat terbuka. Caranya adalah dengan cara menjaga hati tetap bersih daari rasa amarah,iri hati, dan dengki.Oleh karena itu semua bergantung dari bagaiman kita manusia dapat mempergunakannya.
Menurut saya bukankah lebih baik bila wacana ini memuat contoh – contoh konkret kecerdasan supranatural sehingga dapat meyakinkan pembaca. Selain itu lebih baik bila wacana ini memberikan cara – cara agar kita dapat melatih kecerdasan supranatural kita.

Anonim mengatakan...

Yolanda Chyntya Noviyanti Basaria
XII IPA 6 - 45

Wacana 1
Tuhan menciptakan seluruh manusia sesuai gambaranNya atau citraNya. Itu artinya semua manusia adalah ciptaan Tuhan yang sangat berharga, bahkan karena besar kasih Tuhan, sehingga Dia menciptakan manusia sesuai gambaranNya. Namun itu tidak berarti semua manusia akan sama satu dengan yang lainnya. Bahkan dua anak kembar identik pun tidak sama persis susunan kromosomnya maupun sifatnya. Ada yang dikaruniakan berwajah cantik namun daya pikirnya lemah. Ada pula yang diberi karunia bekecerdasan tinggi, namun wajahnya hanya “pas-pasan”. Tapi ada juga yang memiliki keduanya. Bagi orang yang kurang bersyukur, mereka akan menyalahkan Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan tidak adil. Apa mereka tau hal yang terbaik untuk mereka? Mereka tidak tahu dan tidak akan pernah mau tahu. Karena mereka orang-orang putus asa yang menyerah kepada dunia fana.
Apa kita mau jadi seperti mereka? Atau menjadi pribadi yang lebih mensyukuri keadaan dan mencoba untuk menggunakan talenta kita seoptimal mungkin? Saya yakin semua orang, baik tua, muda, besar, kecil, mau diri mereka sukses, karena sukses merupakan cita-cita dan tujuan semua orang. Semua itu harus diawali dengan mensyukuri apa yang telah terjadi dan ada pada hidup kita. Jika menghadapi masalah, syukurilah itu karena masalah itu membuat seseorang menjadi dewasa. Dengan bersyukur juga dapat mengubah pola pikir seseorang dari negative thinking menjadi positive thinking. Dan dari positive thinking kita dapat berpikir untuk terus berusaha.
Salah satu contoh adalah grup musik dari kota Lampung, Kangen Band. Jika dilihat, sang vokalis, Andhika, sangat tidak “good looking”, padahal kebanyakan grup musik dilihat dari vokalisnya. Sebut saja Ungu dengan Pasha sebagai vokalis, Peterpan dengan Ariel sebagai vokalis, dan sebagainya. Wajah mereka cukup tampan sehingga mereka digandrungi masyarakat Indonesia, terutama para wanita. Namun bagaimana dengan Kangen Band? Apa dengan wajah yang kurang memadai mereka langsung patah semangat? Apa dengan dana yang sangat terbatas mereka berhenti berkreasi? Tidak. Mereka tetap berusaha walaupun banyak dicekal oleh musisi-musisi senior maupun beberapa masyarakat yang menganggap musik mereka “kampungan”. Dan sekarang mereka sukses dengan beberapa lagu mereka yang bahkan menjadi hits di tangga lagu Indonesia.
Contoh lainnya adalah penyanyi sekaligus pianis Hollywood, Stevie Wonder. Kondisi fisiknya yang tidak sempurna tidak menghambat karirnya. Tidak dapat melihat tidak berarti tidak dapat menyanyi bagi pria berkulit hitam itu. Dia tetap berkarya dan mengumandangkan suara merdunya.
Bagaimana dengan kita, orang-orang yang secara fisik utuh tanpa cacat? Apa kita mampu berjuang menjalani hidup dengan sepenuhnya? Apa kita dapat berhenti mengeluh dan mulai mensyukuri apa yang kita punya? Kita pasti bisa. Kita semua memiliki talenta yang beragam. Kita hanya tinggal menggali dan menguasai talenta kita agar kita dapat menggunakannya secara maksimal. Seperti pelukis yang terus berlatih melukis dan juga perenang yang terus berlatih renang. Seiring berjalannya waktu pelukis dan perenang itu pun akan semakin mahir dan handal. Begitu juga kita. Kita dapat menjadi handal apabila kita terus menggali dan berlatih potensi-potensi yang ada dalam diri kita. Dan jangan beralih dari bakat kita. Mencoba hal baru itu baik. Namun jika kita tidak berbakat di bidang itu, lebih baik dihentikan dan kembali menekuni bidang talenta kita.

Anonim mengatakan...

Yolanda Chyntya Noviyanti Basaria
XII IPA 6 - 45

Wacana 5
Benar adanya kecerdasan emosi juga sama pentingnya dengan kecerdasan otak. Coba bayangkan apa jadinya seorang pemimpin yang sangat cerdas namun kecerdasan emosinya rendah. Pasti pemimpin itu akan terus marah dan membentak anak buahnya, dan anak buahnya pun akan pindah atau keluar dari organisasi tersebut. Begitu pula dengan seorang direktur di sebuah perusahaan. Jadi kecerdasan emosi itu sangatlah penting, dan sebaiknya dipupuk dari masa kecil.
Di sini merupakan tugas orang tua untuk melatih anak dari kecil. Karena kecerdasan emosi merupakan hal yang sulit diubah dan dipelajari saat individu sudah dewasa, berbeda dengan kecerdasan otak yang sampai kapan pun masih mampu dipelajari. Sangat baik apabila orang tua mengajari emosi kepada anak-anaknya. Bila marah, orang tua harus menunjukkan bahwa mereka marah. Jika anak-anaknya melakukan kesalahan, orang tua harus memberitahu mana yang benar. Jangan sampai dibiarkan. Hal yang kecil apabila dibiarkan akan menjadi hal yang besar juga di kemudian hari. Hal itu dapat menyebabkan anak menjadi manja dan egois nantinya.
Namun saya tidak setuju dengan anggapan bahwa semakin dewasa nanti semakin mungkin untuk menyampaikan emosi dalam bentuk sindiran. Menurut saya sindiran itu hanya akan tambah membuat jatuh mental anak. Karena sindiran menimbulkan “sakit” yang lebih dalam daripada teguran. Sebaiknya orang tua tetap memberikan teguran atau jika perlu amarah jika memang anak benar-benar salah. Namun sebaiknya anak jangan terlalu banyak dibentak dan diperlakukan secara kasar, karena akan menyebabkan mental anak menjadi keras dan kasar. Kemungkinan besar suatu saat jika anak kita berkeluarga dan memiliki anak, mereka akan memperlakukan anak mereka sesuai apa yang telah orang tuanya lakukan karena mereka berpikir, “Orang tua saya dulu memperlakukan saya dengan cara ini. Jadi saya juga harus memperlakukan anak saya dengan cara yang sama juga.” Jika anak itu memiliki anak lagi, berarti akan memperlakukan anaknya dengan cara yang sama, dan seterusnya. Lebih baik rantai “penderitaan” itu diputus mulai dari sekarang agar tidak memperpanjang sejarah kekerasan anak di Indonesia.

Reza Pratama mengatakan...

Nama : M. Reza Pratama
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 27

Wacana 1
Topik 1 Survival of The Fittest
Saya sangat setuju dengan argumen yang disampaikan, karena semua yang disampaikan berkenaan dengan kehidupan nyata kita sehari-hari.

Kita sebagai manusia tentunya ingin menjadi sukses dan dapat memiliki kemampuan yang baik di berbagai bidang, namun tentunya hal itu tidak mungkin karena setiap manusia pasti memiliki kekurangan dalam suatu hal.

Argumen yang disampaikan juga dapat menjadi motivasi bagi mereka yang sedang mengalami depresi atau frustasi dalam menjalani hidup mereka karena adanya beberapa kiat yang menurut saya sangat tepat untuk dijadikan sesuatu yang dapat memotivasi diri dan relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita sebagai manusia tentu memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain yang berasa di sekitar kita. Oleh karena itu kita dapat memanfaatkan kelebihan kita itu agar berguna dan membuat kita dapat bertahan dalam lingkungan tersebut. Kita harus pintar dalam memilih pekerjaan atau segala hal agar tidak menonjolkan kelemahan kita tapi justru membuat kita menonjolkan keunggulan kita. Kita juga harus tekun dalam mengembangkan kemampuan kita agar yang kita dapat lebih banyak daripada kita hanya datar saja tanpa ada perkembangan.

Argumen yang ada memiliki relevansi satu sama lain yang apabila satunya tidak terpenuhi dapat megecilkan kesempatan kita untuk bertahan dalam mencocokkan diri kita dalam suatu lingkungan. Menjadi orang yang sukses dan bahagia harus sesuai atau cocok dengan jati diri kita agar kita menjalankan sesuatu yang ada dengan senang hati tanpa ada beban apapun.

Dominica mengatakan...

Nama : Dominica C. Manalu
No. Absen : 08
Kelas : XII IPA 6

2. SDM Bagus, Mahal Harganya

Berkaitan dengan cerita berjudul “SDM Bagus, Mahal Harganya” di atas, ada hal yang menurut saya kurang sesuai dengan judul yang dipilih penulis. Pada judulnya penulis mengatakan bahwa SDM yang bagus itu mahal harganya. Namun penulis juga mengatakan ada tipe SDM brilyaan yang bertipe risk taker, maksudnya pekerja yang tidak mementingkan gaji besar dan berjiwa petualang. Pernyataan penulis ini malah tidak mendukung judul yang telah dipilih tapi malah secara ttidak langsung menyatakan bahwa tidak semua SDM yang bagus itu mahal.
Saya setuju pada pandangan penulis bahwa creator yang baik dapat menghasilkan sistem yang baik pula. Namun, suatu sistem yang baik itu tetap tidak akan berjalan tanpa bantuan pekerja yang lain. Tidak peduli orang itu adalah orang biasa maupun orang yang brilyan. Suatu sistem yang bagus secara mutlak membutuhkan pekerja untuk menjalankannya, sehingga perusahaan tidak hanya membutuhkan SDM yang unggul yang bisa membuat suatu sistem saja, tapi juga membutuhkan SDM yang bisa menjalankan sistem tersebut. Makadari itu kita tidak boleh menyebut mereka hanya sebagai orang yang biasa saja karena mereka juga ikut berperan dalam menjalankan sistem yang terdapat dalam suatu perusahaan.
Bila suatu perusahaan hanya memiliki semua SDM yang unggul yang hanya mengerjakan pekerjaan yang rumit saja, maka perusahaan itu pun tidak bisa dijamin keberhasilannya. Karena perusahaan juga membutuhkan orang-orang yang mau bekerja keras, tekun, dan bise bekerja sama dengan orang lain.
Dan alangkah baiknya bila penulis juga menyertakan apa saja criteria dari SDM yang unggul itu sendiri. Apakah mereka adalah orang dengan latar belakang pendidikan yang bagus, atau mereka adalah orang yang memiliki keterampilan walaupun tidak mencapai pendidikan yang tingggi, atau mungkin juga criteria lain yang dimaksud oleh penulis iti sendiri. Hal ini untuk memperjelas pembaca agar pembaca bisa lebih mengerti bagaimana SDM yang bagus itu.

Reza Pratama mengatakan...

Nama : M. Reza Pratama
Kelas : XII IPA 6
No. ABsen : 27

Wacana 5
Saya setuju dengan tips dan argumen yang disampaikan karena sangat membantu bagi para orang tua dalam mengajarkan anaknya untuk mengenali emosi-emosi yang ada.

Dengan mengajarkan anak untuk mengenali emosi yang sedang dialaminya atau emosi orang lain yang dilihatnya membuat anak tersebut dapat lebih mudah untuk bersosialisasi kelak. Mengapa? Karena anak yang mengenal emosinya sendiri dan emosi orang lain serta cara untuk menghadapi emosi yang ada, itu berarti anak peka terhadap emosi dirinya dan emosi orang lain yang berada disekitarnya.

Kepekaan yang baik dapat membuat anak mampu memiliki relasi yang banyak karena dia dapat mengatur emosi dirinya dan orang lain. Hal ini tentu diharapkan orang tua kepada ankanya kelak. Pengenalan emosi dengan pendekatan yang baik kepada anak dapat membentuk pola moril anak tersebut karena apabila ia telah terbiasa dididik dengan cara yang baik maka ia akan memiliki moril yang baik dan dapat mengembangkan kecerdasan mereka baik kecerdasan spiritual dan khususnya kecerdasan emosional mereka.
Kedua kecerdasan tersebut harus dimiliki seorang anak agar mereka dapat menyesuaikan diri di berbagai lingkungan mereka berada.

Unknown mengatakan...

Nama : Iven Paramitha
Kelas : XII IPA 6
No. Absen : 18

Wacana 2

Saya tidak setuju dengan pernyataan penulis yang mengatakan bahwa kita memerlukan SDM yang bagus untuk dapat menciptakan sistem yang bagus. Menurut saya, untuk menciptakan sistem yang bagus, tidak harus memerlukan SDM yang bagus pula. SDM tersebut tentu saja tidak berpengaruh pada sistem yang bagus tersebut. Mengapa? Seperti ini, sistem yang telah ada, dan sistem yang telah baik/bagus tentu pada akhirnya akan tetap bagus dan pada akhirnya tidak berpengaruh pada SDM yang ada. Walaupun SDM nya biasa saja, jika sistemnya bagus tetap saja dianggap baik bukan? Misalnya seperti ini, toko roti A dikerjakan oleh orang yang biasa tetapi menghasilkan roti yang berkualitas tinggi dan luar biasa. Dan dapat disimpulkan itu berasal dari sistem yang baik dan bagus. Lain halnya dengan sistem yang rumit/kompleks. Sistem tersebut tentu harus memiliki SDM yang bagus, karena sistem yang rumit/kompleks tidak bisa diolah oleh orang yang tidak ahli dibidangnya. Contohnya saja, perusahaan-perusahaan besar yang bertaraf internasional. Tentu saja SDMnya harus baik/bagus sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik. Sebenarnya sistem secara tidk langsung tidak dapat dikaitkan dengan SDM yag ada. Yang lebih penting adalah, pengelola awal sistem seidaknya memiliki SDM yang baik/bagus terlebih dahulu, agar kelak sistem tersebut dapat menjadi bagus pula. Untuk pengelolaan SDM lebih lanjut, sebenarnya tidak terlalu begitu rumit karena pada dasarnya SDM itu terbatas dan tidak semua orang menguasai. Yang penting sistemnya bagus, maka selanjutnya akan dianggap bagus juga oleh orang lain. Jadi sistem dan orang itu tidak dapat bersaing, karena tidak semua SDM itu baik pada umumnya.


Wacana 4

Saya tidak setuju dengan penyataan penulis yang mengatakan bahwa rasa takut itu bukan sesuatu yang langsung dihadapi. Misalnya saja, kita takut pada orang tua berarti itu jelas sesuatu yang langsung dihadapi, dan bukan sesuatu yang langsung dilanjutkan dengan konsekuensinya nanti. Jelas saja, pasti kita tkut terhadap orang tua. Jadi, rasa takut itu juga bertujuan untuk menghormati orang lain, tidak hanya untuk berhati-hati. Sebenarnya, rasa takut itu relatif, artinya tidak semua rasa takut itu dinilai punya konsekuensi yang buruk. Contohnya rasa takut karena menghormati orang lain ataupun rasa takut karena bentuk menghargai orang lain. Memang, sebagian besar rasa takut itu konsekuensinya didominasi oleh hal-hal buruk, seperti takut hantu, ular, ataupun mati. Tetapi, sekali lagi, rasa takut tidak semuanya buruk. Rasa takut itu lebih mengarah pada sugesti/cara berpikir seseorang yang sebenarnya tidak takut menjadi takut, atau dalam artian seseorang menjadi takut karena adanya "cap jelek" dari hal-hal yang sebenarnya tidak ia takuti. Misalnya saja, kita takut anjing. Padahal, anjing itu sebenarnya tidak menakutkan bagi kita. Akan tetapi, karena adanya sugesti dari orang lain yang mengatakan bahwa anjing itu menakutkan, akhirnya kita juga terpengaruh dan muncul rasa takut. Rasa takut itu bisa dikurangi. Kuncinya, berpikilah positif setiap saat dan juga berpikirlah dengan logis. Takut memang boleh, bahkan sangat wajar. Tapi, rasa takut itu jangan berlebihan dan juga masih dalam batas yang wajar, karena rasa takut yang berlebihan dapat membuat sugesti buruk bagi pikiran kita, yang menyebabkan kita menjadi trauma/parno terhadap hal-hal yang ditakuti.

Dominica mengatakan...

Nama : Dominica C. Manalu
No. Absen : 08
Kelas : XII IPA 6

4. Mengatasi Rasa Takut
Berkaitan dengan cerita berjudul “Mengatasi Rasa Takut” di atas, ada beberapa hal yang ingin saya kritisi. Hal-hal tersebut adalah masalah kepaduan judul dengan isi dari ceritanya. Judul harus mewakili isi dari sebuah cerita, dalam cerita ini penulis memilih judul “Mengatasi Rasa Takut” namun pada bagian akhir cerita penulis lebih menekankan solusi untuk mengatasi takut ular. Seharusnya dengan judul yang demikian, penulis harus bisa mengungkapkan solusi atau akhir cerita tentang bagaimana cara mengatasi rasa takut secara umum atau pun kalau tidak ingin mengganti isi ceritanya, cara lain bisa dengan mengganti judulnya menjadi “Mengatasi Rasa Takut Ular”.
Pada cerita ini juga penulis kurang memperhatikan kepaduan antar paragraf. Pada paragraf satu sampai tiga penulis membahas tentang hujan lalu pada paragraf keempat penulis membahas tentang hantu dan pada paragraf akhir yang dibahas adalah ular. Seharusnya penulis cukup fokus pada salah satu tema saja agar pembaca pun bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh penulis dengan tepat.
Solusi yang dipaparkan penulis dalam mengatasi rasa takut ular pada paragraph delapan ssamapi sebelas pun terdapat kejanggalan, yaitu kurang bisa diterima oleh logika. Penulis mengatakan kita bisa menyediakan serum anti racun ular, padahal serum seperti itu pasti tidak mudah untuk didapatkan di pasaran dan harganya yang kurang bisa dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, sehingga cara seperti ini kurang efektif untuk dilakukan.
Selain itu berlindung dengan ahlinya, seperti pawang ular, yaitu meminta pawang ular unttuk menemani kita. Mungkinkah kita akan bepergian dengan membawa pawang ular di samping kita? Menurut saya, hal ini merupakan hal yang paling tidak perlu untuk dilakukan. Berapa besar biaya yang harud kita keluarkan untuk menyewa pawang ular setiap harinya? Tentu saja bukanlah jumlah yang sedikit, sehingga hal ini pun kurang relevan untuk dilakukan.
Rasa takut berasal dari diri masing-masing orang, kadar takut tersebut juga akan berbeda pada setiap orang, sehingga yang bisa mengatasi hal tersebut adalah juga diri kita sendiri bukan orang lain, seperti pawang ular atau para ahli lainnya. Alangkah baiknya bila penulis memberikan solusi dengan “think positive”. Dengan berpikiran positif kita sudah bisa mengurangi sebagian besar rasa takut kita, seperti pikiran aksi dan reaksi. Bila kita beraksi baik maka kita juga akan mendapatkan reaksi yang baik, sehingga kita tidak perlu lagi merasa takut. Ketika kita memandang sesuatu itu baik maka jadilah itu baik dan bukan hal yang perlu untuk ditakutkan lagi.

Wendy mengatakan...

Nama : Wendy
Kelas : XII IPA 6
No. Absen: 40

Wacana 2

Saran
Pada wacana 2, saya melihat kalau penulis mengatakan bahwa silahkan definisikan sendiri apa itu sederhana. Mengenai hal ini lebih baik penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai arti sederhana tersebut, entah satu atau dua patah kata yang selanjutnya baru diserahkan kepada pembaca untuk mendefinisikannya sendiri.

Kritik
Dapat dilihat bahwa penulis mengatakan bahwa perusahaan yang bagus bisa mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus dan perusahaan yang buruk ternyata gagal mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus ini. Mengenai hal ini, penulis seharusnya menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu perusahaan baik dan buruk. Hal ini dikarenakan perusahaan baik atau buruk akan menghasilkan pengertian yang berbagai macam sehingga akan sulit bagi pembaca untuk mengetahui seperti apa karakteristik perusahaan yang baik dan buruk itu. Tentu saja hal ini bisa ditinjau dari beberapa aspek, entah aspek keuangannya, aspek sistemnya, dan lain sebagainya.

Usul
Saya lihat penulis belum memberi penjelasan mengenai SDM yang bagus dalam arti perusahaan. Penulis kebanyakan memberi pengertian SDM yang bagus dengan menggunakan contoh pemain sepak bola yang terkenal. Bagusnya lagi bila penulis bisa memberi pengertian SDM yang bagus itu dengan menggunakan contoh berkaitan dengan perusahaan.


Wacana 4

Saran
Mengenai contoh yang diberikan oleh penulis dengan ketakutan akan ular, sebaiknya penulis membuat sebuah contoh lain yang lebih baik atau kurang berbahaya. Hal ini dikarenakan contoh yang dipaparkan oleh penulis akan mendorong pembaca untuk mencobanya.

Kritik
Mengenai tiga cara yang diberikan oleh penulis untuk mengatasi rasa takut, cara yang ke-3 sebaiknya ditambahkan "Berlindung atau percaya dengan Yang Maha Kuasa". Hal ini dikarenakan bila contoh yang dipaparkan pada pembaca bukan mengenai sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang memiliki ahlinya, maka kita hanya bisa berlindung dan percaya pada Yang Maha Kuasa.

Usul
Saya lihat cara-cara mengatasi rasa takut yang penulis berikan sudah baik, namun cara tersebut masih bisa ditambahkan karena menurut saya masih ada beberapa cara mengatasi rasa takut seperti banyak berdoa dan melakukan kegiatan-kegiatan rohani(berbuat baik) dan sebagainya.

Ludovicus Fernando Ginting mengatakan...

Nama : Ludovicus Fernando Ginting
Kelas : XII IPA 6
Nomor Absen : 24

Wacana 2

Menurut saya, Sumber Daya Manusia (SDM) sangat mempengaruhi perkembangan zaman di era sekarang. Saya setuju dengan pendapat Nathan Myhrvol, bahwa seorang programmer yang bagus bisa produktif 10 ribu kali lipat dibandingkan programmer biasa. Hal ini tentu saja mudah diterima masyarakat karena pendapat ini menegaskan sebab akibat yang jelas. Tetapi tentu saja menjadi programmer bukanlah hal yang mudah. Ternyata sangat sulit sekali menjadi seorang programmer, mulai dari belajar logika dan teknologi digital angka, algoritma, dan komponen sistem-sistemnya.

Dilihat dari kesuksesannya, Nathan Myhrvol mempunyai sejarah yang unik. Mulai kuliah pada usia 14. Dia belajar matematika, geofisika, dan ruang fisika di UCLA Di Princeton, ia memperoleh gelar master dalam matematika ekonomi dan menyelesaikan PhD dalam fisika teoretis dan matematika pada usia 23 (sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Nathan_Myhrvold). Hal ini mencerminkan kualitas SDM-nya sangat tinggi.

Seharusnya perbandingan antara pemain sepak bola dan seorang programmer tidak perlu disampaikan sebab bidang kerja mereka berbeda dan prioritas kemampuan yang dipakai tidak mencerminkan perbandingan yang jitu. Pernyataan pembanding itu hanya dipakai untuk membandingkan gaji mereka yang lebih bersifat subjektif.

Hubungan antara sistem dan orang akan dapat dilihat dari kualitas dan ketenaran dari sistem tersebut. Hal yang dapat mengakibatkan mahalnya SDM bukan hanya dari hubungan non-rutin dan rumit, tetapi dari rutin dan sederhana juga. Menurut saya, hal-hal sederhana yang dilakukan secara rutin dapat mengembangkan kualitas sumber daya itu sendiri secara akumulatif, dalam arti bertahap satu demi satu. Sebagai contoh kita sebagai pelajar, belajar setiap hari sehingga kita dididik menjadi bertanggung jawab dan akhirnya kita memiliki kemampuan analisis yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan kecenderungan sistem dan orang tidak condong lagi kepada tindakan non-rutin dan rumit, tetapi juga pada keseharian kita.

Sebagai tambahan penalaran dari saya, harga SDM yang mahal juga dikarenakan oleh biaya yang dikeluarkan selama masa pendidikan. Hal ini menjadi tolak ukur bagi orang tersebut, dimana masih terdapat prinsip untung rugi. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa biaya yang mahal menjamin kualitas SDM.

Saya sangat setuju dengan pendapat Jim Collins, "Rekrut lah orang dengan nilai-nilai diri yang sama dengan perusahaan Anda." Hal ini perlu penambahan sedikit, bahwa nilai diri disini mencerminkan kualitas orang tersebut, bukan dalam arti kekayaan diri sendiri. Sebenarnya saya mendukung pernyataan ini karena hal ini sangat mempengaruhi masa depan suatu perusahaan.

Saya sangat setuju dengan pernyataan bahwa Bill Gates adalah orang yang memiliki tipe 'risk taker' karena Bill Gates adalah orang yang sangat berhati-hati dan cerdas. Dia kadang-kadang kurang mempertimbangkan langkah-langkahnya dalam menciptakan sesuatu karena ia lebih mengutamakan keingintahuannya.

Saya ingin sedikit menambahkan, bahwa kualitas SDM yang mahal tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan, kecerdasan, dan kemampuan analisis yang tinggi, tetapi juga kegigihan, kesabaran, kerja sama, dan kemampuan bersosialisasi.

Ludovicus Fernando Ginting mengatakan...

Nama : Ludovicus Fernando Ginting
Kelas : XII IPA 6
Nomor Absen : 24

Wacana 4

Saya setuju dengan definisi takut itu sendiri, tetapi saya ingin sedikit masukan, bahwa takut bukan menegaskan kepada dampak kematian, tetapi dampak keselamatan dan kesehatan.

Rasa takut akan hujan sebenarnya bukan sekedar karena rasa malu tetapi karena antisipasi kesehatan dan estetika. Antisipasi ini biasanya lebih mengarah kepada prinsip ekonomi seseorang, dimana sakit lebih membutuhkan banyak uang daripada sehat.
Unsur estetika juga akan menyebabkan rasa takut ini memuncak. Jika kita terlihat kotor, maka kita akan malu dan untuk hari-hari selanjutnya kita akan mencegah kotor itu, karena kita takut kotor akan membuat kita malu.

Saya tidak setuju dengan alasan orang-orang mengalami ketakutan yang ditulis oleh penulis tersebut. Alasan sesungguhnya orang-orang mengalami ketakutan adalah dampak pada hilangnya rasa bahagia bagi orang yang mengalaminya.

Kemudian saya ingin menambahkan lagi, pada ketakutan akan setan dan hal-hal gaib lain, merupakan ketakutan yang sia-sia. Jika dihubungkan dengan nilai-nilai religiusitas, maka rasa ketakutan ini didasarkan pada keselamatan. Sebenarnya yang perlu kita takuti hanyalah Tuhan, tetapi beberapa orang masih takut kepada hal-hal gaib seperti itu. Hal yang perlu ditegaskan disini adalah ketakutan tersebut menyiratkan makna "saya mau berlindung pada Anda karena saya tidak ingin mati." Hal ini adalah salah dan harus segera diubah.

Saya setuju dengan hal-hal mengatasi rasa takut tersebut. Saya ingin menambahkan beberapa cara mengatasi rasa takut yaitu pertama, ubah fokus Anda dari 'takut' menjadi 'cinta', dari 'khawatir' menjadi 'optimis'. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda.

Kedua, bangun komunikasi dengan diri Anda sendiri. Tanyakan kepada diri Anda tiap kali Anda merasa khawatir, ”Apakah kekhawatiran ini membawa kebaikan atau menyakiti diri saya?”. Katakan kepada diri Anda bahwa Anda mencintai diri Anda apa adanya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menentukan kebahagiaan Anda kecuali diri Anda sendiri. Bukan orang tua, bukan bos, bukan juga pasangan Anda.

Yang terakhir adalah berlatihlah untuk berhenti berpikir tentang masa depan dan habiskan waktu Anda sebanyak mungkin di masa kini. Artinya "your mind and body" selalu sinkron, bukannya badan disini tapi pikiran melayang kemana-mana. Kekhawatiran, kecemasan, pesimis hanya terjadi karena kita terlalu memikirkan masa depan. Dengan kita fokus ke masa sekarang kita menjadi lebih punya energi dan power untuk memperoleh kebahagiaan sekarang, bukan nanti, tapi sekarang dan disini.

Willy Gunawan mengatakan...

Nama : Willy Gunawan
Kelas : XII IPA 6
No : 42

Wacana 4
Kritik:
Seharusnya rasa takut tidak dihindari tetapi harus dihadapi. Ini adalah salah satu cara yang tepat untuk menghilangkan suatu rasa takut kita. Terkadang tanpa sadar kita menjadi takut hanya karena alasan yang sangat sederhana.Hal ini harus dihilangkan dengan cara mengetahui apa yang kita takutkan, mencari point positifnya, dan mengatakan dengan lantang ‘ AKU TIDAK TAKUT’. Ini adalah cara yan paling ampuh untuk menghilangkan rasa takut kita.

Saran:
Dalam menghadapi ketakutan sebaiknya hal itu jangan dianggap suatu masalah yang sangat penting, sebab ketakutan berasal dari diri kita sendiri sehingga hanya kita yang dapat menghilangkan ketakutan kita itu. Apabila rasa takut sangat mengganggu anda maka coba ceritakan ketakutan anda itu ke sahabat anda.

Usul:
Mengurangi rasa takut tidak cukup kalau hanya dengan mengandalkan ketiga cara tersebut. Selain cara tersebut, anda juga dapat menghilangkan ketakutan anda dengan cara tidak selalu berpikir negative, sebab hal utama yang menimbulkan ketakutan pada diri kita adalah pikiran negative kita yang menyugestikan bahwa ada bahaya/masalah yang akan menghampiri kita. Anda juga dapat membangun sikap berani anda apabila anda terus menghadapi ketakutan anda . Semua hal yang membuat ‘takut’ harus disingkirkan dari pikiran anda dan anda ganti semua dengan kata ‘tantangan’ untuk anda.

Dicky kuswira mengatakan...

Nama : Dicky Kuswira
Kelas : XII IPA 6
No. absen : 7

wacana 1
Pendapat yang anda keluarkan mengenai penampilan fisik di era modern yang tidak terlalu penting ada benarnya.
Namun, pendapat ini hanya berlaku dalam bidang pekerjaan yang terbatas.
Misalnya saja,seorang SPG(Sales Promotion Girl).
Pendidikan tidak terlalu dituntut namun, penampilan dan kemampuan mempresentasikan keunggulan produk lah yang diutamakan.
Hampir semua SPG memiliki penampilan yang menarik.
Semua orang ingin memiliki penampilan yang baik.
Tukul Arwana pun pasti sependapat dengan saya.
Siapa yang ingin tampil jelek? Saya yakin tidak ada.
Memang benar bahwa kita lebih baik mencari pekerjaan yang fit bagi kita.
Namun,apabila pekerjaan yang fit tersebut adalah pemulung?
Apakah kita ingin menjalaninya?
Atau ada pekerjaan yang lebih baik namun menurut kita tidak fit bagi kita.
Mana yang di ambil?
Menurut saya,tidak semua pekerjaan harus di fit-kan dengan kita.
Kita memiliki kemampuan untuk beradaptasi.
Hal ini lah yang menentukan apakah hal tersebut fit atau tidak buat kita.
Kita sebaiknya tidak terlalu mementingkan fit atau tidak.
Lebih baik kita melihat apakah pekerjaan tersebut ber-prospek baik buat kita atau tidak.

Anda juga menyatakan bahwa 'kalau ada kurang pintar dalam akademis,tidak perlu ngotot jadi dosen.'
Hal ini sangat mematahkan semangat orang.
Karena,walaupun dia tidak memiliki kemampuan dalam bidang akademis yang baik,namun apabila ia rajin dan sungguh-sungguh dalam meraih cita-citanya,ia pasti akan berhasil. Jadi pernyataan yang anda lontarkan itu agak kurang tepat.

Kesimpulan dari semua pernyataan saya adalah dengan kekuatan atas cita-cita yang ingin kita capai,maka kemampuan yang kita miliki hanyalah sebagai pelengkap.

Dicky kuswira mengatakan...

Nama : Dicky Kuswira
Kelas : XII IPA 6
No. absen : 7

Saya berpendapat bahwa, orang tua akan sangat berperan dalam pembentukan emosi seorang anak.
Selain orang tua memiliki waktu yang lebih banyak bersama-sama dengan anak tersebut, orang tua lah yang paling mengetahui sifat anak tersebut.
Selain itu, orang tua paling dapat memantau perkembangan emosi anak tersebut.
Emosi yang di perkenalkan oleh orang tua juga sebaiknya di sertai dengan penyelesaian terhadap emosi yang tidak baik.
Contohnya adalah apabila anak tersebut menangis ketika dimarahi oleh orang tua emosi tersebut sebenarnya tidak perlu sehingga orang tua memberikan penyelesaian dengan cara mengatakan bahwa menangis tidak akan menyelesaikan permasalahan.
Lebih baik apabila memperbaiki perbuatan atau kelakuan menjadi lebih baik.
Anak sebaiknya dekat dengan orang tua.
Anak yang dekat dengan orang tua biasanya tidak segan untuk menceritakan apa yang terjadi dalam kesehariannya.
Orang tua dapat memberikan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut lebih baik dan dapat mendidik anak tersebut memiliki kematangan emosi.
Anak yang memiliki kepekaan terhadap emosi itu baik, namun apabila sang anak terlalu dipaksa untuk mencapai tahap kepekaan emosi yang ditargetkan orang tua, sang anak akan mendapat beban yang berlebihan dan menjadi stress. Sebaiknya orang tua tidak terlalu memaksa sang anak.

Felira mengatakan...

Nama: Felira Desnia Evani
Kelas: XII IPA 6
No. : 12

WACANA 2

SDM yang unggul memang memungkinkan untuk bekerja lebih produktif dibanding dengan SDM dengan kemampuan biasa. Karena kelebihannya inilah, SDM yang unggul banyak dicari. Tidak heran jika banyak negara berusaha menciptakan SDM yang unggul agar mampu bersaing bahkan mengungguli SDM dari negara lain. Namun, dalam hal produktifitas, saya berpendapat bahwa bila manusia dengan kualitas unggul tersebut tidak mau bekerja, atau menggunakan kelebihan kemampuan yang dimilikinya, ia menjadi tidak berguna. Dalam hal ini, seseorang dengan kemampuan biasa tetapi mau bekerjalah yang lebih dibutuhkan.

SDM yang unggul juga hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari melakukan kesalahan.

Menggunakan SDM yang unggul juga membutuhkan biaya yang mahal. Seperti misalnya mendatangkan pemain bola hebat ke dalam sebuah klub. Namun, dengan mendatangkan pemain handal tersebut, mereka juga akan mendapatkan keuntungan. Ada baiknya jika pemain yang sudah ada dilatih terus menerus agar menjadi pemain yang hebat. Dengan memiliki SDM yang unggul, dalam hal ini pemain bola yang hebat, kita tidak perlu mendatangkan pemain hebat lagi yang akan memakan banyak biaya.

Saya juga berpendapat bahwa, sistem yang digunakan sebenarnya lebih berpengaruh daripada SDM yang ada di dalamnya. Dicontohkan misalnya pemain sepak bola. Apabila pelatih sepak bola menerapkan sistem pelatihan yang jelek, seorang pemain hebat pun akan bermain jelek. Apabila ia menerapkan sistem permainan yang jelek pula, misalnya salah menggunakan dan menempatkan pemain, pemain hebat pun juga akan bermain jelek. Ia tidak akan bisa melakukan sesuatu karena posisi yang menyulitkan sehingga ia pada akhirnya juga menjadi tidak produktif dan tidak dapat membuat gol. Kasus lain, bila pemain hebat itu tidak digunakan, hanya duduk di kursi cadangan, ia hanya akan menjadi pemain yang tidak produktif sehingga kehebatannya dipertanyakan.

Dengan sistem yang baik, misalnya sistem pelatihan dan permainan yang diterapkan oleh pelatih baik, seorang pemain dengan kemampuan biasa pun dapat bermain maksimal.

Dengan latihan terus menerus, kita dapat menjadi seseorang yang ahli sehingga kita dapat menciptakan suatu sistem yang baik.

WACANA 4

Takut merupakan hal yang dihadapi semua orang. Bahkan beberapa orang mengalami ketakutan yang berlebihan karena suatu alasan yang tidak jelas dan tidak masuk di akal.

Dalam hal takut hujan, saya lebih setuju bila orang tersebut sebenarnya takut akan sakit akibat terkena hujan. Sakit menyebabkan aktivitas kita terganggu, bahkan kita menjadi tidak dapat beraktivitas. Sakit juga memerlukan pengobatan yang memakan biaya. Seseorang pastinya lebih memilih menggunakan uangnya untuk hal yang lebih penting.

Dalam hal takut hantu, kebanyakan orang takut akan wajah seram hantu, bukan karena kemampuan hantu membunuh. Nyatanya, belum ada satu manusia pun yang mati karena dibunuh hantu. Karena hantu memang tidak bisa membunuh manusia. Dalam Al'quran jelas dikatakan bahwa hantu dan jin diciptakan untuk menyembah Tuhan, bukan untuk menakut-nakuti atau bahkan membunuh manusia. Kebanyakan orang hanya terpengaruh terhadap apa yang mereka lihat di televisi. Kita harusnya meyakinkan diri atas apa yang kita takuti, bahwa apa yang kita takuti itu tidak beralasan dan tidak masuk akal.

Dalam hal takut ular, saya kurang setuju bila kita menggunakan perlindungan, yaitu menghadapi ular bersama pawangnya. Hal ini sama sekali tidak mengatasi rasa takut yang kita miliki karena kita hanya mencari aman dan masih tidak berani menghadapi apa yang kita takuti.

Ada pepatah yang mengatakan "diamond cut diamond", artinya untuk memotong berlian yang keras, kita harus menggunakan berlian pula. Karena itu, untuk mengatasi rasa takut, kita harus memberanikan diri berhadapan dengan ketakutan itu sedikit demi sedikit. Pada akhirnya kita akan terbebas dari rasa takut itu.